Semua Bab DIAM DISANGKA BABU, BERGERAK JADI RATU: Bab 91 - Bab 100
180 Bab
Bab 91. Nasib Dimas
"Bagaimana, Bu? Setelah kecelakaan kemarin, seharusnya aku mati saja. Kenapa hanya anak itu yang mati?" racau Nila, tetapi sudah lelah memberontak.Setiap hari dia akan menangis, memikirkan masa lalu yang berujung luka dan penyesalan. Andai saja bisa, Nila pasti tidak mengajukan diri pada Zanna. Wanita itu rupanya masih menyimpan dendam dan memang harus disalahkan.Bulir bening menetes membasahi pipi. Hati Nila benar-benar terluka karena pengkhianatan hari itu. Setelah mencoba setia dan menjadikan Falen sebagai prioritas, harapannya justru dipatahkan. Sungguh, ketika menjadi kekasih Falen dan mengobrol di taman, dia bukan lagi memikirkan soal harta melainkan ketulusan.Nila bahkan tidak peduli jika mereka harus memulai dari nol sejak awal atau tinggal di tempat sederhana. Namun, sayang sekali karena semua harapan telah dipatahkan. Nila hanya bisa menunduk, menggerutu di dalam hati.Marah pada semesta? Tidak. Kecelakaan itu terjadi karena kesalahan sendiri yang terpesona pada Falen. Be
Baca selengkapnya
Bab 92. Kabar Duka
"Dimas tidak bisa diselamatkan." Kata-kata itu terus terngiang dalam pikiran Bu Tika.Setelah semalam berjuang melawan kematian, apa benar anak sulungnya benar-benar sudah pergi? Wanita paruh baya itu memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Tiba-tiba bayangan Dimas kecil datang, tersenyum seraya merenggangkan tangan dengan niat memeluk.Bu Tika menyambut hangat. Akan tetapi, dia berakhir memeluk diri sendiri. Tidak peduli menjadi pusat perhatian orang-orang, dia tetap saja berlutut di koridor rumah sakit. Air mata mengalir semakin deras, sendiri menghadapi luka ternyata sangat menyakitkan.Tadi malam dia sengaja begadang demi mengecek monitor setiap kali berbunyi. Waktu itu Dimas tiba-tiba kesulitan mengambil napas dan hilang kesadaran menambah rasa khawatir dalam hati sang ibu. Lelaki malang itu berjuang hidup sampai akhirnya dibalut kain kafan tepat pukul enam pagi."Dimas ...," desis Bu Tika mengepalkan kedua tangan. Dia lemah, kedua kaki tidak mampu menopang berat badan.S
Baca selengkapnya
Bab 93. Karma Sang Pelakor
Bab 93. Karma Sang PelakorPukul enam pagi, pintu rumah Sandra diketuk berulang kali tanpa ada suara. Wanita itu membuka mata, melepaskan diri dari pelukan Gunawan. Dia masih lelah setelah beraktivitas hampir sepanjang malam.Melangkah gontai, Sandra menuju pintu utama sambil mengikat rambut yang masih berantakan. Dia tidak peduli dengan baju kurang bahan yang dia pakai karena yakin bahwa orang di balik pintu adalah Zanna.Jika bukan dia, lantas siapa? Sementara tadi malam saja Zanna sudah mengingatkan bahwa dia akan bertamu besok untuk mengajak Sandra ke rumah Dimas. Namun, kenapa di pagi buta?"Sandra, buka pintunya!""Iya, Za. Santai!" sahut Sandra kesal.Wanita itu membuka pintu dengan sangat kasar. Betapa terkejutnya dia melihat Vita berdiri di samping wanita berambut ikal itu. Jantung seketika memompa lebih cepat dari biasanya.Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ingin mundur dengan menutup pintu pun akan menimbulkan kecurigaan. Mendelik kesal pada Zanna, wanita itu curiga seda
Baca selengkapnya
Bab 94. Akhir dari Segalanya
"Kamu nampar aku?!""Iya, aku nampar kamu!" balas Nila membulatkan kedua mata.Ketika amarah sudah mendarah daging, maka sulit mengontrol diri. Tubuh gadis itu gemetar, ada luka tersembunyi di kedua mata indahnya. Setelah mendapat berbagai penghinaan, merelakan diri ke rumah bordil, kabar duka tetap berduyun-duyun menghampiri.Nila sama sekali tidak bisa menduga selama ini bahwa Zanna adalah wanita kejam atau mungkin lebih layak disebut iblis. Pernah disiksa sampai hampir meregang nyawa di Rumah Hitam, kakak semata wayangnya pun dikurung sampai berakhir pergi selamanya.Luka itu menyebar cepat di dalam hati, perlahan berubah menjadi dendam. Namun, Nila masih sedikit waras sehingga tidak berani balas membunuh Zanna. Jika demikian, maka wanita yang telah menjadi kakak iparnya hanya akan merasakan sakit sementara. Dia sudah menyusun rencana sendiri."Aku ke sini baik-baik, tapi kamu malah berani menampar aku. Nila, apa kamu tahu konsekuensinya?""Aku tidak tahu, tidak mau tahu dan tidak
Baca selengkapnya
Bab 95. Kenyataan Baru
Seseorang yang bersembunyi di belakang Alyssa mulai bergeser ke samping. Dia menatap santai pada Zanna. "Aku yang salah. Aku telah meminta Alyssa untuk merahasiakan semuanya dari siapa pun, termasuk kamu. Semua yang terjadi bukan sebuah kebetulan, melainkan rencana aku. Alyssa bilang ingin menemukanmu, jadi aku menyusun rencana ini.""Apa maksudmu? Rencana apa?!""Perpisahanmu dengan Dimas itu bagian dari rencana aku, Za. Dia bisa selingkuh dengan Sandra karena pengaruh dariku."Zanna memicingkan mata, semakin curiga dengan kakak sendiri. Bagaimana bisa? Sungguh, kenyataan itu telah membuat kebahagiaannya sirna."Aku sudah menduga sejak lama kalau kamu akan menyalahkan aku, tetapi aku melakukannya demi dirimu. Kalau saja Dimas tidak selingkuh, apa kamu masih akan betah diperlakukan seperti babu? Aku teman Sandra, jadi sengaja memanfaatkan dia untuk membuatmu lepas dari belenggu Dimas sekeluarga. Pikirkan saja, kamu harus membenci atau berterima kasih sama aku, Za."Wanita berambut ika
Baca selengkapnya
Bab 96. Pahit
"Zanna, kamu mau ke mana?!" tanya Alyssa mencoba menghalangi jalan adiknya.Bagaimana pun, mereka tetap saudara. Di dalam diri mengalir darah yang sama. Alyssa tidak menginginkan kepergian wanita itu sekarang, apalagi Pak Arsenio masih berada di Spanyol. Jika tahu keretakan hubungan keduanya, mungkin akan menimbulkan masalah.Sementara Zanna sendiri menyeka air mata yang tadi menggenang dan jatuh tanpa permisi. Apa lagi yang bisa dia lakukan sekarang selain pergi? Ketika semua orang hanya menjadikannya batu asah untuk membuat pedang makin tajam, Zanna menyesal kembali ke rumah itu."Zanna!" bentak Alyssa dengan kedua mata merah ketika wanita itu menarik kasar tangannya. Mereka berdua saling beradu pandang, sungguh Zanna sangat muak. Namun, tidak berani memukul karena tahu bahwa kakaknya lebih kuat dan berpengaruh."Kamu mau pergi dari sini, hah?!""Kenapa? Aku dimanfaatkan–""Dimanfaatkan?" Mata Alyssa sontak memicing. "Kamu merasa kita manfaatin kamu?""Ya." Zanna tersenyum miring. "M
Baca selengkapnya
Bab 97. Tentang Masa Lalu
"Aku tuh masih penasaran, gimana kalian bisa buat jebakan untuk Dimas sama Sandra. Soalnya setahu aku, mereka memang saling cinta gitu dan Dimas ngaku lajang ke Sandra," ungkap Zanna begitu mereka bertiga duduk santai di ruang tengah setelah kepergian Akmal lagi.Haura dan Alyssa saling pandang lantas melebarkan senyum. Sebuah rencana yang sudah lama mereka susun akhirnya berujung pada tujuan yang indah. Mereka berhasil, Zanna pun tidak lagi lugu seperti biasa dan itu bagus karena sang kakak bisa meninggalkannya ke luar negeri.Pada hari itu, dia dan Haura merencanakan pertemuan di sebuah kafe. Mereka rutin membahas tentang Zanna selama empat hari terakhir. Sesuai dugaan, sang adik diperlakukan sangat buruk oleh keluarga suaminya."Gimana? Sandra mau jadi pelakor, 'kan?" Alyssa yang tidak sabaran langsung melempar pertanyaan, padahal temannya baru saja duduk."Maulah, kenapa enggak? Aku maksa dia, mengiming-imingi uang karena gaji Dimas lumayan. Untung aja Sandra percaya dan semakin y
Baca selengkapnya
Bab 98. Dia yang Tidak Diinginkan
Seribu hari telah berlalu bagaikan satu detik bagi Zanna yang selalu diberikan kebahagiaan dan perlakuan lembut dari sang suami. Setiap saat dia akan menerima hadiah-hadiah istimewa.Beberapa kotak kado saja masih tersimpan rapi di dalam kamar bernuansa putih itu. Semenjak hamil, Zanna diminta tinggal bersama keluarga suami karena dia tidak tahu bagaimana mengurus diri sendiri mengingat Alyssa pindah ke Bandung setelah pernikahannya dua tahun yang lalu.Wanita berambut ikal itu mengulum senyum, menatap langit yang penuh dengan bintang-bintang. Kenangan beberapa bulan kemarin cukup menguras air mata. Memang ada hal yang tidak pantas kembali walau meminta maaf dan menyesali berulang kali.Menoleh pada tempat tidur berukuran besar itu, seorang bayi terlelap di sana. Dia sangat tampan, mirip dengan Akmal sang ayah. Namun, hati Zanna terluka kala mengingat hari di mana dia harus berjuang antara hidup dan mati demi kelahiran putra pertama yang diberi nama Alvino Atharrayhan.Sejumput nyeri
Baca selengkapnya
Bab 99. Keputusan Suami
"Maaf." Akmal menunduk dalam.Lelaki itu memilih selalu mengalah pada sang istri karena tahu bahwa dia pernah mengalami luka di masa lalu. Jadi, Akmal harus membahagiakan dirinya.Tentu saja karena Akmal ingin spekulasi Zanna tentang 'semua lelaki adalah sama' harus dipatahkan. Lagi pula, dia tulus mencintai dan tidak mau kehilangan dalam keadaan apa pun.Akmal sadar bahwa anak yang dilahirkan bukan murni kesalahan Zanna semata. Mereka suami istri dan harus menanggung ujian itu berdua. Sebagai seorang suami, tugasnya adalah menghibur karena tidak mungkin hanya menonton. Mereka semestinya saling melengkapi bukan menyalahkan.Memang saat pertama kali melihat Alvino, dia terkejut melihat telinga kanan yang berbentuk menyerupai biji kacang dan tanpa lubang. Namun, setelah menerima nasihat dari seseorang, hatinya terbuka, merasa harus melapangkan dada."Kalau ada masalah, jangan dipendam sendirian. Sebaiknya dibicarakan. Butuh teman cerita? Insya Allah, aman." Seorang lelaki mendekati Akma
Baca selengkapnya
Bab 100. Memilih Pergi
"Apa ini pakai bawa tas segala. Dari tadi Ibu perhatiin Akmal sibuk mondar-mandir ngangkat barang." Bu Siska menatap malas pada menantunya. "Kamu yang bujuk Akmal biar pergi dari sini?!""Bu, aku bukan anak kecil lagi. Sekarang pun sudah punya keluarga sendiri. Bukannya Ibu selalu maksa aku nikah? Setelah menikah, tentu punya rumah sendiri biar enak. Ada privasi, Zanna juga nggak sungkan kalau diam aja di kamar."Akmal harus membela sang istri karena tahu bagaimana sifat ibunya. Jika hanya diam, maka dia tentu saja tidak layak disebut sebagai suami.Bukan berarti Akmal ingin menjadi durhaka. Tidak. Dia hanya ingin melindungi istrinya tanpa harus menyakiti sang ibu. Namun, jika terdesak, maka lelaki itu tidak punya pilihan lain."Lihat adik kamu si Ricky. Dia betah tinggal di sini sama istrinya. Ya, kecuali sekarang karena mereka tinggal di rumah orang tua Nafiza lagi, gantian. Kalian ini malah mau pisah rumah. Mertua kamu nggak ada di Indonesia juga, 'kan?" Bu Desi mengerucutkan bibir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status