Semua Bab Dosa Termanisku: Bab 111 - Bab 120
161 Bab
Bab 111
Aku memegang dadaku yang berdetak lebih kencang di depan cermin. Hari ini demi apapun semua rasa dalam jiwaku sedang tidak bisa tenang. Aku begitu bahagia, tepat hari ini namaku terhitung ada di antara jajaran anggota besar Jaff Film. Nama yang hanya orang-orang tahu sebagai MarryAnne, bukan Anna, bukan pula istri simpanan petinggi Jaff Corporations. Aku benar-benar sudah bersiap untuk gala premiere satu jam lagi, tapi sebongkah rasa ini begitu sulit aku pahami. Aku akan bertemu dengan Mbak Farah dalam kondisi sama-sama hamil. Tidakkah itu mengundang rasa penasarannya?Ibu menggenggam tanganku karena sejak tadi aku gugup, "Senyum!" katanya mengingatkan, "nanti orang-orang mikir kamu banyak beban kalo bibirmu dari tadi manyun, An!" Aku tersenyum kecut seraya menggenggam erat tangan ibuku yang tengah malam tadi datang dan benar-benar membawa semua oleh-oleh dari desa untuk anakku. Luar biasa. "Aku beneran gugup, Bu. Bukan manyun doang. Aku bener-bener gugup!" kataku tegas di antara s
Baca selengkapnya
Bab 112
Acara nonton bareng selesai, gemuruh suara tepuk tangan terdengar meriah di dalam bioskop. Satu persatu petinggi Jaff Corporations keluar dari ruang ini untuk kembali mengejar prestasi di gedung ini.Aku menghela napas. Dalam benak aku bertanya apakah setelah melihat film ini pak Ardi hatinya baik-baik saja?Aku memejamkan matanya. Deras penggalan demi penggalan kisahku dan Dito kembali menyeruak setelah ku lihat betapa pintarnya semua pemeran pengganti merangkum semua rasaku menjadi sebuah tontonan yang mengeluarkan air mata, marah, dan entahlah. Emosiku teraduk-aduk bahkan untuk berdiri saja aku enggan, semua rasanya meresahkan diri. "Kontraksi, Ann?" Coki menyentuh lenganku.Aku menoleh sambil nyengir. Memang sedaritadi aku mengelus perutku dengan muka serius. Makanya dia menyangka kalau aku kontraksi. Tapi memang iya sedikit, dan masih bisa aku pastikan belum waktunya janin ini keluar."Nggak kok, cuma lagi menikmati suasana aja." "Halah!" desis Coki, "Menikmati suasana apa bap
Baca selengkapnya
Bab 113
Aku melangkah dengan gontai keluar apartemen. Malam ini aku benar-benar harus party di rumah suamiku. Pun sejujurnya aku heran, suamiku mengadakan party di rumahnya untuk merayakan apa? Merayakan kehamilan ke dua istrinya atau sebenarnya dia hanya mau membuktikan dia baik-baik saja? Dia tidak sakit hati dengan apa yang sudah dia putuskan. Hebat, hebat. Dia begitu pintar membuat alibi. Tapi dalam hati aku benar-benar ingin mendengar sendiri pernyataannya atas hari ini."Bu, aku males banget ke sana!" kataku waktu kami berempat di dalam lift. Dito dan Coki tidak pulang, mereka singgah di apartemen, makan dan mandi sudah seperti di rumah sendiri. Pokoknya bebas karena ibu juga tidak keberatan dengan keberadaan dua laki-laki bujangan ini. Bahkan ibu dan Dito masih cukup akrab seperti tak terjadi apa-apa.Ibu memijat pelan punggung ku yang pegal-pegal."Turuti saja kemauannya, Ann. Suamimu itu pasti hanya ingin bertemu denganmu lagi. Sudah maklum saja, tidak perlu di pikir yang berat-bera
Baca selengkapnya
Bab 114
Ledakan besar langsung terjadi dengan tak kasat mata. Aku menghela napas saat ku lihat raut wajah tak percaya dari Mbak Farah setelah mengetahui bahwa ibu datang ke rumah mertuanya membawa oleh-oleh. Begitu juga Kenzo yang langsung nemplok sama ibu. Suasana menjadi tegang tapi di penuhi suara brisik Kenzo yang terus menanyakan kampung ibu dan keripik belut yang dia sukai. Kriuk-kriuk geli katanya waktu makan."Nenek harus beliin aku keripik belut lagi, Kenzo suka!" katanya dengan polos, bahkan sikapnya yang akrab sekali dengan ibu membuat mbak Farah semakin mengernyit bingung. Mbak pasti curiga, batinku sambil meneguk jus jeruk yang tersedia dengan rikuh."Untuk apa Tante ke rumah mama?" tanyanya setelah jeda dia buat untuk menerka apa yang terjadi. Sepertinya karena bermenit-menit terlewati Mbak Farah hanya diam, menatap perutku lalu ibuku.Ibu mengangkat tatapannya setelah menggelitiki perut Kenzo. Bocah kecil itu tertawa geli tapi langsung diam ketika mama menaruh jari telunjukn
Baca selengkapnya
Bab 115
"Kamu tunggu di sini, Anna. Kami butuh waktu untuk bicara secara pribadi." kata suamiku di depan pintu kamar. Ekspresinya terlihat serius tapi hangat juga menyebalkan. Kayaknya kamar mereka udah pindah, batinku seraya duduk sendiri di sofa lalu mengangguk."Gak bicara secara bareng-bareng saja mas biar semuanya terbuka. Aku—""Nanti Anna, ada waktunya sendiri!"Seorang pelayan rumah membuka pintu kamar mereka. Lalu menawarkan bantuan untuk menjaga Mbak Farah dengan sikap rikuh, juga takut."Ambilkan saja makan malam dan obat-obatannya! Siapkan juga untuk perempuan di ruang tamu." suara bariton itu tetap menggelegar di dalam kamar sebelum senyap kembali terasa. Pelayan rumah tadi menghampiriku, lalu membungkuk hormat. Lalu pergi mungkin untuk mengambil apa yang pak Ardi suruh.Aku hanya tersenyum rikuh karena tidak biasa mendapat perhatian khusus dari orang lain apalagi yang bersikap seperti orang penting seperti ini. Terdiam. Kesenyapan ruangan besar ini kemudian hilang sewaktu Nauf
Baca selengkapnya
Bab 116
Aku tidak bisa tidur. Aku tidak bisa tenang bahkan hanya sekedar untuk membaringkan tubuhku di ranjang yang begitu empuk, aku tidak bisa. Sulit, tidak ada lagi tenang yang singgah di benakku. Satu pohon harapanku sedang berada di dalam badai. Entah bagaimana upaya untuk meredamnya. Aku keluar dari kamar, bisa ku lihat party di halaman belakang masih terjadi. Dan suami dua istri itu sudah ada di sana, meneguk minuman keras yang tersaji dalam berbagai merek di atas meja.Coki dan Dito juga masih ada di sana. Tertawa senang karena entah, lalu sepasang mata yang melihatku bergeming di pembatas balkon bersorak memanggil namaku. "Come on, sweetie." Aku mendengus. Dasar tua-tua keladi. Bos Jaff Film itu pasti merasa untung aset barunya ternyata adalah istri ke dua big bos. Sudah pasti aliran dana akan lancar dan dukungan dari internal tertinggi perusahaan akan mantap jaya.Aku berdecih sambil menggeleng. Aku tidak mau suamiku mendapatiku di sana. Apalagi ada Mbak Farah di bawah yang pasti
Baca selengkapnya
Bab 117
"Anna, ayo sarapan." seru mama dari ambang pintu. Aku menoleh sambil tersenyum."Mas sama Mbak sudah bangun, ma?" tanyaku sambil menutup pintu. Mama yang datang bareng ibu menggeleng. "Paling-paling Ardi kecapekan, Ann. Benar katanya kemarin adalah hari yang berat karena sebelumnya dia sudah ngobrol dan meminta izin sama mama untuk mengungkapkan fakta tentang kamu." Aku tersenyum hangat. Tapi jika mungkin ini bukan jalan kami untuk melanjutkan hidup bersama karena Mbak Farah tidak setuju, biar kan waktu yang akan menjawab semua arti aku dalam hidup mas Ardi."Makasih, ma."Mama mengelus pipiku sambil tersenyum hangat."Semoga Farah mengerti kekurangannya, lagian Ardi juga tidak salah seratus persen. Tapi Mama cuma berharap, kamu juga paham posisi kamu di antara mereka.""Aku tau," seruku, anak mama itu kan cuma mau enaknya aja, maunya cuma goyang terus, setelah itu bingung sendiri kan jadinya. Mama terkekeh geli. "Ardi benar, selain kamu berani terang-terangan kamu juga jujur bange
Baca selengkapnya
Bab 118
"Kamu mau kemana, Anna?" seru pak Ardi dari ruang keluarga.Aku merapikan bajuku yang entah punya siapa. Aku hanya mengambil dari dalam lemari yang ternyata juga menyimpan baju-baju perlengkapan bayi perempuan.Aku mendongak setelah cukup menarik napas panjang seraya menghembuskannya."Aku masih ada kerjaan sebelum cuti, so happy holiday bos." Pak Ardi menaruh tangan Mbak Farah yang sejak aku turun dari lantai atas masih dia genggam terus seraya menghampiriku "Saya temani.""Gak usah...," kataku sambil geleng-geleng kepala. "Bukan aku yang harusnya kamu temenin, udah ah. Aku keluar dulu mas."Pak Ardi mengulurkan tangannya di depan wajahku. Aku mengerutkan kening. "Apa? Ish...""Salim dulu sama suami." Aku memutar bola mataku dan berjalan menghindarinya keluar rumah. "Sayang, aku keluar sebentar sama Anna, boleh?" teriak pak Ardi di dalam yang sanggup di dengar banyak pelayannya. Sementara aku yang sudah di halaman rumah mencari pengawal yang bisa membawaku pergi dari sini. Aku t
Baca selengkapnya
Bab 119
Aku menunduk sambil ku taruh papper bag untuk Mbak Farah dari pak Ardi, oleh-oleh jalan-jalan tadi di mal dan sebagai permintaan maaf kami karena pergi sampai siang. Isinya tas branded buat Mbak gaya-gayaan, kata suaminya tadi sambil tertawa sedih. "Aku sebenarnya benci dia beli tas-tas mahal hanya untuk di pajang di lemari, Anna. Apalagi kondisinya sekarang, dia lebih banyak di rumah. Jadi untuk apa tas-tasnya itu, ah!" aku suaminya tadi sambil menghela napas. Aku yang mengaku sebagai teman istrinya hanya tersenyum mengejek."Maaf lama, Mbak. Habis acara nobar tadi mampir les kelas parenting new born." kataku mencoba intonasi suara yang lebih rendah. Mbak Farah membuka isinya, dilihatnya tas mahal itu dengan teliti, bahkan di endus-endus juga.Aku yang melihatnya meringis sambil melirik suaminya yang meluruskan kakinya di sofa. Pak Ardi tersenyum geli. "Apa suamimu tidak membelikan barang yang sama?" tanya Mbak Farah dengan suara tegas."Aku gak mau." jawabku sama tegasnya."Kena
Baca selengkapnya
Bab 120
Aku berada di antara dua orang yang sama-sama kecewa. Kecewa akan rumah tangga mereka sendiri di atas kekayaan yang begitu melimpah dan aku, apa keberadaanku hanyalah bensin yang menyiram rasa kecewa mereka hingga berapi-api? Atau sejuk seperti air conditioner bagi pak Ardi?Entah. Aku tidak mau ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka. Keberadaan ku di sini hanyalah meminta pertanggungjawaban dari pak Ardi. Yang lain dari itu adalah bonus atau getahnya. Aku mengikat rambutku di depan cermin. Hari ini masih jam setengah lima pagi, karena aku sudah di anjurkan untuk sering jalan kaki demi kelancaran proses melahirkan. Aku sudah siap untuk keluar rumah.Aku tersenyum saat menyapa pelayan rumah yang menaiki anak tangga. "Ibu mau kemana?" tanyanya sungkan. "Jalan kaki, tapi kalo bos cariin aku. Bilang saja saya kabur. Oke.""Tapi, Bu. Nanti saya di ma—,"Aku melambaikan tangan, "Kamu sudah terlatih menghadapi pak Ardi kan?" Dia mengangguk dengan pasrah. "Ya udah, bilang gitu." de
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status