All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 501 - Chapter 510
587 Chapters
Bab 501
Melihatnya tidak menjawab, Alya bertanya lagi, "Tiga tahun yang lalu?"Mata Alya langsung menatap wajah Rizki, seolah-olah dia tidak akan berhenti sampai mendapatkan jawabannya.Namun, mata dan sikapnya tampak tenang.Bahkan tidak ada sedikit pun warna kemerahan pada matanya.Jelas dia tadi sangat terkejut hingga pingsan, tetapi sekarang dia sama sekali tidak menunjukkan reaksi.Apakah ini normal?Ini tidak normal.Rizki merapatkan bibir, menatap Alya dengan sungguh-sungguh dan berkata, "Kamu nggak istirahat sedikit lagi?""Rizki."Alya memanggil nama pria itu dan berkata, "Aku bertanya padamu."Setelah beberapa waktu, barulah Rizki mengangguk."Kurang lebih begitu.""Kurang lebih?" Jawaban ini membuat Alya terkekeh. "Kamu nggak tahu kapan nenekmu meninggal? Apanya yang kurang lebih?"Rizki mengerutkan kening.Suasana di dalam kamar pun menegang.Cahya yang duduk di samping merasa seolah-olah tubuhnya telah diakupunktur, dia bahkan tidak berani bernapas.Sesuai dugaannya.Alya sangat m
Read more
Bab 502
"Sebelum meninggal, Nenek membicarakanmu."Ucapan Rizki membuat Alya tiba-tiba mendongak dan melihat ke arahnya."Benarkah?"Rizki menatapnya."Dia sangat merindukanmu."Satu kalimat ini dalam sekejap membuat air mata Alya jatuh, kemudian air matanya pun tidak dapat dihentikan. Air matanya mengalir bagaikan bendungan yang hancur dan tidak berhenti.Pemandangan ini akhirnya mengakibatkan Rizki tidak dapat menahan dirinya lagi, dia segera memeluk Alya dengan erat.Alya menangis tanpa bersuara.Dia tidak mendorong Rizki, seakan-akan dia telah kehilangan semua tenaganya. Dia bersandar di sana dan tidak bergerak, dengan air mata yang mengucur deras.Tak lama kemudian, Rizki dapat merasakan bahunya menjadi basah. Sambil menggertakkan gigi, wajahnya tampak muram. Dia merasa Alya akan terus menangis sampai air matanya habis.Setelah beberapa waktu, Rizki menepuk-nepuk pundak Alya dengan lembut."Sudahlah, semuanya sudah berlalu."Sementara itu.Irfan menjemput anak-anak. Setelah Maya dan Satya
Read more
Bab 503
Begitu membuka pintu, Alya melihat Rizki yang berdiri di depan pintu toilet.Pria itu memegang kantong infusnya sendiri.Ketika melihatnya keluar dari toilet, rasa lega muncul menggantikan ketegangan di mata Rizki.Alya melirik wajah pucat pria itu.Beberapa saat kemudian, dia berinisiatif bertanya, "Masih ada berapa kantong lagi?""Kurang tahu. Kalau kamu ingin tahu, aku bisa mengeceknya."Mendengar ini, Alya tidak menjawab dan langsung berjalan untuk mengecek tabelnya.Setelah mengecek, dia berkata pada Rizki, "Ini kantong yang terakhir.""Hm," balas Rizki. Tatapannya terpaku pada Alya yang baru saja selesai menangis, dia merasa emosi Alya sekarang terlalu tenang."Oh ya, bajumu ...."Sambil berbicara, Alya membuka lemari dan mengeluarkan sebuah gaun pasien yang baru. "Tadi aku nggak sengaja membuat bajumu basah, maaf. Apakah kamu mau ganti baju yang baru?"Mendengar ucapannya, Rizki pun menunduk dan melihat bagian bajunya yang basah karena air mata, lalu melihat Alya yang menyodorka
Read more
Bab 504
Alya menghentikan langkahnya dan menoleh."Ada apa?""Kamu besok akan ke sini?"Alya tertegun. "Tentu saja, kalau aku sudah mengatakannya maka aku akan melakukannya.""Apa masih ada pertanyaan lagi?"Rizki mengatupkan bibirnya dan tidak berbicara lagi."Kalau begitu aku pergi dulu."Melihatnya tidak berbicara lagi, Alya pun membuka pintu dan pergi.Kamar rawat itu pun kembali sunyi.Rizki menurunkan kelopak matanya, matanya tampak muram.Begitu keluar dari kamar, Alya melihat Cahya yang sedang menunggu di luar.Cahya telah salah bicara dan berbuat salah, sehingga setelah diusir, dia pun bersandar di dinding dengan perasaan yang rumit.Ketika mendengar suara, dia segera menegakkan tubuhnya dan menunjukkan ekspresi bersalah ketika melihat Alya. Kemudian dia dengan ragu-ragu berkata, "Nona Alya ...."Alya menghampirinya dan berbicara padanya seolah-olah tidak ada yang terjadi.Cahya mendengarkannya dengan sungguh-sungguh sambil mengangguk."Oke, apa malam ini aku bisa membelikan makanan u
Read more
Bab 505
"Nggak."Ucapannya membuat Alya refleks membantah."Irfan, ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Lebih tepatnya, aku merasa kalau aku nggak pantas untukmu. Jangan buang waktumu untukku lagi."Kata-kata Alya tentu saja tulus, ini bukan sekadar kata-kata sopan untuk menolak Irfan.Dia sungguh merasa bahwa Irfan adalah orang yang baik, dari latar belakang, penampilan, karakter, juga fakta bahwa dia berbudi luhur dan tidak pernah memanfaatkan statusnya untuk bermain-main dengan wanita."Kamu merasa nggak pantas untukku?" Irfan terkekeh dan mendekatinya. "Tapi Alya, kalau kamu benar-benar berpikir begitu, bukankah seharusnya kamu menanyakan pendapatku? Menurutku kamu pantas. Dengan begini pun, apakah masih ada hal yang kamu khawatirkan?"Melihatnya tidak menjawab, Irfan berkata lagi, "Atau, yang kamu khawatirkan adalah dia? Kalau kita nggak kembali ke negara ini, kamu ....""Lima tahun."Mendengar ini, Irfan seketika terdiam."Sudah 5 tahun. Aku tahu kamu memperlakukanku dengan baik, aku ju
Read more
Bab 506
Dari segala aspek, Irfan memang pasangan yang baik.Sayangnya, perasaan semacam ini adalah hal yang sensitif bagi Alya.Alya menoleh untuk menatapnya. "Maafkan aku."Irfan terus memandangnya. Setelah beberapa waktu, sebuah senyum hangat kembali muncul di wajahnya. "Apa hari ini kamu lelah? Naiklah dulu ke atas, kalau ada sesuatu kita bisa membicarakannya lagi nanti.""Irfan ....""Anak-anak pasti sudah menunggumu dengan gelisah, cepatlah naik."Sambil berbicara, Irfan bahkan memegang bahu Alya dan mendorongnya untuk pergi. Kemudian dia mengantarnya masuk ke lift, menekankan tombol lantai untuknya, lalu pergi setelah berkata, "Setelah kamu naik, mintalah Pak Hasan untuk segera turun."Alya mengerutkan keningnya dan tidak menjawab.Begitu pintu lift perlahan tertutup, sebelum benar-benar tertutup, Alya melihat Irfan tersenyum padanya."Selamat malam, semoga kamu mimpi indah."Saat ini, pintu lift akhirnya tertutup.Alya pun sampai di rumahnya, Hasan dan seorang pengasuh lainnya sedang me
Read more
Bab 507
Keesokan harinya.Alya mengantarkan kedua anaknya ke sekolah seorang diri.Tadinya beberapa hari ini, yang mengantar mereka adalah Irfan. Namun, setelah perbincangan mereka semalam, Alya tidak membiarkan Irfan mengantar mereka."Kalau kamu benar-benar ingin memberiku waktu untuk berpikir, maka selama aku berpikir, jangan lakukan apa pun untuk memengaruhi pikiranku."Irfan benar-benar menurut dan tidak muncul.Melihat pria itu tidak muncul, Alya menghela napas lega dan mengantar kedua anaknya sendiri. Karena mereka berangkat lebih awal dan Alya memiliki termos di tangannya, di perjalanan kedua anak itu pun menanyakan beberapa pertanyaan dengan penasaran"Hm, teman kerja Mama sakit, jadi Mama membawakannya makanan."Maya bermulut manis, dia tidak hanya tidak bertanya lebih jauh, tetapi juga memuji-muji Alya."Mama sangat baik hati dan cantik, siapa pun yang menikahi mama kami akan menjadi pria paling beruntung di dunia."Mendengar kalimat ini, sudut bibir Alya berkedut.Kata-kata ini dia
Read more
Bab 508
"Nggak, nggak, aku hanya ingin lihat apakah kamu sudah datang atau belum."Alya masuk ke kamar sambil berbicara. Dia dengan tenang meletakkan termos itu di meja, lalu menggulung lengan bajunya dan membuka tutup termos tersebut.Begitu tutupnya dibuka, aroma makanan seketika memenuhi ruangan.Cahya yang sudah sarapan, tiba-tiba menjadi lapar begitu mencium aromanya.Awalnya, dia kira Alya akan membelikan makanan dari luar untuk Rizki. Namun, ketika dia mendekat untuk melihat, ternyata Alya membuatnya sendiri.Rizki memandang wanita itu dari samping. Alya bergerak dengan sangat ahli, seolah-olah dia sudah melakukan hal ini ribuan kali.Makin lama, Rizki makin mengerutkan keningnya.Alya membawakan semangkuk makanan itu ke hadapannya. "Makanlah, semuanya makanan cair. Aku sudah bertanya pada Dokter, makanan seperti ini paling bagus untuk kondisimu sekarang."Setelah terdiam sejenak, Rizki mengambil mangkuk itu.Aromanya sangat enak. Rizki yang sudah lama tidak memiliki nafsu makan pun mer
Read more
Bab 509
Setelah meninggalkan rumah sakit, Alya langsung pergi menuju perusahaannya.Jalanan agak macet, sehingga dia pun sedikit terlambat. Namun, tanpa disangka, dia bertemu dengan pemuda yang kemarin.Begitu melihat Alya, pemuda berkacamata itu segera tersenyum malu. Dia bahkan mengulurkan tangannya pada Alya."Hai, mulai sekarang kita rekan kerja."Alya berjabat tangan dengannya."Kemarin aku kira kamu ke sini untuk melamar kerja, tapi ternyata kamu sudah bekerja di sini. Hei, bagaimana kamu bisa tertarik dengan perusahaan kecil ini? Apa kamu sudah tahu lebih dulu kalau Perusahaan Saputra akan berinvestasi di sini?"Tahu lebih dulu?Alya terkekeh dan berkata, "Bukannya aku tahu lebih dulu, tapi aku memang tahu lebih dulu daripada kalian.""Tentu saja, kamu 'kan sudah bekerja di sini. Sementara itu, kami hanya bisa melihatnya di brosur rekrutmen."Di dalam lift juga ada orang lain, tetapi semuanya tampak tidak ingin berinteraksi. Selain pemuda berkacamata ini, Alya tidak melihat wajah famili
Read more
Bab 510
"Ayo, aku akan mengantar kalian."Setelah berpamitan dengan Alya, Angga memimpin mereka semua pergi.Pemuda berkacamata itu berjalan di belakang Angga. "Pak Angga, apakah dia benar-benar bos kita?"Meskipun tadi sudah dijelaskan, ternyata saat ini pemuda itu masih bertanya lagi.Angga adalah seorang veteran, dia dapat melihat isi pikiran pemuda ini dengan mudah."Kenapa? Kalau dia bukan bos, kamu masih mau mendekatinya?"Begitu dia mengatakan ini, wajah pemuda itu seketika memerah."Pak Angga, jangan bicara omong kosong.""Hahaha!"Angga tertawa terbahak-bahak. "Nak, apa yang kamu takutkan? Kalau kamu suka ya kejarlah dia. Setahuku, bos kita masih lajang."Pemuda berkacamata itu tertegun, matanya berbinar lagi. Namun, setelah berpikir, dia menghela napas dan menundukkan kepalanya dengan sedih."Lupakan saja, dia sangat cantik. Bahkan kalaupun dia bukan bos, aku nggak pantas untuknya. Apalagi dia juga kaya."Mendengar ini, Angga menepuk-nepuk bahunya. "Hm, ternyata kamu tahu diri. Kamu
Read more
PREV
1
...
4950515253
...
59
DMCA.com Protection Status