Share

6. Kasus 1

Pagi ini, Alana Athaya bersama Tim andalannya harus pergi ke suatu perkampungan Desa yang jauh dari Kota. Desa itu bernama Desa Lominggou. Mereka memiliki tugas untuk mengikuti Olah TKP menyelidiki kasus kematian seorang perempuan muda yang tidak diketahui identitasnya.

Dari laporan awal, mayat itu membusuk di tempat Peternakan Sapi. Mayatnya sudah membusuk dan tubuhnya penuh di tutupi dengan kotoran sapi yang menumpuk. kemungkinan pelaku melakukan itu tujuannya agar jenazah tersebut tertutupi dan mengsugestikan aromanya, sehingga sedikit menyamarkan. Laporan itu menurut laporan Edi pemilik peternakan sapi tersebut dan Sudi yang menemukan jenazah tersebut, saat hendak membersihkan kandang sapinya.

Ruang Otopsi.

“Seorang perempuan berumur 25 tahun. Dengan berat 85 kg, tinggi badan 165 Cm, rambut berwarna hitam panjang, berkulit sawo matang, bergolongan darah O,” jelas Alana.

“Ada luka bekas tali yang kuat dalam pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Kemungkinan besar, pelaku mengikatkan tali atau sesuatu yang sangat kencang,” kata Lili, rekan Alana.

“Tidak ada sidik jari tangan. Namun, terdapat cakaran dan sayatan pisau di pergelangan tangan kiri. Pembunuhnya menggunakan tangan kiri, yang berarti kidal,” ucap Alana, seraya melihat luka pada tubuh jenazah perempuan tersebut.

Alana melihat bagian kepala korban. “Ada tarikan kencang pada rambutnya. Sehingga, hampir terlepas.”

Lili melihat daerah kepala pada korban. "Ini bukan hampir, tapi sudah terlepas. Akibat dari darah yang sudah mengering sehingga kulit rambutnya menyatu kembali." Lili perlahan melihat keadaan tubuh korban. “Kemungkinan pelaku menutupnya dengan kotoran sapi agar membuat sugesti pada bau mayat,” tukas Lili. “Saya yang akan mencari DNA pada darahnya, Lili bisa mencari bukti lain, agar kasus ini semakin cepat terselesaikan.”

Waktu interogasi.

“Pada hari senin, ketika saya sudah memberikan sapi makan, saya mencium aroma bau busuk. Saya mencari dari mana datangnya aroma tersebut. Di ujung yang searah dengan pintu, di sana terdapat tumpukan kotoran sapi. Ya, saya pikir, baunya berasal dari kotoran itu. Makin hari, bau itu semakin tajam. Hari sabtu, saya memberanikan diri untuk menyingkirkannya. Mencari-cari dari mana aroma yang tidak sedap itu berasal. Hingga, sampai di dasarnya. Karena, saya merasa sangat penasaran dan saya juga tidak bisa menebak dan mengira. Saya begitu terkejut saat menemukan jenazah di balik kotoran itu. Karena, warnanya sudah tidak berupa, yang pertama saya lihat dan pegang itu sebelum saya tahu itu adalah perutnya yang sudah lebam, saya mencoba menjebloskan jari saya karena untuk memastikan dan ... ya bau sekali aromanya. Darah, semuanya. Aromanya sudah tidak karuan, semuanya menjadi satu,” jelas Sudi.

“Apakah ada pagar atau kunci yang rusak?” tanya Bima, ditemani oleh Athur.

“Tidak ada. Walaupun, tempatnya yang luas. Namun, tidak ada celah sama sekali. Kuncinya juga saya pegang. Tetapi, saya tidak tahu apakah ada cadangan kunci lain atau tidak.”

****

“Mengapa kotoran itu dibiarkan menumpuk?” tanya Bima, menyelidiki.

“Sebelum Saya berangkat ke luar kota, saya sudah membersihkan kotoran tersebut. Tidak ada kotoran sapi yang menumpuk. Dan juga, sudah lebih dari satu bulan saya meninggalkan peternakan dan menitipkannya kepada Pak Sudi. Ya ... hanya untuk memberikan makan saja. Di kepergian saya biarlah kotoran sapi itu tidak perlu di bersihkan. Karna, saya sedikit tidak enak kepada Pak Sudi,” jelas Edi.

“Di umurnya yang seharusnya sudah tidak bekerja, mengapa harus Pak Sudi? Jika diberi upah, bukannya menjadi kewajiban Pak Sudi, untuk menjaga sapi, termasuk juga kepada kebersihannya?” tanya Athur.

“Saya hanya berniat untuk membantu dengan memberikan pekerjaan kepada Pak Sudi. Saya berikan keringanan, untuk tidak membersihkan kotoran. Karena, tempatnya luas. Di tambah lagi umur Pak Sudi yang sudah 80 tahun, pasti keberatan ... kasihan. Terlebih lagi, Pak Sudi lebih mengetahui mengenai rumput-rumput yang harus di makan sapi-sapi.” Edi memperlihatkan foto pada saat sebelum diberitahukannya di temukan seorang jenazah di peternakannya. Saat di mana sedang pergi keluar kota bersama keluarganya. Edi, istrinya Ima, dan kedua anaknya, Diandra yang sedang berkuliah dan adiknya yang masih kecil berumur 5 tahun. “Ini pagi sebelum Pak Sudi menelepon menemukan mayat dalam peternakan saya. Siang itu saya langsung bergegas memutuskan untuk pulang.”

“Selain Bapak Edi yang memiliki kunci, siapa lagi?” lanjut Bima, menyelidiki.

“Saya hanya memiliki dua kunci, saya memegangnya dan kunci cadangan yang saya berikan kepada Pak Sudi,” kata Edi.

“Baik, Terima kasih atas penjelasannya.”

****

“Menurut penjelasan dari Pak Edi, apakah betul tugas Pak Sudi hanya memberikan makan tanpa membersihkan lapangan peternakan tersebut?” Bima menyelidiki, berharap bisa menemukan kabar terbaru.

“Betul. Namun, saya merasa malu. Maksud saya, saya membersihkan kotoran sapi tersebut, untuk memberikan rasa terima kasih kepada Pak Edi, karena telah memberikan saya pekerjaan,” jelas Sudi.

“Apakah sebelum Jenazah tersebut ditemukan, ada kecurigaan lain?” Bima membaca penjelasan dari saksi-saksi yang telah di kumpulkan.

“Tidak ada.”

****

Kafe Argyagya perbatasan antara Desa Lominggou dengan kota. Pukul 01.15 malam.

Alana dan Bima beristirahat sejenak dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Mereka akan melanjutkan menyelusuri kasus ini esok pagi. Karena, ada beberapa berkas yang tertinggal di rumahnya yang harus Alana dan Bima ambil, untuk keperluan penelusuran mereka.

“Gimana?” Alana seraya meminum Kopi Americano. “Apa ada kabar terbaru? Sepertinya, kita kekurangan saksi. Kita harus lebih teliti.”

“Ini menjadi salah satu alasan, mengapa pelaku menutupinya dengan kotoran sapi. Selain untuk menghilangkan jejak, pelaku pikir untuk mensugestikan baunya,” ucap Alana, seraya melihat foto korban dalam laptopnya. "Tak ada sidik jari ... tetapi tenang saja, bagaimanapun kejahatan disembunyikan, semua itu akan terungkap. Semesta yang akan ikut mengungkapkan."

Bima meneguk kopinya. “Lalu selanjutnya, apa langkah yang akan kita ambil?”

“Seperti yang sudah saksi jelaskan dari sini kita dapat mengetahui. Jika, tidak ada hal yang rusak dalam bangunan tersebut, sudah jelas bahwa pelaku memiliki akses untuk masuk ke dalam peternakan. Sedangkan, menurut Pak Edi hanya terdapat 2 kunci. Semua itu, hanya di miliki Pak Edi dan Pak Sudi,” jelas Alana seraya membuka lembaran-lembaran penjelasan dari saksi yang telah di rekap oleh Bima.

“Saya perlu berbicara dengan Pak Sudi.”

“Apa Pak Sudi yang melakukannya?” tanya Bima penasaran. "Penasaran."

“Berat dari jenazah tersebut 85kg. cukup gemuk. Jika di lihat dari umurnya Pak Sudi, Pak Sudi sudah tidak seharusnya untuk bekerja. Kemungkinan yang kecil. Bahkan, logika saja mengatakan tidak mungkin. Memakai alat dorong saja tidak akan mungkin, Bim.”

“Mungkin aja, Na."

Alana mendelik.”Ck! Be smart, Bima! Kita enggak ada waktu lagi buat main-main! Coba jelasin, kalo iya Pak Sudi yang lakuin, angkat jenazahnya pake apa coba?” tegas Alana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status