Semua Bab KISAH CINTA YANG TERNODA : Bab 81 - Bab 90
117 Bab
Bab. 81
Semilir angin subuh meniup dedaunan yang ikut bertasbih di pagi buta ini. Dinginnya subuh diiringi gerimis halus diluar sana, membuat sebagian orang lebih senang menarik elimut kembali setelah penghambaan diri kepada sang Ilahi ditunaikan.Diluar masih cukup gelap, lampu jalan pun masih menyala. Sinarnya membias diantara gerimis yang turun, menampilkan siluet alam yang begitu indah.Dua rakaat sudah pak Cipto tunaikan. Memohon pengampunan atas dosa yang ia lakukan kemarin bersama perempuan masa lalunya. Perempuan yang kembali datang membawa luka cinta dalam hatinya.Meski kemarin pak Cipto mengatakan hanya mencintai istrinya saja, namun wajah sendu dan tatapan memohon dari Marina seolah enggan pergi dari benaknya. Mengusik hatinya yang ingin setia pada satu wanita saja.Rasa lelah dan netra yang masih ingin terpejam membuat pak Cipto ikut-ikutan menarik selimut lagi. Emejam dibawah hangatnya selimut kuning gading berwangi lavender kesusakaan istrinya.Lelaki ini kembali masuk ke dala
Baca selengkapnya
Bab. 82
“Mas, kemarin habis pelukan dengan perempuan siapa?” Bu Mutia menyerahkan kemeja kerja itu pada pak Cipto dengan netra yang berkaca, membuat pak Cipto diam membeku, kelu sesaat. Tatapannya nanar tertuju pada kemeja yang ia gunakan kemarin.Lelaki ini pikir istrinya tak akan menemukan kemeja itu. Kemeja yang jelas tercium wangi lembut khas seorang perempuan."Mas!" Hardik bu mutia pelan. Dadanya terasa dihimpit batu saat melihat suaminya terdiam seolah terkejut melihat bu Mutia menemukan kemeja itu."A-apa maksudnya, Sayang?" Gugup pak Cipto balik bertanya berusaha menyembunyikan kegugupannya."Kamu berbohong lagi, Mas. Jelas kemejamu berbau parfum perempuan." Netra bu Mutia berkaca. Buliran bening itu menggumpal seolah tak tahan untuk tak jatuh."Sayang, nggak gitu." Pak Cipto mendekat ingin menggapai istrinya yang nampak terluka.Lelaki ini telah berbohong. Sebab tak mungkin jujur. Namun kebohongannya justru bisa dibaca oleh istrinya."Jangan mendekat, Mas!" elak bu Mutia begitu sak
Baca selengkapnya
Bab. 83
Lili cukup terkejut saat menerima telepon dari ibunya. Tak biasanya wanitanya yang melahirkannya itu izin dulu bila akan sambang ke desa. Padahal ibunya bukan ingin menginap di rumah Lili dan Herdi, tapi beliau akan menginap di rumah nenek. Hal biasa yang ibunya lakukan di akhir pekan."Nanti ibu, datang sendiri, Li. Bawalah cucu ibu. Biar ibu ada teman," kata bu Mutia di telepon."Lho kok ibu datang sendiri?" Lili bertanya heran. Tak biasanya. Semenjak ibu dan ayahnya rujuk, kemana-mana mereka pasti berdua."Nggak apa-apa. Ayahmu masih sibuk. Sedangkan ibu, sudah kangen dengan rumah di kampung." Suara bu Mutia terdengar tenang. Tak mungkin memberitahukan tentang khilaf yang ayahnya lakukan. Meski pak Cipto tak mengaku, firasat dan bau parfum itu sudah menjadi bukti. Setidaknya, bu Mutia yakin bila mereka pasti melakukan pelukan."Apa perlu aku kasi tahu mas Herdi untuk jemput ibu? Mas Herdi akan ada pelatihan di kota selama tiga hari, Bu." "Boleh, tapi kalau suamimu sibuk, nggak us
Baca selengkapnya
Bab. 84
Pak Cipto benar-benar telah memblokir nomor telepon Marina . meski bayangan memohon wanita itu kerap hadir menghantui benaknya, namun lelaki ini berusaha keras melupakan bayangan wajah itu.Wajah terluka bu Mutia benar-benar membuat pak Cipto merasa bersalah. Meski sejak kejadian itu bu Mutia terlihat enggan berdekatan dengannya, tapi setidaknya ia berhasil menggagalkan wanitanya itu pergi lagi.Cukuplah apa yang ia lakukan bersama Marina kemarin menjadi dosa terakhir. Ya, dosa yang kembali terulang. Dosa nikmat yang dulu menjerumuskan pak Cipto dalam kubangan penyesalan.Ah, mengapa Marina harus hadir kembali. Apa tak ada lelaki lain yang mendekati?. Benak pak Cipto bertanya-tanya. Marina jelas masih muda. Masih empat puluhan, masih cantik dan segar, tapi mengapa harus tergila-gila pada pak Cipto yang sudah berumur ini. Meski tak dipungkiri, pak Cipto juga masih tampan dan gagah. Tubuhnya cukup terjaga. Bahkan perut lelaki yang sudah memiliki dua cucu ini, tetap proporsional. Meski
Baca selengkapnya
Bab. 85
Bukan hanya Marina yang berdiri di depan pintu yang membuatnya terkejut, tapi juga tamu yang sedang berdiri tak jauh dari anak tangga terakhir. Memandang ke arah mereka dengan tatapan nanar. Pak Cipto tak menyangka sekaligus heran mengapa bisa Marina nekat datang bersama Gery. Pak Cipto berkerut kening melihat kehadiran Marina di kantor ini. Wanita ini benar-benar nekat.Bagaimana kalau bu Mutia datang dan melihat perempuan ini ada disini.Sementara Marina juga ikut terkejut melihat Gery yang ia hindari berapa hari ini malah muncul di kantor pak Cipto."Ada perlu apa kesini?" tanya pak Cipto begitu dingin pada Marina."Mas, aku...""Selamat siang, Pak Cipto!" Gery yang melihat situasi yang cukup tegang akhirnya maju dan _menyelamatkan_ Marina."Siang, Mas Gery." Pak Cipto mengulur tangan, menjabat Gery dan mengabaikan Marina yang diam terpaku dan salah tingkah."Maaf, Pak. Saya sengaja datang dan mengajak Marina," ucap Gery sambil menatap Marina yang menunduk.Sebagai laki-laki yan
Baca selengkapnya
Bab. 86
"Apa yang akan dibicarakan, Mbak Marina? Kami ingin makan siang dulu." Pak Cipto menyela cepat. Lelaki ini tak ingin kebahagiaan hari ini kembali rusak gara-gara wanita ini.Cukuplah kebahagiaan yang lalu terenggut akibat perempuan binal ini.Lelaki ini tak ingin merasakan kembali sepinya kehilangan.Hening menjeda sesaat. Tapi Gery coba mencairkan suasana dengan mengajak Marina untuk pulang."Lain kali baru kita berkunjung lagj, Sayang!" Gery berusaha membujuk Marina agar jangan lagi menjadikan suasana rumah tangga pak Cipto menjadi keruh.Bu Mutia diam memperhatikan. Perasaan wanita sabar ini juga bercelaru. Apa yang akan wanita ini ingin bicarakan. Apakah tentang berkaitan dengan parfum pada baju kerja suaminya.Sementara pak Cipto tampak pucat. Tiba-tiba saja gugup melanda hati pria ini. Bu Mutia yang ia peluk dari samping dapat merasakan ketegangan lelakinya ini.Bu Mutia semakin membenarkan curiganya berapa hari ini.Sekali lag Marina menatap wajah tenang bu Mutia. Namun ia buk
Baca selengkapnya
Bab. 87
“Sebaiknya kita pisah saja, Mas!” Bu Mutia tak kuasa menahan sakit. embun yang sedari tadi menumpuk di kedua pelu[uk mata indahnya, akhirnya tumpah dan berderai tanpa bisa ia cegah.Bu Mutia terisak pilu, sementara pak Cipto mengeratkan pelukan dengan isakan yang ia tahan. Usia mereka bukan sudah tak muda, tapi mengapa cobaan masih datang terus apakah ada harta tak halal dalam rumah tangga mereka, apakah bu Mutia sebenarnya yang menjadi penghalang antara pak Cipto dan perempuan itu.Benak bu Mutia kecewa luar biasa.Apa arti perjalanan ibadah umroh yang mereka laksanakan beberapa bulan lalu, bila dosa kembali diulang oleh lelakinya ini.“Jangan, Sayang. Mas mohon ampun.” Pak Cipto terisak. Bukan hanya karna merasa bersalah telah menyakiti hati wanintanya kembali, tapi juga jarna dosa zina yang ia ulangi lagi.“Allah, ya Rabb,” lirih suara bu Mutia mengadukan semuanya pada oemilik hidup ini. harusnya di usia sekarang mereka tak lagi memikirkan nafsu duniawi. Harusnya sekarang mereka le
Baca selengkapnya
Bab. 88
“SAYANG!” Pak Cipto duduk memandang wajah terpejam bu Mutia di atas brangkar rumah sakit. Seberapa brengsek lelaki ini. sengaja mengguris luka hati pada istrinya yang ternyata tengah mengandung.Kuasa Allah, bu Mutia yang sudah jarang datang bulan, ternyata dikarunia lagi kehamilan yang di usianya yang sudah tak muda. Bahkan ketika beliau sudah memiliki dua orang cucu.Pak Cipto menangis, terharu mendengar laporan dokter tentang kehamilan istrinya. juga menangis karna merasa bersalah. Kabar bahagia ini datang bersamaan dengan hadirnya kembali orang ketiga yang berhasil mengguncang rumah tangga pak Cipto dan bu Mutia.Pak Cipto tak menyangka bila wajah pucat bu Mutia dan tenaga yang tak segesit biasanya, ternyata disebabkan karna kehadiran buah cinta mereka. mungkin ini hadiah umroh yang sempat terbersit di hati pak Cipto saat menunaikan ibadah ke tanah suci sepuluh bulan yang lalu. Bukan hanya pak Cipto yang ada di rumah sakit ini, tapi juga Herdi, sang menantu. Niatnya ingin mengin
Baca selengkapnya
Bab. 89
“Kamu senang sekali mempermainkan hidupku, Mas!” lirih bu Mutia, air matanya jatuh satu-satu. Keduanya sudah pulang ke rumah. Lili dan Herdi pun sudah kembali ke desa. Sebab kedua anak mereka tak bisa ditinggal lama. Lili dan Herdi berjanji akan segera menjemput ibu bila sudah bisa melakukan perjalan jauh.“Ibu telepon saja, kalau sudah mantap ingin pulang ke rumah nenek. Disana akan ada paman dan bibi yang akan menjaga ibu. Aku sama mas Herdi juga akan sering datang melihat dan dekat juga. Kami akan ada untuk ibu dan adik bayi. Ibu jangan khawatir,” pesan Lili pada ibunya.Bahkan Lili sempat memutahkan amarahnya pada ayahnya.“Mengapa ayah ingin menikahi ibu kembali kalau ayah hanya memberikan pengkhinatan pada ibu. Bila tahu ayah akan berkhianat lagi, tentu aku sudah merestui ibu dinikahi om Rasyid. Mungkin uangnya tak sebanyak ayah, tapi kata rang-orang om Rasyid setia dan benar-benar jatuh cinta pada ibu.” Ucapan Lili kemarin benar-benar membuat pak Cipto terkejut.Lelaki ini tak
Baca selengkapnya
Bab. 90
“Sampai aku mati pun aku tak akan menikahimu, Marina!” gelegar kemarahan pak Cipto pada wanita yang telah berhasil mencipta prahara dalam rumah tangganya, membuat Marina terpejam menahan sakit dan kecewa.“Aku juga cinta sama kamu, Mas. Aku nggak minta kamu ceraikan istrimu, jadikanlah aku istri keduamu.” Marina kembali memohon dengan linangan air mata.“Mengapa kau begitu terobsesi padaku, Marina? Sedangkan Gery jelas sedang menunggumu. Laki-laki itu mencintaimu.” Pak Cipto berusaha menampik perasaan ibanya pada Marina yang sedang tersedu.Sementara Marina semakin tersedu. Merasakan perihnya mencintai tapi tak diterima. Ia pikir mungkin berbagi suami itu gampang.“Aku hanya cinta sama kamu, Mas. Nggak ada yang lain,” lirih dan dalam serta penuh permohonan. Marina yang duduk pada sofa panjang hanya mampu terisak lirih. Ia tak menyangka perasaan dan pengorbanan yang ia lakukan hanya berujung sia-sia. Sementara ia juga menutup rapat hati dan pikirannya dari lelaki lain yang coba mendeka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status