Semua Bab Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan : Bab 151 - Bab 160
160 Bab
Bab 151. Semua makanan, tidak enak rasanya.
Memang benar sih, kata Dinda. Tubuh Fiah yang kecil langsing dan sedikit kurang tinggi, seperti menunjukkan jika dia masih berumur 16 tahunan. Padahal saat Dinda bertemu pertama kali dengan Fiah saja, umur Fiah sudah 17 an. Artinya benar kan, kalau Fiah sekarang sudah lebih 19 tahunan?Rendi tahu jika Fiah sedang Cmcemberut karena disangka bocah ingusan."Itulah kelebihan berbadan kecil Fiah. Kamu harus bersyukur karena Awet muda. Saat kamu usai 30 am tahun nanti, Dikira orang, masih umur 20 tahunan."Fiah tertawa kecil mendengar gombalan Rendi."Jangan kayak Mbak kamu ini, umur 30,an nanti, pasti gembrot kayak bundaku."Sekarang Dinda yang melotot. "Tidak akan ya? Aku akan rajin Diet!""Haha.. Bercanda." Rendi tertawa."Baiklah. Aku istirahat ya Mbak, Fiah imut ""Iya." Jawab Dinda. Kemudian pergi dari depan kamar itu sambil menarik tangan Fiah."Mbak.. mas Rendi orangnya humoris ya?" Ucap Fiah sambil berjalan menuju kamar Dinda."Iya. Dia paling humoris kalau menurut mas Riko."Dind
Baca selengkapnya
Bab 152. Diajak berangkat bareng.
Silvia mengangguk sambil mengerucutkan bibirnya. "Iya Mas. Kenapa semua makanan rasanya tidak enak ya? Apa benar kata kamu kalau lidahku ini keseleo? Coba cari tukang pijat yang ahli urut untuk memperbaiki lidahku." Pintanya."Hadeh…" Farhan mengeluh sekarang."Mana ada tukang pijat lidah! Ngade ngade aja kamu ini! Sini aku yang urut! Kalau bagian itu, serahkan pada Babang Farhan saja. Pakarnya nih!" Jawab Farhan sambil memajukan wajahnya."Ih.. Bau tau! Mandi dulu sana! Gosok Gigi!" Silvia mendorong wajah suaminya."Terus makanan ini bagaimana nasibnya, kalau kamu nggak jadi makannya?" Tanya Farhan.Silvia menggeleng."Halah.. Aku sudah menebak dari awal! Pasti begini pada akhirnya. Baiklah, tidak masalah. Aku akan menghabiskan semuanya. Sendirian!" Farhan menggerutu dan kemudian pergi mandi.Sambil mandi Farhan sambil berpikir. Jika terus-terusan seperti ini kedepannya bagaimana? Dia pasti akan sangat sibuk mengurus istrinya seorang diri, untuk terlalu melibatkan mertua, dia juga t
Baca selengkapnya
Bab 153. Anak gadis orang hilang!
"Kecil kecil ngeyel. Tar nyasar kamu!" Ucap Rendi.Mau tidak mau, dan antara malu serta canggung, Fiah pada akhirnya ikut bersama Rendi.Dalam perjalanan Fiah terus merasa salah tingkah. Sesekali dia mencuri pandang pada Rendi yang terus menatap lurus ke depan.Sampailah mobil Rendi di depan toko Milik Farhan."Terimakasih ya, Mas Rendi. Sudah nganterin Fiah. Tapi nanti aku pulangnya bagaimana?""Tar aku jemput juga. Tenang aja."Hati Fiah berbunga-bunga rasanya.Hari ini Fiah mulai bekerja. Karena dia sudah biasa mengelola toko, jadi Farhan tidak kesulitan untuk mengajari Fiah lagi. Fiah cepat mengerti dan paham dengan semua teknik penjualan.Farhan merasa sangat terbantu. Dengan adanya Fiah, Farhan tidak perlu bekerja sampai sore hari, setengah hari dia sudah bisa pulang untuk menemani istrinya yang memang sangat teler dirumah.Menjelang sore, Baru Fiah akan menutup toko saat semua karyawan sudah pulang.Hari hari terus berjalan tanpa hambatan.Fiah juga semakin akrab dengan Rendi,
Baca selengkapnya
Bab 154. Calia berdarah.
Rendi Sungguh kebingungan. Dia menengok ke kiri dan ke kanan untuk mencari keberadaan Fiah diantara orang orang yang masih duduk duduk di teras toko lainnya. Dalam pikirannya, siapa tau saja Fiah nyelip diantara Mereka. Kan badan Fiah kecil.Tapi Rendi tetap tidak dapat menemukan keberadaan Fiah, sekarang dia meremas rambutnya.Kemudian dia kembali mencoba menelpon Fiah, tapi tetap saja Panggilannya tidak diangkat."Ya Allah… Kenapa aku bisa seceroboh ini?" Rendi mulai penuh penyesalan. Kenapa tadi mesti pakai acara masuk ke rumah Tania dan malah menanggapi obrolan orang tua Tania yang ngalor ngidul nggak jelas itu. Sempat menjodoh jodohkan dirinya sama Tania segala.Tania memang cantik dan seksi sih? Tapi maaf aja, aku tidak tertarik. Kan aku lagi belajar kerja untuk menyusun masa depan cemerlang, baru setelah itu cari wanita yang cantik serta setia. Kayak Mbak Dinda hehe.. Janda juga nggak apa. Ngikutin jejak Mas Riko. Yang penting kan, bahagia."Astaga!" Rendi memukul kepalanya se
Baca selengkapnya
Bab 155. Kebahagiaan mereka diuji.
Dinda yang sudah keluar dari kamar mandi langsung berlari."Apa, Mas?"Dia menatap Riko. Tangan Riko gemetaran mengangkat dagu Calia. Darah berwarna merah hitam, mengalir dari hidung Calia.Tidak ada yang dipikirkan Riko lagi sekarang selain cepat membawa Calia ke rumah sakit.Riko berjalan dengan cepat menuruni tangga sambil menggendong Calia, sementara Dinda mengikuti dari belakang.Rendi dan Fiah sudah berangkat sejak tadi.Riko segera membuka pintu mobil untuk Dinda dan mengulurkannya Calia pada istrinya. Riko kemudian menyusul dan segera tancap Gas.Dia melirik Dinda yang sudah menangis."Mas, Calia kenapa?""Tenanglah, Dinda. Mungkin karena Calia terlalu panas, bisa jadi itu penyebab dia mimisan." Riko membelai lembut kepala Dinda. Dia tau jika istrinya tengah sangat khawatir.Dalam hati, Riko juga sangat khawatir. Dia bahkan berpikir, jika Calia mempunyai suatu penyakit berbahaya.Riko bahkan teringat mendingan Alex, biar bagaimanapun juga gen dari Alex bisa saja menurun pada p
Baca selengkapnya
Bab 156. Mendapatkan berkah, ketika sedang diuji.
Dinda menangis sesenggukan.Riko kemudian kembali pada Dokter Edward."Apa yang harus kita lakukan untuk bisa menyembuhkan Putriku. Lakukan apapun untuk kesembuhannya. Edward, kumohon. Aku tidak bisa kehilangan Calia. Kamu tahu bagaimana aku sangat menyayangi putri istriku itu?" Riko berkata dengan uraian air mata."Kanker darah yang diderita putrimu masih dalam tahap awal. Perlu diketahui, jika leukemia terjadi ketika sumsum tulang belakang memproduksi sel darah putih dalam jumlah yang berlebihan. Banyaknya sel darah putih ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan, sehingga menghambat pertumbuhan sel yang sehat.Saat seseorang mengidap kanker darah, donor sumsum tulang belakang diperlukan sebagai salah satu langkah penanganan yang tepat dan tanpa efek samping. Hal tersebut dilakukan karena kanker darah bukan termasuk kanker padat. Lagi pula, awal ditemukan kanker adalah adalah pada bagian sumsum tulang tempat sel-sel darah sehat diproduksi.""Jadi maksudmu, Calia memerlukan donor
Baca selengkapnya
Bab 157. Hanya antara mereka yang bisa.
"Satu-satunya hanyalah, antara Rehan dan Nita. Hanya mereka Mas. Kakek dan Nenek Calia dari Ayahnya juga sudah tidak ada." Ucap Dinda.Mendengar ucapan istrinya, Riko langsung mengambil keputusan."Aku akan pergi kesana menjemput mereka. Kamu kabari mereka, kalau aku akan datang karena ada suatu kepentingan. Jangan katakan apapun dulu. Aku takut akan membuat ibu Fiah syok."Dinda mengangguk.Detik itu juga Riko tidak ingin mengulur waktu lagi. Dia memeluk istrinya dengan begitu erat."Dinda. Kita akan berjuang bersama sama untuk menyelamatkan Calia dan juga menjaga calon adiknya. Jangan terlalu cemas. Aku akan meminta izin pada Ibunya Fiah untuk meminta Rehan atau Nita untuk menjadi donor untuk Calia.""Tapi kalau mereka menolak bagaimana, Mas?" Dinda menangis dengan pikiran yang sangat khawatir."Kita harus mencobanya dahulu."Dinda mengangguk."Aku akan memberi kabar Mbak Mia dan juga Mbak Silvia.""Iya. Kabari Mereka semua."Selesai bicara, Riko langsung meninggalkan rumah sakit, m
Baca selengkapnya
Bab 158. Dia, keponakanku satu-satunya.
Tidak ada yang tidak bersedih memikirkan Calia untuk saat ini. Bu Rita, Mia dan juga Silvia serta Pak Wibowo. Mereka sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Dinda harus diuji sekali lagi dengan ujian seberat ini. Lebih parahnya lagi, harus di saat kehamilan Dinda yang ke-dua ujian itu kembali menyapa Dinda.Bu Rita merangkul Dinda, menggosok lembut perutnya."Kamu harus bisa tegar dan menenangkan diri Dinda. Suamimu sedang berjuang demi putrimu, kamu juga harus bisa menjaga calon bayinya yang ada di dalam perutmu ini." Ibu ingin memberi Sedikit ketenangan untuk Dinda.Dinda mengangguk pelan."Iya, Bu. Dinda hanya sangat takut. Kalau Rehan atau Nita tidak bisa menjadi donor untuk Calia, bagaimana?""Ada kami Dinda. Kami semua akan cek kecocokan Sumsum kami. Meskipun kemungkinan kecil, siapa tau ada yang cocok di antara kami bukan?" Jawab Bu Rita."Mas Gara juga sedang menemui Dokter Edward, untuk meminta Pihak Rumah sakit agar membantu mencari donor sumsum yang cocok untuk
Baca selengkapnya
Bab 159. Satu-satunya keponakanku.
Riko akhirnya menurut ketika Bu Marni membawanya ke kamar tempat Dinda dan Calia tempati dulu semasa di sini. Kamar dimana saat Riko pernah datang ke sini untuk pertama kalinya dulu juga sempat ia tempatinya."Istirahatlah sejenak, Nak. Kamu pasti lelah. Ibu akan siapkan makan malam." Ucap Bu Marni.Riko mengangguk. Duduk di tepian ranjang sambil memijat bahunya. Barulah saat ini, Riko merasa penat.Hampir saja Riko merebahkan diri, namun dia langsung teringat pada Dinda dan segera menghubungi istrinya untuk memberi kabar jika dia sudah sampai.Baru saja Riko menekan kontak Dinda, nomor Dinda sedang dalam panggilan lain. Kemudian dari ruangan depan, terdengar ibu dan Nita menangis sambil berbicara dengan seseorang di hp.Rupanya mereka sedang menelpon Dinda.Riko mengetik pesan singkat untuk istrinya, memberi kabar jika dia sudah sampai dan besok akan segera kembali bersama Rehan.Tak lupa memberi pesan agar Dinda jangan terlalu banyak pikiran.[Jaga Calia, dan juga calon adiknya ya s
Baca selengkapnya
Bab 160. Mereka ada kecocokan.
Bukan hanya kecocokan sumsum, tetapi banyak hal lain yang harus diperiksa secara teliti.Setelah melewati Waktu yang cukup lama, Riko dan Rehan kembali ke ruangan Tunggu.Mereka belum bisa bernafas lega karena sekali lagi harus menunggu hasil dari pemeriksaan Rehan.Saat ini, Dinda dan Riko membawa Rehan masuk keruangan Calia. Dimana Caila sedang berbaring lemah dan mulai membuka matanya."Mama.." Calia langsung memanggil Dinda."Papa.." Calia menangis saat melihat Riko. Mungkin dia kangen karena dua hari ini tidak melihat papanya."Tidak apa-apa Pak, boleh kok di gendong." Saran Seorang suster.Riko langsung mengambil Calia dan menggendongnya."Cup.. cup.. sayang. Lihat, itu siapa yang datang coba? Paman Rehan..." Riko menunjuk Rehan yang kini mendekat."Calia.. Calia baik-baik saja ya?" Rehan berkata sambil meneteskan air mata. Dia cepat mengusap air matanya dan memberi ciuman pada dahi Calia."Anak pintar, tidak boleh membuat mama dan papa sedih ya? Calia pasti sembuh kok."Calia t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status