All Chapters of Dendam dan Rahasia Tuan Muda: Chapter 91 - Chapter 100
205 Chapters
Kepergian
Laila mengais-ngais tanah, mencari marmut kecilnya yang masih malu-malu bersembunyi di balik semak. “Lili! Ayo pulang, sudah sore!” Adhira memekik gadis kecil berusia 3 tahun tadi. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada macan tutul besar yang tengah memadu kasih dengan seorang pemuda berwajah es. Adhira segera menahan napasnya. Dia belum sepenuhnya kenal dengan macam tutul itu. Jadi sebisa mungkin tidak membuat suara yang terlalu mencolok. Saat menyadari Adhira ada di dekatnya, Ervan langsung mengarahkan hewan buas tadi padanya. “Ckckck… gara-gara hewan ini kamu sampai bertengkar dengan Papamu,” ucap Adhira. Mendapati hewan tersebut tidak lagi melakukan penyerangan, Adhira mulai berani menyentuh hewan tersebut dengan jemarinya. Ervan menyodorkan potongan daging terakhir padanya. Wilis begitu takluk dalam pengaruh mereka sekarang. Laila bahkan berani memeluknya tanpa segan. “Hei, Lili! Kamu mau tinggal di sini?” “Tidak!”
Read more
Lari dua puluh putaran!
Tamara mengangguk dengan tawa kecil.Adhira langsung terdiam. Ada perasaan kehilangan kecil yang pelan-pelan merasuki pikirannya. Tapi dia harus menekannya agar wanita itu tak ikutan bersedih.“Memang kamu kira kenapa saya berhenti tiba-tiba?”“Saya kira….”Suara Adhira terputus. Dia terlalu malu untuk menjawabnya. Padahal pikiran aneh sudah berkecamuk sejak pengumuman yang disampaikan Ervan tadi. Ervan baru menyusul di belakangnya dengan tersengal. Kuswan dan segelintir murid juga turun melepas kepergian guru matematika mereka itu.“Apakah Ibu akan kembali lagi? Apakah saya masih bisa menemuimu?”Tamara tak kuasa menjawab.“Kamu belajar yang rajin ya, jangan tidur di kelas.” Tamara membelai-belai kepala Adhira penuh kelembutan dan melambai pada murid yang sudah berkumpul di depan sekolah. “Maaf harus pergi mendadak.”Adhira merunduk. Dia sudah tidak memiliki or
Read more
Es krim
Seharusnya Adhira menemui Kiara sepulang sekolah ini. Namun entah mengapa, saat membayangkan kejadian terakhir yang dialami Kiara setahun lalu, keberanian Adhira menyusut. Dia tahu Kiara senantiasa menantinya di terminal bus. Sengaja menunggu lima belas menit lebih lama agar dapat kesempatan berpapasan dengan Adhira di tempat itu.Adhira ingin menemuinya, tapi setiap menit kelima belas, niat itu selalu diurungkan. Tungkainya seolah dijerat sulur tanaman, meruntuhkan tekadnya yang sudah rapuh. Untuk menghindarinya, Adhira selalu bersembunyi dan mengamati dari balik pepohonan.Akhirnya, karena kesempatan itu tak kunjung datang, Kiara pun meminta bantuan Ervan untuk menyampaikan permintaannya pada Adhira.Dan di hari yang terik itu pula Adhira kembali menemukan sosok gadis di bawah atap terminal dengan dua wadah es krim di tangannya.Kebaikan seperti ini selalu membuat hati Adhira membengkak. Bagaimana bisa dia menolak gadis yang selalu menawarkannya makanan
Read more
Atrium Eudaimonia
Kuswan berdiri dengan seragam putih untuk menyamarkan keberadaannya di Atrium Eudaimonia itu. Dia menanti kedatangan Adhira sambil menyusun sajian makanan untuk nantinya diberikan kepada para tamu undangan.“Ssst!” desis Kuswan ke arah Adhira yang berhasil melewati tiga jenjang pengaman di rumah Kuswan itu.“Sial, mereka sampai merogoh sempakku. Benar-benar kurang kerjaan!” Adhira menggerutu sambil merapikan pakaiannya yang berantakan akibat dirogoh oleh penjaga.“Penjaga genit itu hanya merogoh pria muda sepertimu.”“Bajingan! Bahkan di Paviliun Centurion saja tidak ada yang menyentuh tubuhku. Otak penjaga di tempat ini harus direndam dalam bak deterjen lebih lama.”Kuswan terkekeh menampakkan geligi putih yang berbaris di balik bibirnya.“Jadi, sudah siap? Ini baju gantinya.”Adhira meraih pakaian serba putih tersebut gusar. Dalam seketika dia berubah menjadi sesosok koki a
Read more
Satu Malam Dua Nyawa
“Adhira?”Tatapan tajam dari pemuda berdagu tirus itu memanggilnya sangsi, “Kamu kenapa memakai baju pelayan?”Adhira melepas topi panjangnya tadi dan bergegas menghadap ke arah Lodra. Dia berusaha tidak terlihat tengah menguping pembicaraan para ketua aliansi tadi. “Aku… hmmm, aku disuruh Kuswan buat menggantikannya.”“Menggantikan?” Lodra mengerutkan dahinya, “Oh, pantas saja Kuswan bisa masuk ke dalam atrium. Terus, kamu dibayar berapa sampai mau melakukan ini?”“Sst… jangan kasih tahu kalau aku ada di sini.”“Oh, oke.” Lodra mengedipkan matanya. Dia berjalan memasuki selasar dapur setelah mencomot tiga biji kacang rebus.Acara belum selesai sampai tengah malam. Jam besar di dalam atrium bahkan sudah berdentang dua belas kali dan para tamu masih sibuk membahas kas perusahaan mereka yang beberapa bulan ini agak kacau.Kekhusyukan mereka
Read more
Rahasia Kematian Arman Limawan
Adhira duduk dalam keadaan resah. Tamara menyuguhkan minuman hangat dan memintanya untuk tetap tenang. Rumah ini tampak luas, tapi mengapa hanya ada gurunya itu di tempat ini. Adhira memandang berkeliling penasaran.“Lodra sudah mengabarkan kepadaku tentang kejadian yang akan terjadi di Atrium Eudaimonia,” ucap Tamara.“Ibu sudah tahu tentang rapat lima pilar ini?”“Undangan yang selalu kamu terima dari Lodra berasal dariku.”“Jadi… kenapa bisa? Apakah Ibu juga anggota aliansi?”Tamara menggeleng. “Sejak keluarga Limawan tidak lagi menjadi anggota aliansi, aku pun bukan lagi bagian dari mereka.”“Ibu Tamara… adalah keluarga Limawan?”“Aku adik perempuan Arman Limawan. Jadi bisa dibilang aku adalah bibimu.”Dengan pelan, Tamara pun mengangguk. Adhira tak tahu harus merasa senang atau marah. Wanita di depannya yang sudah dua tahun le
Read more
Pekerjaan Baru
“Mereka cenderung memakai seseorang sebagai tumbal. Dan orang yang paling mudah digunakan adalah….”“Aku.” Adhira melanjutkan perkataan Tamara yang belum selesai itu. Senyum tipis terbentuk di wajahnya. “Sejak awal semua ini hanya skenario yang dipakai seseorang untuk menjebakku.”“Aku tahu kecurigaanmu pada Teodro sangat besar, tapi dengan kekuatan yang dimiliki Teodro, akan sangat sulit bagimu memberikan perlawanan.”“Dia yang menabrak Kiara. Dia pula yang mengutus orang untuk menembakku. Tentu saja aku mencurigainya.”Adhira meraih sebuah permen jahe dari stoples kaca di depannya. Konon katanya, rasa manis yang ditebarkan sebiji permen dapat menenangkan pikiran.“Bukan Teodro yang mengendarai mobil itu.”“Tidak mungkin. Aku melihat jelas mobil pajero hitam melindas Kiara. Kalau bukan Teodro siapa lagi?”Tamara melangkah ke depan Adhira dan me
Read more
Blackjack
Ujian sekolah yang mengakhiri tiga tahun masa muda mereka di Equator akhirnya usai. Sudah waktunya menutup cerita suka dan duka yang telah mereka alami menjadi kenangan belaka. Ervan masih dengan perawakan dingin bercahaya teduh nan memesona. Sementara Adhira, si pembuat onar yang jenius itu harus mengakui perubahan kecil dalam hidupnya. Dia sudah menerima banyak hukuman dan kehilangan banyak hal dalam hidupnya. Mempermainkan dunia bukan lagi sebuah kesenangan baginya. Terlepas dari kenyataan pahit tersebut, Adhira harus kembali menghadapi hidup dengan keceriaan. Menambal luka dengan senyuman dan berhenti menyakiti dirinya. “Daffin!” teriaknya pada pemuda berwajah es itu. Ervan berbalik sedikit tanpa menjawab. Saat dia tahu orang yang memanggilnya Adhira dia terus berjalan. “Hei, jangan cemberut terus dong. Kan nilaimu sudah di urutan teratas se-Khatulistiwa ini?” Ervan tetap melangkah dengan eskpresi dingin. Siapa pun juga tahu kalau Ervan ak
Read more
Ciuman Buta
Kuswan mengenakan jas bercorak loreng dengan kaca mata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Dia datang bersama Adhira dan Ucep dengan pakaian yang serupa. Demi meladeni kegilaan Kuswan, Adhira harus merelakan dirinya dipermak menjadi anak punk abad pertengahan dengan gaya rambut semi mohawk. Beruntungnya tidak ada lagi guru BP yang akan memplontosi kepala mereka lagi di acara prom ini. “Malam ini kita bakal jadi macan prom!” ujar Kuswan penuh gairah.Secara beriringan mereka memasuki gedung berkelap-kelip dengan musik keras memekakkan telinga itu. Kuswan tak peduli. Dia melambai dengan penuh semangat ke para gadis di sekeliling mereka.Adhira bisa melihat beberapa murid melongok bingung. Dia hanya bisa mengandalkan kaca mata hitam itu untuk menutup malunya. Sesekali dia menarik lengan baju yang kelebaran. Dia tak sempat memilih pakaiannya sebab Kuswan sudah menjemputnya saat dia masih tidur siang.“Sayang Kiara
Read more
Pengakuan Pria Mabuk
Pesta perpisahan sudah berlalu. Masa-masa SMA sudah usai. Liburan panjang akan datang dan masa depan yang tak tentu arah ini kian dekat. Adhira tak memiliki pilihan untuk bekerja di waktu senggangnya sampai semester depan untuk memulai kuliah. Dia sudah memutuskan untuk mengambil statistika bisnis.Tadinya dia berminat menjadi koki, berkat pengalaman di dapur menjadi budak keluarga Osman selama belasan tahun. Namun Adhira sadar pekerjaan itu hanya mengingatkannya pada masa kecil yang kelam. Dia tidak ingin dibayangi kenangan buruk itu di sisa hidupnya.Lagi pula kuota untuk menempati bangku kuliah pada jurusan ini terbilang cukup berlimpah. Persaingannya pun tidak sulit. Dengan kemampuan matematikanya yang luar biasa, Adhira tak akan kesulitan mendaftar di fakultas ini.Malam itu hujan deras. Adhira membawa mobil Tuan Yasir Pranadipa memasuki lahan parkir yang kosong. Dia berhenti dan mendapati tuan besar itu duduk di bangku depan sebuah kelap malam. Beberapa or
Read more
PREV
1
...
89101112
...
21
DMCA.com Protection Status