Semua Bab My Boss My Husband: Bab 21 - Bab 30
71 Bab
Salah obat
Rania! Bisa-bisanya kamu memperlihatkan tubuhmu lagi di depanku. Heh, apa kamu berniat untuk menggodaku? tanya Sakti dalam hati. Sesaat, ia berpaling. Ia tak mau imannya yang begitu kuat runtuh begitu saja melihat tubuh indah istrinya itu. Rasa lelah dan kantuk yang melanda membuat dirinya lupa dengan sebuah perjanjian di antara mereka berdua. Sampai-sampai ia lupa untuk tidur seranjang dengan Rania. Padahal, jelas-jelas mereka membuat kesepakatan tertulis agar tidak tidur dalam satu ranjang meski berada di dalam satu kamar. Tepat jam 4 pagi, Rania seakan tak mampu membuka kedua matanya. Sudah lama, ia tak merasakan tidur yang teramat nyaman seperti hari ini. Tanpa bunyi jam weker yang berdering, tanpa ada suara teriakan yang mengganggu tidurnya, membuatnya ingin menikmati momen indah ini.Namun, ada hal yang berbeda yang membuat ia harus membuka kedua matanya itu.GlekTegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Bibirnya merapat saat lengannya dengan erat memeluk dada bidang yang di
Baca selengkapnya
Rencana Sarah
Oh my God! Apa aku salah memasukkan obatnya? batin Larisa bertanya.Di kamar, Rania menghampiri Sakti yang sangat kesulitan memakai dasi di kerahnya. Hampir setengah jam lamanya, ia tak bisa menyelesaikan dasi seperti biasanya.Yah, entah kenapa hari ini ia begitu ingin memakai dasi di setelan jas hitam yang di kenakan. Padahal, dari dulu ia tak pernah memakai dasi yang membuat dirinya bingung untuk memakainya."Sini! Biar aku yang pakaikan!" pinta Rania yang seketika membuat Sakti terkejut. Untuk pertama kalinya, ia mendengar Rania mengucap kata aku pada dirinya. Tanpa perintah terlebih dulu, Rania juga dengan cepat merespon apa yang sedang ia butuhkan saat ini."Jika tak bisa memakai dasi alangkah baiknya kalo membeli dasi yang siap pakai saja. Jadi, kamu tak perlu bingung memakainya!" ujar Rania yang menyelesaikan dasi itu dengan mudahnya.Sakti menunduk menatap dasi itu tergantung cantik di lehernya. Ia mendongak beralih menatap Rania tersenyum seraya merapikan jas yang ia kenakan
Baca selengkapnya
Kepolosan Rania
Gawat! Bagaimana ini? Kak larisa mengajakku shopping dan aku sama sekali tak memegang uang. Kalo aku menolaknya, ya nggak mungkin juga. Aduh! Gimana nih? Dan tak mungkin juga kalo aku bilang tak punya uang untuk shopping? Bagaimana kalo ia curiga tentang pernikahanku dan Pak Sakti? gumam Rania dalam hati. Kedua matanya melirik ke arah Larisa yang selalu tersenyum ke arahnya. Dan terlihat menunggu sebuah jawaban darinya.Sesaat, senyum manisnya tertoreh ketika mengingat cek dari Sakti tadi malam.Oiya, semalam kan dia memberiku sebuah cek seratus juta! gumam batin Rania senang."Rania, kamu mau kan?" tanya Larisa."Iya, Kak. Kalo begitu Rania ambil tas dulu, ya, Kak!" pinta Rania."Ok! Kakak tunggu di mobil, ya!" jawab Larisa sembari menyatukan telunjuk dan jempol hingga berbentuk huruf'o'.Di kamar, Rania begitu sibuk mencari sebuah cek yang bernilai seratus juta itu."Ke mana aku menaruhnya? Perasaan, semalam aku taruh di sini!" tunjuk Rania tepat ke arah meja yang berada di samping
Baca selengkapnya
Mantan kekasih
"Hah, haruskah aku kembali padanya!" desah Sarah bingung."Dia memang baik, penyanyang dan perhatian, tapi aku tak suka dengan sikapnya yang super duper mesum itu." Sarah mendesah sebal. Kedua tangannya menopang di dada seraya berpikir dengan keputusan yang akan ia ambil.Dari kejauhan, Mike tak berhenti menatap mantan kekasihnya yang berpikir keras dengan pilihan yang ia berikan. Ia menyeringai. Rasa rindu yang membuncah telah membuatnya tak mampu berpaling dari wanita yang mengisi relung hatinya."Semoga saja dia mau menuruti permintaanku!" harap Mike tersenyum tipis. Drt ... Drt ... Mike menoleh ke arah ponsel miliknya yang bergetar.Ia menghela nafas panjang saat nama Sakti bergerak ke atas ke bawah memanggil dirinya."Ada apa lagi ni orang? Bukankah sudah ku bilang agar tak menggangguku di malam ini!" gerutu Mike membiarkan ponselnya berdering."Tak tau apa kalo hari ini aku bertemu dengan wanita yang aku cintai!"Mike beralih menatap Sarah yang masih duduk terdiam di ujung sana
Baca selengkapnya
Gara-gara mabuk
Apa semua ini benar? tanya batin Clara seakan tak percaya. Bibirnya merapat dan melirik ke arah orang yang dari dulu selalu menjadi obat nyamuk setiap kali berkencan dengan Sakti. Rasa percaya semakin kuat dengan penuturan Mike padanya.Mike tersenyum dan segera memasukkan ponsel miliknya kembali."Saya harap anda bisa menjalani kehidupan anda lebih baik lagi. Saya permisi!" ucap Mike menunduk dengan hormat seperti apa yang ia lakukannya waktu dulu.Nafas Clara tercekat. Hatinya seakan hancur berkeping-keping dengan kenyataan yang ada. Ya Tuhan, apa aku ini sedang bermimpi buruk? tanya batin Clara menegak salivanya. Terasa sangat pahit dan getir. Kedua bola matanya berkaca-kaca sembari memandang mobil putih milik Sakti yang mulai pergi meninggalkan restoran tersebut.Padahal, aku ingin memperbaiki hubungan dengannya!" kata batin Clara mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya.Di mobil, Mike menoleh menatap sahabatnya yang terdiam seribu bahasa. "Apa kamu masih memikirkan wanit
Baca selengkapnya
Ciuman Ganas
"Tapi, apa aku juga melakukan hal yang sama saat aku mabuk berat waktu itu?" Bibirnya merapat. Ia mulai mengingat kembali momen saat ia mabuk waktu itu. Namun, lagi dan lagi ia tak mampu mengingatnya kembali."Ah, sudahlah!" gegas Rania mengambil selimut bantal miliknya. Ia melangkah ke arah sofa yang tak jauh dari tempat tidur."Dasar suami aneh! Gara-gara keegoisannya, aku terpaksa memakai pakaian seperti ini dan sekarang aku juga tidur di sofa!" gerutu Rania meletakkan bantal di atas sofa yang memanjang. "Gerahnya!" umpat Rania mengusap keringat yang membasahi keningnya."Aku lepas aja, deh! Kayaknya dia sudah tak berdaya," ucapnya melepas beberapa baju yang melekat di tubuhnya.Rania menghela nafas panjang. Ia mulai merebahkan tubuhnya di atas sofa. Sejenak, jemari tangannya memegang bibir bawahnya yang merah tanpa lipstik.Sungguh! Masih sangat membekas di bibirnya. Ciuman hangat dan mesra telah di ciptakan Sakti untuknya.Jadi, begini rasanya ciuman? tanya batin Rania seraya m
Baca selengkapnya
Kecelakaan
a kamu membuat kesalahan lagi, aku tak akan segan-segan memecatmu!"Perkataan Sakti kembali melintas di benaknya."Aduh! Bagaimana ini, jika aku memberitahu pernikahan mereka pada Sarah, apa ini akan menjadi masalah antara aku dan Sakti? Sedangkan, Rania tak memberitahu Sarah tentang pernikahannya itu! Mereka berdua kan sahabat, seperti aku dan Sakti," ucap batin Mike berpikir."Kok diam? Apa yang ingin kamu katakan tentang mereka?" tanya Sarah menunggu jawaban dari Mike."Sebelum bercerita tentang mereka. Apa kamu mau menemaniku makan siang? Hampir satu minggu kita tidak berkencan, Lovely!" pinta Mike memegang tangan kiri Sarah yang menopang di paha."Baiklah! Aku akan menemanimu," ucap Sarah melepas tangan Mike yang berukuran lebih besar darinya.Mike mencoba tersenyum meski hatinya sedikit kecewa dengan perlakuan Sarah yang membatasi gaya pacarannya. Tapi, demi cintanya yang begitu besar, Mike rela berpuasa untuk menahan dirinya dari hawa nafsu yang selalu melanda.***Di rumah, lan
Baca selengkapnya
Dia adalah Sakti Argantara
Lelaki? tanya batin Rania. Apa lelaki yang di maksud adalah kevin? "Dan, maafkan paman, ya! Paman tak bisa menemani kamu saat ini. Karena paman harus kembali lagi ke Semarang."Sesaat kemudian, Rania melangkah menyusuri lorong rumah sakit yang menghubungkan arah ruang rawat ayahnya. Bibirnya merapat mengimbangi bola mata indahnya yang terus mencari ruang rawat ayahnya.Terimakasih Ya Tuhan, Engkau telah mengirimkan orang baik di saat aku membutuhkan uang. Kaluapun orang itu bukan Kevin, aku berjanji akan memperlakukan orang itu dengan sebaik-baiknya. Yang jelas, siapapun orangnya aku sangat berhutang budi padanya! Ayah, semoga ayah baik-baik saja! ucap batin Rania tersenyum lega.Sejenak, langkah kakinya terhenti. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat melihat ruang rawat yang tergolong dengan ruang VVIP.Oh my God! Ini kan ruang VVIP? Ya ampun, Kevin. Aku tak menyangka kamu begitu baik padaku! batin Rania mulai melangkah kembali menuju ruang rawat ayahnya.CeklekRania menut
Baca selengkapnya
Larisa mengambil alih
"Hutangku lunas?"Rania kembali membaca pesan tersebut berulang-ulang. Sejenak, dahinya mengerut memikirkan permintaan suaminya tersebut."Jika aku tak memanggilnya bapak, apa iya aku memanggilnya dengan sebutan 'mas' seperti yang ia mau? Hah, rasanya sangat sulit jika aku harus memanggilnya seperti itu. Terdengar sangat lebay. Bicara aku kamu saja, rasanya aneh apalagi memanggilnya seperti itu."Rania mendesah sebal. Kepalanya bersandar sembari memandang atap ruangan yang bercat serba putih."Sebenarnya, itu kesempatan emas untuk aku melunasi semua hutang tanpa mengeluarkan uang dari gajianku. Tapi, masa' iya aku harus memanggilnya seperti itu?" gumam Rania memanyunkan bibir mungilnya.Setengah jam kemudian, sesudah menghirup udara segar. Sakti melangkah masuk ke ruang rawat mertuanya. CeklekDengan hati-hati, ia menutup pintu itu secara perlahan. Berjalan menghampiri sang istri yang sudah tertidur pulas di sofa yang tersedia di ruangan VVIP tersebut.Rania ... Rania ... Langkah Sa
Baca selengkapnya
Pertemuan antara Rania dan Clara
Sebenarnya, aku juga tak mau dia melakukannya. Tapi, bagaimana mungkin aku mengatakan semua itu? Yang ada, dia mengira kalo aku ... Argh, sudahlah! Ngapain juga aku berpikiran seperti itu! gumam Sakti dalam hati. Dengan langkah buru-buru, ia menuju ke arah mobil yang siap untuk mengantarnya ke kantor.Di satu sisi, Rania dengan telaten mengurus ayahnya. Senyumnya selalu tertoreh melihat sang ayah yang sudah mulai membaik."Rania, makasih, ya!" ucap Ayah."Ayah, justru Rania yang berterimakasih karena ayah sudah bertahan demi Rania," jelas Rania menyodorkan minuman.Ayah tersenyum. Jemari tangannya membelai rambut panjang yang di miliki putrinya itu."Ayah sangat bersyukur ibu kamu telah melahirkan putri secantik dan sebaik kamu!"Rania tersenyum. Jemari tangannya memegang tangan tua yang berselangkan dengan infus."Mungkin, karena kebaikan kamu ini, Tuhan memberikanmu seorang suami yang begitu baik dan sempurna."Senyum Rania memudar. Lagi dan lagi, saktilah yang selalu di banggaka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status