All Chapters of Genderang Perang Manusia Elektrokinesis: Chapter 121 - Chapter 130
170 Chapters
121 - Gunawan dan Wiro Dilarikan ke Rumah Sakit
Gian berang dengan hardikan Gunawan. Dia merasa tidak dihargai oleh bosnya. Apakah bosnya buta sampai tak bisa melihat potensi besar dan kualitas dirinya? Kenapa masih saja menaruh Gian di bawah Wiro?Dengan sekali cekal, satu tangan Gian mencengkeram leher Gunawan, lalu mengangkat pria gemuk itu dari kursi.Gunawan kesusahan bernapas akibat dari perbuatan Gian. “Krrhh! Kau … kau … tamat! Krrgghh … aku … lapor … polisi … krrghh!”“Apa? Hendak melaporkan aku ke polisi? Kau pikir mereka sanggup menanganiku yang sekuat ini?” Gian memandang penuh cemooh pada Gunawan.“Krrghh … lepaskan .. aku ….” Suara Gunawan makin parau dengan wajah sudah memerah padam dan mulai membiru karena kekurangan pasokan oksigen.“Kau minta kulepas? Boleh! Tapi jadikan dulu aku pemimpin pekerjamu dan bayar aku dua kali lipat dari yang sudah-sudah!” Gian sudah dikuasai emosi. Dia mengingat ucapan Elang untuk tidak lagi membiarkan dirinya diinjak-injak oleh siapapun!Kedua kaki Gunawan bergerak-gerak di udara samb
Read more
122 - Polisi Mencari Gian
Gian tidak akan mengetahui bahwa akibat dari perbuatannya, Gunawan kini berada di ruang ICU karena sempat mengalami henti jantung dan sekarang pria itu mengalami koma.Sedangkan Wiro mengalami gegar otak ringan dan tidak dalam situasi bahaya.Meski begitu, keluarga Gunawan tidak terima dan mereka segera melapor ke polisi, apalagi isi brankas Gunawan dikuras. Meski yang ada di brankas itu bukan seluruh harta sang bos, namun tetap saja itu sebuah kerugian.“Pokoknya pelaku bernama Gian itu harus mendekam dan membusuk di penjara!” Istri Gunawan meradang marah di rumah sakit setelah melihat kondisi suaminya yang mengenaskan.Polisi pun didatangkan dengan segera dan menanyai anak buah Gunawan mengenai Gian.“Siapa nama lengkap dia? Di mana alamat rumahnya?” Polisi bertanya ke salah satu anak buah Gunawan.Tapi, mendadak saja orang itu terdiam sembari bingung. “Wah, aku … kami … kami hanya tahu namanya Gian, itu saja, Pak Polisi!” Dia berujar jujur.Rupanya selama ini, Gian tidak pernah dim
Read more
123 - Disambangi Polisi dan Kabur
Gian masih bersantai sehabis makan malam. Di dekat kakinya, ada Carlen dan Zohan masih memijat kakinya seperti biasa. Ini seperti sebuah rutinitas setiap malam untuk kedua kakaknya.Yah, Gian ingin membalas semua rasa sakit yang pernah diberikan kedua kakaknya selama bertahun-tahun ini.Kemudian, terdengar ketukan di pintu. Gian diam dan tetap memejamkan mata sambil merilekskan dirinya. Toh, ada Melinda yang biasanya ada di ruang tengah menonton televisi.Tak berapa lama, Melinda masuk ke kamar Gian sambil wajahnya menyiratkan bingung. “Gi—Gian, itu … itu di luar … di luar ….” Si ibu sampai gugup menyampaikan hal ke putra ketiganya.Gian membuka mata dan merasa kesal. “Apa, sih? Kenapa jadi gagap begitu, heh!” Dia hardik ibunya, merasa terganggu dengan kemunculan Melinda yang tak jelas berbicara.“Ada … a—ada … po—polisi!” Melinda akhirnya berhasil mengatakannya.Gian bergegas menegakkan tubuhnya. Zohan dan Carlen juga berhenti memijat.“Polisi? Apa-apaan?” Gian bengun dan lekas ke ru
Read more
124 - Menjadi Buronan dan Seorang Pelarian
Di motel, Gian tidak bisa tidur. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan Elang yang mengomel.“Aku sudah hendak tidur, tapi bisa-bisanya kau malah membawa pergi paksa begini. Mana bantalku tidak kau bawa pula! Kau ini idiot atau apa, sih?” Elang mencicit sambil memarahi Gian.“Maaf, maaf, Elang, aku terlalu terburu-buru dan tak sempat membawa bantalmu. Lagipula, tasku tak muat untuk itu.” Gian mencoba menenangkan kemarahan Elang. “Nanti, kalau kita keluar, aku akan membelikanmu bantal baru, yah!”Elang mendengus keras dan kemudian segera merebahkan dirinya di atas satu-satunya bantal di sana karena Gian memesan kamar dengan single bed saja.Gian menghela napas dan membiarkan Elang tidur. Justru itu bagus, karena dia tidak perlu mendengar omelan si tikus putih itu lagi.Kini, dia memeriksa tasnya. Dia keluarkan isinya. Ada emas batangan dan uang dolar milik Gunawan. Selain itu, juga ada rekening bank. Di dalamnya ada cukup banyak uang dari sang ayah dan juga uang hasil penjualan vila milik
Read more
125 - Ingin Menghubungi Alicia
Pada petang hari, Gian sudah berada di kedalaman hutan. Dia berlari terus hingga bertemu dengan sungai kecil. Akhirnya, dia beristirahat sebentar di tepi sungai sambil minum air sungai yang untung saja jernih.Elang keluar dari tas kecil Gian, dia mengomel, “Kau ini! Untuk apa kau punya kekuatan super kalau kau malah seperti tikus dikejar kucing?”Gian melongo mendengar ucapan Elang. Bukankah Elang sendiri merupakan tikus? Kenapa malah mengucapkan perumpamaan yang memperburuk citranya?Sadar akan kesalahan memilih perumpamaan, Elang berdehem dan sedikit menurunkan suaranya, “Bocah, kau ini kan sangat kuat, untuk apa malah lari dari mereka?”“Elang, mereka membawa pistol! Aku tak tahu apakah tubuhku kebal akan senjata api atau tidak. Tak mungkin aku menjajal terlebih dahulu mengenai itu, kan?” Gian menemukan alasan terbaik yang sangat masuk akal untuk dikemukakan pada Elang.“Hghh!” Elang sepertinya tidak memiliki sanggahan atas kalimat telak Gian. Memang benar, Gian tidak mungkin haru
Read more
126 - Dia Memang yang Terbaik Sejak Dulu
Sebenarnya, Gian sendiri juga heran kenapa begitu ingin menghubungi Alicia. Padahal, itu merupakan langkah yang sangat berisiko karena bisa saja gadis itu akan melaporkan dia ke polisi usai dia hubungi.Tapi ….Ponsel sudah ditempelkan ke telinga, menunggu suara nada tunggu di seberang sana sembari hatinya berdebar-debar kencang. Gian akan ambil risiko itu jika memang harus. Yang penting, dia ingin mendengar suara Alicia.Ketika panggilan akhirnya diangkat, suara lembut Alicia berkumandang. “Halo? Halo?”Lidah Gian kelu seketika. Meski mulut membuka, namun tak bisa mengucap apapun. Sementara, di seberang sana, Alicia terus menyapa berulang kali hingga akhirnya Gian yang menutup panggilan lebih dulu.Dia menatap ponselnya sambil termenung. Andaikan saja dia masih bersama Alicia, pasti hatinya bisa lebih tenang karena Alicia pandai menenangkan dia.Tapi, kenapa dulu dia begitu ingin lepas dari Alicia? Oh, itu karena dia ingin gelar idola yang baru dia dapatkan tidak luntur. Dia memilih
Read more
127 - Diundang ke Studio Televisi
Pada sore harinya, Gian masih ingin berdiam diri di hotel kecil itu sambil menyusun rencana sembari menyalakan televisi.Ketika televisi menayangkan sebuah acara bincang sore yang memiliki host beberapa selebrita, pandangan mata Gian langsung terfokus pada acara tersebut karena dia mengenali suara bintang tamunya.“Ya, saya mamanya Gian.” Itu adalah Melinda.Mata Gian membelalak ketika melihat layar di depannya. Ibunya ada di televisi? Untuk apa? Gian penuh tanda tanya.“Saya kakak pertama Gian. Nama saya Carlen.” Bahkan si sulung Carlen ada di sana pula.“Saya Zohan, kakak kedua Gian.” Terlebih, putra kedua.Satu demi satu anggota keluarga Gian memperkenalkan diri di depan kamera. Hanya Cheryl saja yang tidak ada di sana.Gian meletakkan ponselnya agar bisa fokus pada acara tersebut.“Kami … kami sangat menderita di bawah tekanan Gian.” Melinda mulai bernarasi, kemudian dia berlagak menyusut air matanya. “Kami hidup dalam ketakutan setiap harinya. Gian benar-benar tidak mengampuni ka
Read more
128 - Menjadi Trending Topic di Mana-Mana
Andai tidak ingat akan jasa Elang padanya sebagai mentor, mungkin Gian akan melempar Elang ke jalanan sambil berkendara.Baiklah, tikus putih itu ingin tempat tidur empuk dan nyaman beserta camilan enak. Baiklah! Gian akan penuhi itu semua!Maka, dia kembali berkendara, namun bukan mencari hotel, melainkan mendatangi toko peralatan bayi.“Ya, Mas? Ingin beli apa?” tanya pramuniaga saat melihat Gian memasuki tokonya.“Saya ingin beli bantal bayi kualitas bagus, alas plastik yang bagus dan selimut yang halus lembut.” Gian tidak pernah melepas masker warna hitam yang menutupi setengah wajahnya setiap dia berinteraksi dengan orang lain dalam pelarian ini.“Oh, baiklah.” Pramuniaga segera mencarikan apa yang diminta Gian. Setelah itu, semua barang dibayar dan dibawa pergi si remaja.Setelah dari toko peralatan bayi, Gian beralih ke sebuah petshop untuk membeli makanan kucing kering kualitas terbaik.Karena mencium bau sesuatu yang disuka, Elang menyembul keluar dari tas dan naik ke bahu Gi
Read more
129 - Mempelajari Hal Baru
Di layar ponselnya, terlihat Wina sedikit kesal dan tak nyaman ketika dia malah dikejar informasi oleh wartawan yang mengerubunginya.“Tolong, jangan begini. Aku dan dia sudah lama berpisah, dan tak ada kaitan lagi. Tolong jangan kejar aku karena aku tak tahu apa-apa mengenai dia.” Lalu, Wina bergegas masuk ke dalam mobil dan meninggalkan wartawan.Gian cukup berterima kasih karena Wina tidak menjelek-jelekkan dia, tidak seperti teman-teman sekelasnya yang menggunakan ajang ini untuk merendahkan dan membuat nama Gian makin buruk.Kemudian, tak sengaja dia melihat postingan video lainnya ketika kedua kakaknya mulai diundang di beberapa stasiun televisi dan berbagai podcast. Mereka semua berkicau mengenai betapa biadabnya Gian dalam memperlakukan mereka.Tangan Gian terkepal erat. Bisa-bisanya mereka memutarbalikkan fakta! Mengatakan Gian bocah aneh sejak kecil, Gian yang kasar dari kecil dan selalu ingin dituruti?Sialan!Gian tak tahan dan dia berlari ke atas atap dan meraung kesal. S
Read more
130 - Monster yang Terkenal
Sulur listrik Gian sudah menempel di atas meja besar tadi dan berniat mengangkatnya. Ketika meja terangkat, alangkah senangnya Gian. Dia tersenyum lebar.Elang masih terus memperhatikannya dengan lekat.Gian kini berjuang memindahkan meja itu ke sudut lain ruangan seperti perintah Elang. Namun, baru saja meja melayang di pertengahan jalan, Gian sudah tak kuat.Bumm!Meja berdebum ketika jatuh ke lantai, mengakibatkan debu beterbangan ke sekelilingnya.Gian merosot ke lantai sambil terengah-engah. Rupanya dia sudah mencapai batas limit kekuatan fisiknya saat ini.“Huh! Latih lagi yang benar nanti setelah kau makan dan mengumpulkan tenaga!” Elang kembali ke rooftop dan mendapati tempat itu sudah bermandikan cahaya matahari.Ketika Gian tiba di rooftop, Elang berkata, “Bocah, sediakan tempat berlindung yang nyaman! Atap ini hanya nyaman ketika malam saja, tidak ketika matahari sudah muncul!”“Ya.” Dengan tenaga lemas, Gian menyahut, lalu membereskan tempat tidur Elang untuk dicarikan tem
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status