All Chapters of Roommate with Benefits : Chapter 41 - Chapter 50
90 Chapters
41. Alhamdulillah Sah!
“Ikarus!”Suara itu sontak membuat Ikarus yang tadinya tengah sibuk memperhatikan ponselnya lantas menoleh. Pria itu mengulas senyuman lebar lalu berjalan menghampiri sahabat-sahabatnya yang baru saja datang.Pria itu terlihat begitu tampan dengan balutan jasnya berwarna abu-abu. Ia tersenyum lalu memeluk mereka satu per satu.“Anjir! Nikah beneran lo, Rus?” tanya Eros saat pandangannya tertuju pada taman yang kini sudah terlihat begitu cantik dengan dekorasi sederhananya.“Hotel lo tutup, Res?”“Santai. Ada manager on duty selagi gue cuti. Nggak usah mikirin kerjaan elah.”“Anak-anak nggak pada dibawa, nih?” tanya Ikarus celingukan mencari Astu, Nira, dan Tiff yang tidak dibawa oleh mereka.“Astu sama Nira gue titipin sama Agnia, Rus,” jawab Eve kemudian. “Ini acara penting banget. Gue nggak mungkin melewatkannya, kan?”Ikarus tersenyum. “Kalau Tiff?”“Ada nyokap gue, Rus. Udah dijemput sejak kemarin malah. Katanya biar gue bisa quality time bareng sama Artemis. Nyokap minta cucu lag
Read more
42. Bertemu dengan Sahabat
“Maaf, ya?” Ikarus mengusap wajah Hera dengan lembut saat ia sudah kembali diinfus dan kembali ke ruang rawatnya. “Kamu pasti capek banget, kan?”“Dikit… tapi aku senang.” Hera mengulas senyuman lebar. “Aku bisa ketemu sama sahabat-sahabat kita.”Langit sudah mulai menggelap saat Dokter Kiev terpaksa membawa Hera kembali ke ruang rawatnya. Kondisinya yang masih belum stabil memaksa Hera untuk tidak boleh terlalu capek.“Kalau kamu masih pengen ketemu sama mereka, aku bisa panggil mereka buat datang ke sini. Nemenin kamu. Mereka sih masih sampai besok di Jakarta. Atau kalau kamu udah pengen istirahat, ketemunya besok aja.”“Nggak kok, Rus. Aku belum ngantuk juga.”“Mau aku panggilkan mereka?”Meskipun ragu akhirnya Hera mengangguk. Ikarus kemudian bangkit dari duduknya dan memanggil sahabat-sahabat mereka yang masih menghabiskan waktu di taman sembari menikmati makanan yang telah disediakan di sana.Tak lama setelahnya, pintu ruang rawat Hera dibuka Ikarus. Di belakang pria itu ada Are
Read more
43. Masa Depan Kita
“Diminum dulu obatnya, ya?” Ikarus meraih gelas di atas nakas lalu mengangsurkannya kepada Hera. “Habis ini mau jalan-jalan ke taman, nggak? Mumpung langitnya mendung.”“Boleh!” sambut Hera dengan riang.Ini sudah hari ketujuh Hera dirawat di rumah sakit. Tepatnya dua hari setelah mereka menikah. Dan tidak ada satupun hari yang dilewati Ikarus dalam menjaga istrinya.Ikarus mendorong kursi roda yang kini telah diduduki Hera. Keduanya menyusuri koridor yang tampak lengang, mengingat bahwa sekarang belum memasuki jam besuk pasien.“Rus…”“Mm? Kenapa?”“Kamu nggak kerja?”Ikarus kemudian membantu Hera turun dari kursi roda lalu duduk di salah satu bangku yang ada di bawah pohon yang cukup rindang.“Kenapa? Kamu takut kalau aku nggak bisa menafkahi kamu, ya?” kekeh Ikarus saat itu.“Nggak gitu… udah seminggu ini aku lihat kamu nggak kerja. Emangnya nggak apa-apa kalau kamu nggak kerja?” tanya perempuan itu heran.“Aman kok, Ra. Aku memang sengaja ambil unpaid leave karena pengen fokus sam
Read more
44. Permintaan Maaf Miranda
IKARUS tidak mungkin bersikap tidak sopan kepada orang yang telah berjasa membesarkan Hera sejak perempuan itu diadopsi dari panti asuhan.Biar bagaimanapun Miranda sudah menjaga Hera dengan baik. Setidaknya sampai perempuan itu tumbuh dewasa dan mampu menghidupi dirinya sendiri saat itu.Setelah memastikan Hera tertidur karena mengantuk, Ikarus meninggalkan ruang rawat Hera lalu berjalan ke depan, dan menemukan Miranda tengah duduk di depan sana.“Tante…”Miranda menoleh lalu bangkit. “Hera tidur?”Ikarus mengangguk. “Iya. Dia belum mau makan siang, katanya ngantuk.” Pria itu menghela napas. “Tante mau bicara apa?”“Gimana kalau kita bicara sambil duduk?” tanya Miranda.“Boleh.”Keduanya berjalan meninggalkan ruang rawat Hera lalu menyusuri koridor yang tampak lengang. Mereka melangkah memasuki kafe yang ada di lobi rumah sakit. Memesan minuman lalu memilih untuk duduk di bangku yang paling ujung agar tidak terganggu dengan lalu lalang orang yang melewatinya. Mereka duduk berhadapan
Read more
45. Diizinkan Pulang
“Udah selesai sarapannya?”Suara itu membuat Hera yang baru saja menyelesaikan sarapannya kemudian menolehkan wajah lalu tersenyum. Ikarus baru saja menyelesaikan urusan administrasi karena hari ini Hera sudah diizinkan untuk pulang.“Udah. Kamu udah selesai juga?”Ikarus mengangguk lalu duduk di tepi ranjang sambil membelai wajah Hera yang terlihat lebih segar dibandingkan kemarin-kemarin.“Udah, Sayang. Tinggal nunggu obat kamu aja.” Ikarus menundukkan wajahnya, menatap sisa nampan yang ada di hadapannya sebelum membantu Hera membereskannya. “Yakin nggak mau nginep sehari atau dua hari lagi di sini?”“Ck! Kamu senang sekali kayaknya tidur sambil sempit-sempitan di sini, ya?” Hera mendecak pelan. “Aku bahkan bosan karena kegiatannya cuma bangun tidur, mandi, makan, tidur lagi, gitu terus. Aku bosan, Rus.”Ikarus terkekeh begitu melihat raut kesal Hera yang menggemaskan. “Iya, iya.”“Wah… beneran pulang nih, Ra? Nggak mau nemenin saya lebih lama?”Keduanya menoleh dan mendapati Dokter
Read more
46. Rutinitas Suami Istri
“Good morning.” Suara serak khas orang bangun tidur itu membuat Hera yang baru saja membuka matanya lantas mengerjap.“Rus… kamu udah bangun dari tadi?”“Mm. Gimana tidur kamu? Nyenyak?” tanya Ikarus sembari menyelipkan anak rambut Hera ke belakang telinga.Semalam, keduanya memutuskan untuk tidur lebih awal. Rasa lelah yang sempat menggelayutinya lantaran sudah beberapa hari ini mereka tidak tidur dengan nyaman, akhirnya terbayar tuntas semalam.“Nyenyak banget. Aku bahkan nggak mimpi buruk.” Hera menyurukkan wajahnya di dada bidang Ikarus, membaui aroma musk yang berpadu dengan aroma wooden yang terasa begitu menenangkan.“Bawaannya pengen tidur lagi,” ujar Hera menambahkan.“Ya udah, tidur aja kalau masih ngantuk.” Ikarus terkekeh sembari menarik tubuh Hera agar mendekat. Membawanya ke dalam dekapan, hingga rasanya Hera bisa mendengar detak jantung Ikarus yang beraturan.“Tapi aku lapar,” ujar Hera dengan wajah mendongak. “Di kulkas ada bahan makanan apa?”“Yang jelas nggak ada ba
Read more
47. Kejujuran Ikarus
“Kayaknya udah semuanya, ya?” Hera melirik troli belanjaannya dan memastikan kembali barang-barang yang akan dibelinya sudah lengkap semua. “Apa lagi?” Ikarus ikut menoleh. “Kayaknya udah lengkap, deh.”“Ya udah, yuk! Kita langsung ke kasir aja.” Hera mengajak Ikarus menyudahi aktivitas belanjanya lalu Ikarus mendorong troli tersebut, mengekor di belakang Hera yang sudah lebih dulu melangkah mendekati kasir. Baru setelahnya Hera membayarnya.Setelah memastikan barang belanjaan itu masuk ke bagasi mobil, keduanya berjalan menuju ke kursi masing-masing dan detik itu juga Ikarus melajukan mobilnya dan segera meninggalkan pusat perbelanjaan tersebut.Tidak ada percakapan apapun sepanjang mobil yang dikendarai mereka melaju membelah kemacetan jalan raya. Cuaca sore yang terlihat mendung, ditambah dengan bersamaan para pekerja kantoran tengah pulang bekerja. Kemacetan bahkan tidak bisa terhindari.“Capek, ya?” Suara Ikarus membuyarkan keterdiaman Hera yang sejak tadi memperhatikan jalan ra
Read more
48. Ketakutan Hera
Untuk mengusir ketegangan yang terjadi, Ikarus menarik Hera ke dalam dekapannya. Manik matanya terlihat gelisah dan Hera tidak tahu bagaimana cara menenangkan dirinya.“Ra…”Hera mendongak dan tatapannya bertemu dengan sepasang mata suaminya. “Mm?”“Aku menyesal karena udah jujur sama kamu. Seandainya tadi aku nggak bilang, kamu pasti nggak akan segusar ini, kan?” Ikarus mengusap punggung Hera dengan lembut lalu mendaratkan kecupan singkat di keningnya.“Aku cuma… entahlah.” Hera menghela napas. “Nggak habis pikir kenapa Bima bisa sejahat itu dan dia dulu adalah tunanganku.”Ada perasaan bersalah yang mendadak hadir di hati Ikarus. Bukannya pria itu tidak ingin jujur dan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya kepada Hera, hanya saja Ikarus tidak ingin membebani pikirannya. Kondisinya yang belum stabil membuat Ikarus membatasi diri untuk tidak mengatakan banyak hal yang akan mempengaruhi Hera.“Kita nggak pernah tahu kapan bahaya akan mengancam kita, Ra. Tapi yang terpenting, sebelum
Read more
49. It Was Amazing (21+)
“Itu normal kok, Rus. Itu biasa terjadi karena saraf di kepala Hera tengah mencoba mengingat-ingat kejadian di masa lalu. Cuma jangan berlebihan ya?”Tepat pukul dua pagi Ikarus sengaja menghubungi Kiev. Ia tahu jika Kiev tengah berjaga malam. Dan tidak ada salahnya jika Ikarus memastikan kondisi Hera, kan? Rasa khawatir yang tidak bisa dibendungnya membuat Ikarus harus memastikan bagaimana kondisi perempuan itu.“Oke, Bang. Sejauh ini Hera masih baik-baik saja, sih. Bahkan dia sudah tertidur pulas sekarang.”“Kapan lo ke Bali?” tanya Kiev di seberang sana. “Kayaknya Hera harus segera ketemu sama Dokter Dimas, deh.”“Gue mau rencana honeymoon dulu, Bang. Aman nggak misal gue pergi sama Hera?”“Aman-aman aja, sih. Toh secara fisik, Hera baik-baik saja dan sudah pulih. Cuma ingatannya doang yang masih mengkhawatirkan.”“Jadi aman, ya?”“Aman. Lo emang mau honeymoon ke mana, sih?”“Kalau jadi sih gue mau ke Maldives, Bang.”“Anjay! Belva dulu juga ngajak ke sana. Tapi dianya keburu hamil
Read more
50. Curhatan Nathan
“Good morning.” Suara sapaan itu terdengar menyapa indera pendengaran Ikarus begitu pria itu keluar dari kamar dalam kondisinya yang sudah rapi. Aroma wangi yang menyapa indera penciumannya membuat perut Ikarus mulai keroncongan. Pria itu menyampaikan jasnya di atas meja lalu tersenyum lebar.“Masak apa? Wangi banget, sih?” Ikarus melangkah mendekati Hera lalu memeluknya dari belakang.Perempuan itu terlihat sibuk memasak nasi goreng Jawa untuk sarapan mereka.“Kamu udah siap aja. Kamu mau berangkat sekarang, ya?” tanya Hera sembari tangannya sibuk mengaduk nasi gorengnya di atas penggorengan.“Iya. Aku mau sekalian ngajuin surat pengunduran diri. Pokoknya setelah pengajuan resign ini approved, baru kita pikirkan liburan ke Maldives, ya. Nggak masalah, kan?”“Iya.” Hera tersenyum. “Kamu mau aku buatkan kopi?”“Boleh.”Ikarus menarik diri lalu berjalan mendekati meja makan dan menarik kursi di sana. Sementara Hera sibuk membuatkan kopi untuknya. Pagi itu keduanya menghabiskan waktu ya
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status