All Chapters of Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua: Chapter 101 - Chapter 110
137 Chapters
Bab 101.  Irawan Cemburu
"Seorang anak itu bukan hanya tanda bukti cinta kasih sepasang lelaki dan perempuan yang menjadi kedua orang tuanya, tetapi anak adalah penerus garis keturunan. Jadi, benarkah kamu rela tidak bisa meneruskan garis keturunan kami?" Bu Marisa memindai mata putri sulungnya dan meminta kepastian. Marisa tergeragap mendapat pertanyaan tersebut dari ibunya. Marisa baru sadar bahwa penerus garis keturunan kedua orang tuanya terletak di pundak dia dan adiknya. Jadi, tentu saja menjadi sebuah pukulan berat untuk ibunya seandainya Marisa tetap memilih menjadi istri Irawan yang mandul. "Marisa belum tahu, Bu. Marisa masih bingung." "Ya sudah … kalau begitu salatlah dan minta petunjuk. Semoga kamu segera mendapatkan jawaban," ucap Bu Rahmi penuh harap yang diaminkan oleh Marisa. Setelah menemani ibunya makan malam, Marisa pun kembali ke rumah sakit. Selama dalam perjalanan, Marisa berulangkali melihat pergelangan tangannya. Matanya yang menatap nanar jam yang melingkar di pergelangan tanganny
Read more
Bab 102.  Garpu Tala
l"Apa itu tadi? Kalian menjalin hubungan selama aku koma?" tuduh Irawan. Wajahnya memerah dan napasnya memburu. Dia menatap Marisa yang tengah memperhatikan pintu yang baru saja menutup. Marisa menoleh mendengar seruan suaminya. Wajahnya menatap Irawan dengan keheranan. "Maksud kamu apa, Mas?" "Ada hubungan apa kamu dengan Dokter Harun? Kenapa dia berkomentar seperti itu? Dia juga tampak terpesona dengan penampilan barumu," selidik Irawan. "Hubungan? Aku dan Dokter Harun? Hubungan apa? Kamu ngomong apa, sih, Mas?" Memangnya ada yang salah dengan komentarnya tadi? Marisa menatap Irawan dengan kesal. Sementara itu Irawan ganti menatap Marisa dengan mata melotot. "Memangnya kamu nggak sadar bagaimana cara dia ngeliatin kamu?""Dokter Harun itu lelaki saleh. Dia tidak akan menatap perempuan yang bukan mahramnya. Dia hanya akan melihat sewajarnya lantas menundukkan pandangan. Bukan seperti lelaki lain yang menatap penuh nafsu. Apalagi kalau perempuan yang ditemui berpakaian terbu
Read more
Bab 103.   Permintaan Marisa
"Astaghfirullah … aku ketiduran." Marisa tergeragap dari tidurnya ketika dia mendengar alarm ponselnya yang berbunyi tepat pukul empat. Setelah membaca doa bangun tidur yang baru dihafalnya, Marisa memilih segera bangun dan duduk di pinggir sofa bed. "Enak sekali tidurku hari ini. Padahal cuma tidur satu setengah jam, tapi badanku rasanya segar. Mungkin ini yang disebut dengan tidur berkualitas," gumam Marisa, sambil meregangkan tubuhnya."Rasanya baru tadi malam aku bisa tidur senyenyak itu. Setelah masalah demi masalah menderaku, bisa tidur berkualitas adalah impian yang selama ini sulit kuraih. Rupanya melakukan garpu tala membuat hatiku merasa tenang dan bisa tidur nyenyak."Marisa tersenyum dan bergegas bangkit. "Lebih baik aku segera berwudhu dan mendirikan Salat Subuh." Perempuan berkulit kuning langsat itu pun lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia sempat menengok ke arah suaminya sebelum masuk ke toilet. Irawan tampak tertidur pulas seperti biasanya. Marisa mendecih ke
Read more
Bab 104.   Keputusan
"Mas, tolong ceraikan aku." Irawan terbelalak mendengar permintaan Marisa. Dia tidak menyangka istrinya yang selama ini penurut berani meminta cerai. Lelaki itu membuka mulutnya tapi urung berbicara dan memilih mengatupkan bibirnya kembali. "Mas … Mas Irawan dengar ucapanku barusan?" tanya Marisa sekali lagi. "Iya. Aku dengar." "Terus … kenapa diam aja, Mas? Jangan pura-pura lupa kalau aku ini istrimu, karena aku tahu kamu sudah ingat siapa aku. Jangan juga pura-pura nggak ngerti apa yang aku minta tadi." Marisa berkata dengan tegas. Terdengar helaan napas berat meluncur dari mulut Irawan sebelum dia berkata, "Nggak. Aku nggak pura-pura. Aku ingat siapa kamu dan ngerti apa yang kamu minta. Aku hanya sedang berpikir." Marisa menatap tajam Irawan. Dia menunggu kata-kata selanjutnya dari lelaki yang sudah mendampinginya selama lima tahun itu. Irawan balas menatap wajah perempuan yang selalu ada di sisinya selama lima tahun ini. Dia menemukan aura yang berbeda dari biasanya. Dul
Read more
Bab 105 Lembaran Hidup Baru
"Bu … ini ditaruh di mana, ya?" "O itu taruh di koper merah kotak-kotak aja, Bi," jawab Marisa ke Bik Siti. Saat ini Marisa dibantu asisten rumah tangganya tengah mengemasi barang-barangnya. Mereka akan pindah ke rumah ibu marisa. Sementara rumah yang pernah ditempati Marisa ini akan dijual beserta perabotnya. Sejak enam bulan lalu ditalak oleh Irawan, Marisa memang memutuskan untuk tinggal dengan ibunya. Jadi, ketika Bu Rahmi menjemputnya di rumah sakit sampai dengan sekarang ini, dia kembali ke kamarnya semasa masih belum menikah. Setelah melewati proses perceraian yang tidak berbelit-belit, Irawan memberikan sejumlah harta gono-gini kepada mantan istrinya itu. Meskipun ditentang oleh Bu Santi dan ditolak oleh Marisa, Irawan tetap kukuh untuk memberikan harta gono-gini. Alasannya itu adalah hadiah sekaligus tanda permohonan maaf dari Irawan. Salah satu harta gono-gini yang diberikan Irawan adalah rumah mewah yang selama lima tahun pernikahan ditempatinya bersama Marisa. Awaln
Read more
Bab 106. Pertanyaan Bu Rahmi
"Loh, Bu … itu kayak mobil Bapak, ya? Kenapa Bapak kok cuma parkir di luar dan nggak minta masuk?" Bik Siti mengintip dari balik gorden dan menunjuk ke arah luar. Ucapan Bik Siti membuat kening Marisa mengernyit. Sambil berjalan mendekati asisten rumah tangganya, dia membatin, "Ternyata telinga Bik Siti juga menangkap derum mobil Mas Irawan. Berarti aku tadi tidak berhalusinasi mendengar suara fortuner Mas Irawan. Buktinya Bik Siti bahkan melihat mobil mantan suami majikannya itu terparkir di luar rumah." "Bapak bikin saya ingat cerita yang ada di film-film detektif. Biasanya di film itu ada mobil parkir di luar rumah …. terus orang-orang di dalam mobil memata-matai penghuni rumah." Bik Siti terkekeh selesai dia berbicara. "Loh, Bu Marisa mau kemana?" tanya Bik Siti. Dia keheranan melihat majikannya bergegas melintasi ruang tamu dan berjalan melewatinya. "Mau lihat apa benar mobil Mas Irawan ada di depan, Bik.""Apa mau diajak masuk, Bu?""Ya enggak lah, Bik. Cuma heran aja
Read more
Bab 107   Tamu tak Terduga
"Maksud ibu rencana kamu lainnya. Masa iddahmu kan sudah selesai. Apa kamu nggak kepikiran untuk mencari pengganti Irawan?" Bu Rahmi menatap wajah Marisa. Marisa terdiam. Matanya memang masih menatap deretan bunga di depannya. Namun, angan perempuan itu sudah melintasi jajaran aneka tanaman yang ada di taman rumah ibunya. "Kok kamu diam saja. Ibu tanya serius loh ini." Bu Rahmi menepuk pelan lengan putri pertamanya yang duduk di sebelahnya. Sang putri menoleh sebentar sambil menarik sedikit bibirnya membentuk senyum sedih. "Risa masih berpikir, Bu. Terus terang saja pertanyaan Ibu itu sama sekali tidak pernah terlintas di benak Risa." "Kenapa? Apa kamu nggak pengen menikah lagi?" "Kalau ibu tanya sekarang jawaban risa sudah pasti tidak … Risa tidak ingin nikah lagi. Entah kalau beberapa tahun lagi ibu baru bertanya. Karena hati bisa berubah. Takdir Allah nantinya juga risa tidak tahu. Hanya saja untuk sekarang ini hati risa masih belum pulih, Bu." Marisa menarik napas dan menghe
Read more
Bab 108   Ada yang Pedekate
"Sebenarnya ada hal penting yang ingin aku sampaikan, Ris. Sudah lama aku menunda dan hanya menyimpannya dalam hati. Kali ini aku tidak mau mengulur waktu lagi." Sandhy menatap Marisa. Gestur tubuhnya tampak aneh. Matanya menatap tajam penuh tekad, tetapi berulang kali dia menggosokkan tangannya ke celana. Orang yang mengamatinya pasti akan tahu bahwa Sandhy sedang gugup. Marisa menelengkan kepala ke arah kiri tempat Sandhy duduk di sofa tunggal. Dia menyipitkan mata mendengar ucapan kakak kelasnya dulu itu. "Hal penting apa, Mas? Kamu membuatku penasaran saja." "Ehm … begini Marisa. Mungkin bagi kamu apa yang akan aku katakan itu terkesan tiba-tiba. Namun, bagiku tidak. Sudah lama aku memendamnya dan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya. Akhirnya momen yang aku tunggu datang juga. Sepertinya sekarang saat yang tepat untuk mengatakannya." "Ada apa, sih, Mas. Kamu membuatku tambah bingung aja." Marisa berkata dengan nada kesal."Percayalah … aku juga bingung bagaimana c
Read more
Bab 109 Rencana Bu Rahmi
"Baiklah kalau begitu, Risa. Aku akan berusaha meraih hatimu dengan cara lain." Setelah menyatakan tekadnya Sandhy meninggalkan rumah Marisa. Meski sudah berbicara setegas dan seyakin mungkin, tetapi bahu yang turun dan langkah lunglainya sudah menandakan Sandhy pasrah dengan keputusan perempuan yang disukainya itu. Marisa menatap punggung Sandhy yang menjauh dengan sedih. Dia tidak bermaksud menyakiti hati orang yang pernah dekat dengannya sebagai sahabat itu. Namun, hatinya tidak bisa berbohong. Selain belum ingin menikah lagi, Sandhy bukanlah pasangan hidup yang akan dicarinya kelak. Karena andai nanti menyempurnakan agamanya dengan menikah, Marisa ingin mencari sosok lelaki yang bisa membimbingnya menuju Surga Allah. Meski sempat tidak bisa tidur karena memikirkan banyak hal, tetapi setelah membaca doa memohon ketenangan akhirnya Marisa berhasil terlelap juga. Dia terbangun pukul empat pagi dan segera membersihkan diri. Rutinitas harian Marisa di pagi hari setelah menunaikan i
Read more
Bab 110. Rencana Perjodohan
"Siapa dia? Sepertinya aku belum pernah melihatnya dalam pertemuan keluarga." Batin Marisa sambil melangkah memasuki ruang tamu. Bude Chusnul tersenyum lebar ketika melihat Marisa dan berkata dengan gembira, "Nah ini Marisa sudah datang." Marisa menjadi canggung ketika semua pasang mata di ruang tamu rumah Bude Chusnul menatapnya. Dengan ragu-ragu dia melangkah mendekati budenya dan meraih tangannya untuk dicium. Marisa melakukan hal yang sama kepada pakdenya. Kakak dari ayahnya itu mengelus puncak hijab Marisa ketika dia menunduk untuk mencium tangan pakdenya. "Apa kabar Bude, Pakde. Maaf Risa baru sempat berkunjung," ucap Marisa lalu tersenyum rikuh. "Iya, gak apa-apa. Kami paham kok dengan kesibukan kamu. Iya, kan, Bu?" sahut Pakde Hari sambil melirik Bude Chusnul yang segera membalas dengan mengangguk. "Nggak apa-apa, Nduk ayu. Bude ngerti kok kalau kemarin-kemarin kamu masih repot. Cuma hari ini bude kok kangen banget sama kamu. Makanya bude minta ibumu untuk ke sini dengan
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status