Bayi Siapa?

Bayi Siapa?

Oleh:  Puput Gunawan  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
46Bab
4.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Atik menemukan seorang bayi perempuan dalam kardus di depan rumahnya. Dia bertekad untuk mencari tahu siapa orang tua bayi tersebut. Dia juga mencurigai orang-orang yang tinggal bersamanya

Lihat lebih banyak
Bayi Siapa? Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
46 Bab
Bayi Siapa?
BAYI SIAPA? Kantung kemihku terasa penuh dan membuatku terbangun. Waktu menunjukkan pukul 03:00 dini hari. Aku beranjak dari tempat tidur untuk ke kamar mandi. Sayup-sayup terdengar suara bayi menangis. Suaranya begitu dekat. Setahuku tidak ada tetangga yang baru melahirkan di lingkungan sekitar tempat tinggalku. Apa jangan-jangan hantu? Bulu kuduk seketika meremang. Segera aku tunaikan keinginan untuk buang air kecil. Aku berjalan perlahan menuju kamar untuk kembali tidur. Namun, suara tangis bayi itu semakin terdengar kencang. Karena penasaran, aku mencari sumber suara. Semoga saja hanya imajinasiku saja. Mataku tertuju kepada pintu depan rumah. Dari suaranya terdengar jika berasal dari sana. Dengan sedikit perasaan takut, aku membuka pintu dan terkejut karena ada sebuah kardus berisi bayi. Aku mengambilnya kardus dan memperhatikan isin
Baca selengkapnya
Bab 2
Kutimang-timang bayi perempuan dalam gendongan. Sudah lama sekali rasanya aku tidak menimang bayi. Terakhir sekitar tujuh belas tahun lalu saat Angga baru lahir. Karena baru lahir, bayi perempuanku masih lebih banyak tidur serta belum bisa di ajak bermain. Segera aku menaruhnya di atas tempat tidur di dalam kamarku. "Aqila tidur, Bun?" tanya suamiku yang sedang bersiap untuk ke toko milik kami. "Iya, dia masih bayi jadi lebih banyak tidur," jawabku. "Kamu itu sangat perhatian dengan bayi itu jadi lupa sama aku," rajuk suamiku. "Tentu saja tidak, Sayang. Kamu tetap nomor satu," ucapku mencium lembut pipi suamiku. "Ya sudah, rawat Aqila baik-baik karena itu keinginanmu. Jangan mengeluh jika lelah," ucapnya. Aqila, kami menamai bayi mungil itu. Nama yang sangat cantik untuk anggota ba
Baca selengkapnya
BAB 3
Kecurigaanku sepertinya terjawab sekarang, Ami pingsan di sekolah dan aku akan pergi ke sana untuk menjemputnya. Dengan menyewa taksi online aku bergegas menuju ke SMA di mana Angga dan Ami bersekolah. Setibanya di sana aku langsung menuju ruang UKS. Terlihat Ami terbaring lemas di ranjang. Angga dan seorang siswi, mungkin temannya Ami berada di sini. "Bunda, Ami kita bawa ke rumah sakit aja, kasihan," ucap Angga. "Iya," Aku segera menghampiri Ami yang begitu pucat. Aku akan membawa Ami ke kedokter untuk di periksa kesehatannya. Setelah pamit pada guru yang merawat Ami selagi pingsan tadi, aku segera mengajaknya ke dokter. Ada yang tidak beres dengan anak itu. ***** Dokter sedang memeriksa kondisi Ami, aku sengaja membawanya ke dokter kandungan agar kecurigaanku terhadap Ami bisa t
Baca selengkapnya
Bab 4
Kutarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Menghampiri Ami yang masih menangis. Kupeluk erat gadis manis itu. Gadis yang kuanggap sebagai anakku sendiri. "Bu, maaf," ucapnya. Aku bingung harus berbicara apa. Di otakku ingin bertanya banyak hal kepada Ami. Namun, aku takut malah membuatnya tertekan. Karena bisa saja dia korban dari laki-laki tidak bertanggung jawab. Air mata menetes dari kedua mataku. Ada rasa kecewa dalam diri ini. Aku merasa gagal melindungi Ami hingga dia menjadi seperti ini. "Bu, Ami mohon maaf," ucapnya. "Semua bukan salahmu, ini salahku karena tidak bisa menjagamu dengan baik." "Bu, tolong rahasiakan ini dari ambu. Ami tidak ingin beliau sedih," pinta Ami. Satu botol cairan infus sudah habis, Ami di izinkan pulang. Kami tengah menunggu obat. Angga ter
Baca selengkapnya
Bab 5
Kepalaku sakit memikirkan banyak hal. Lebih baik mandi air hangat untuk menyegarkan pikiran. Semua orang di rumah terlihat mencurigakan untukku. Aku segera keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam kamar, terlihat Mas Abi, suamiku tengah menatap Aqila. "Tumben sudah pulang?" tanyaku. "Iya, Bun. Khawatir dengan kamu, merawat Aqila dan Ami. Tadi siang di toko kata Amran Ami sakit," jawab suamiku. Mas Abi dan Amran memang mengelola toko furniture milik kami. Penghasilan dari sana lumayan bisa menghidupi keluarga kami. "Ami bagaimana? Kenapa dia?" tanya Mas Abi. "Biasa, masalah perempuan," jawabku. Sebenarnya ingin sekali aku jujur pada Mas Abi, tapi takut. Sebab aku pun mencurigainya. Di sini ada tiga orang laki-laki yang aku curigai. Amran, Angga dan suamiku sendiri karena bagaimana
Baca selengkapnya
Bab 6
Sebaiknya kita tanya saja siapa pelakunya kepada Ami, dari pada Bunda terus mencurigai banyak orang." "Tidak sekarang, Yah. Aku takut Ami stress dan bisa mempengaruhi kesehatannya." Apakah aku bisa mempercayai suamiku sekarang? Dia terlihat tidak bersalah, tapi jujur saja aku masih mencurigainya. Siapapun bisa jadi tersangka yang menghamili Ami. "Kasihan Ami. Dia pasti tertekan. Bagaimanapun aku menganggap gadis itu seperti anakku sendiri." "Jujur aku curiga padamu, Yah" ucapku. Mas Abi menatap mataku. Dia tersenyum kecil dan mulai meyakinkan aku bahwa dia tidak seperti yang aku tuduhkan. "Atik, Sayang. Aku tidak pernah menyembunyikan apa pun dari kamu. Jika ingin selingkuh kenapa harus dengan Ami yang sudah kita anggap anak sendiri." "Pernahkah ayah membaca kisah detektif? Pelaku
Baca selengkapnya
Bab 7
Semua orang kucurigai sekarang terlebih teman-teman Ami yang kemarin datang berkunjung. Aku mencari tahu lewat Angga seberapa dekat mereka. Cewek ataupun cowok sama-sama aku curigai karena tidak ada hal yang mustahil. Bisa saja Ami di ajak sahabat wanitanya nonton film tapi ternyata malah berbuat yang tidak-tidak. Teman laki-laki pun tidak luput dari perhatianku. Kemaren ada tiga orang yang datang. Gerak gerik ketiganya sangat mencurigakan bisa saja salah satu dari mereka pelakunya. **** Hari ini hari Minggu. Rencananya aku akan mengintrogasi Angga untuk mencari tahu lebih dalam tentang teman-teman mereka kemarin. Adakah yang dekat dengan Ami atau sahabat, terutama yang laki-laki yang sering bersama dengan Ami. Aku masuk ke dalam kamar Angga. Seperti biasa Angga sibuk dengan ponselnya. Aku menghampiri dia. "Sudah makan?" tanyaku.
Baca selengkapnya
Bab 8
BAYI SIAPA? Part 8 Aku tengah berbelanja di tukang sayur. Sebenarnya aku lebih suka belanja di pasar dan sangat jarang berbelanja di tukang sayur keliling karena selain kurang lengkap, terkadang sering terjadi obrolan yang menurutku tidak penting. Kali ini terpaksa, sebab tidak ada yang menjaga Aqila jika aku ke pasar. Mbok Iin kasihan harus menjaga Aku dan Aqila. "Tumben Bu Atik berbelanja di sini," ucap Bu Mirna salah seorang tetangga. "Iya, Bu belum sempat ke pasar," jawabku. "Sibuk sama cucu baru ya Bu?" tanya Bu RT. Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari Bu RT tanpa bisa menjawabnya, mau kujawab apa? Aqila itu bukan anak Amran. "Iya, dengar-dengar Amran sudah menikah, Bu Atik ini gimana sih, nikahin anaknya gak ngundang-ngundang," ucap Bu Rina. 
Baca selengkapnya
Bab 9
BAYI SIAPA? Part 9 "Bun, sarapan dulu yuk!" Ajak suamiku. "Bunda gak lapar, Yah." "Temenin ayah sarapan aja." Aku langsung mengekor pada Mas Abi yang mengajakku untuk sarapan. Namun, aku sama sekali tidak merasa lapar. Masalah ini menguras pikiran dan membuatku tidak nafsu makan. "Bun, jangan terlalu banyak pikiran," ucap suamiku. "Tidak, hanya saja tatapan Amran terhadap Ami sulit di jelaskan." "Kamu mencurigai Amran?" "Tentu saja. Semua laki-laki di rumah ini aku curigai." "Termasuk ayah?" Aku mengangguk. Mas Abi hanya tersenyum dan mulai menyodorkan sesendok nasi goreng hangat buatan Mbok Iin ke depan bibirku. "Makan dulu. Setelah maki
Baca selengkapnya
Bab 10 POV Amran
Part 10 "Kak, boleh minta minum?" tanya seorang gadis berkuncir dua menghampiriku yang tengah berada di depan kulkas. Aku bingung siapa gadis itu. Aku tidak punya adik perempuan, ada pun Angga adik laki-lakiku yang super rese. "Nih," ucapku menyodorkan sebotol air dingin. Anak itu berlari kecil. Aku mengikuti kemana dia pergi dan berhenti tepat di kamar mbok Iin.Mau apa dia di sana. Mungkin saudara mbok Iin yang sedang berkunjung ke sini. Aku segera pergi dari dapur dan menuju ke dalam kamar untuk melanjutkan tugas kuliah. Tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk dan merengek ingin di ajarkan membuat PR. Tidak lain dan tidak bukan dia adalah Angga. Adik laki-laki yang menjengkelkan. Aku beranjak dari kamarku dan menuju ruang tamu tempat Angga membuat PRnya. Anak perempuan itu ada di sana juga. Aku t
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status