All Chapters of Saat Istri Memilih Pergi: Chapter 101 - Chapter 110
128 Chapters
Persidangan perdana
"Tau ga tadi aku ketemu dengan siapa, Mas." Ambarwati duduk di samping suaminya. "Siapa?" tanya Erlan mengerjitkan dahinya. Ambar terlihat tersenyum jahat. "Kamila, sedang berjalan bersama seorang pria. Tapi sepertinya wajah pria itu ga asing ya Ma, dimana gitu kayak pernah lihat deh.""Iya, wajahnya sangat familiar," seru sang mama mertua. Tanpa sadar, Erlan yang menahan cemburu, mendengar ucapan Ambar dan mertuanya, wajahnya memerah ia sungguh tak sanggup menahan beban dihatinya. Dengan cepat ia mengambil air putih lalu diteguknya beberapa kali, inikah karma untuknya menahan cemburu yang kian membuncah. Saat mengatakan jika Kamila berjalan dengan lelaki lain. "Terus...!" Bohong Erlan jauh dilupuk hatinya ia begitu cemburu. Dan saat ini dirinya sedang tak baik-baik saja. "Ya, cuma mau kasih tau saja sih. Ternyata istrimu itu ga jauh beda, ya.""Ga jauh beda, gimana maksud kamu?" tanya Erlan yang begitu kesal. "Ah sudahlah, malas aku berdebat denganmu. Ayo, Ma kita masuk."Senja
Read more
Terbakar cemburu
"Bagaimana, Lia?" tanya Reyga pada Kamila. "Masih harus sidang mediasi Rey," jawab Kamila cemas. "Bismillah, ya Lia."Kamila tersenyum. "Iya.""Ayo aku antar.""Ya, terima kasih. Kau selalu ada buatku Rey."Reyga mengangguk mengiyakan. Kamila diantar pengacaranya juga Reyga melangkah hampir mendekati ruangan kecil. Jauh disana Erlan begitu panas dadanya sepanas bara. Mendapati istrinya Kamila selalu di dekat lelaki itu, dada Erlan begitu sesak melihat pemandangan yang membuatnya begitu muak. Apalagi di depan Hakim tadi Kamila begitu kekeh ingin meminta berpisah dengannya. Saat-saat bersama Kamila, Erlan menjadi suami yang tersanjung. Suami dari seorang wanita baik hati dan penurut. Namun Erlan merasa saat ini Kamila menjauh, ia lebih penting bercanda dengan lelaki itu. Sementara Erlan sibuk sendiri dengan pikirannya. Memang semua salahnya namun tak adakah kesempatan kedua untuknya. Erlan kasihan pada dirinya sendiri, tapi apa mau dikata, kemauan orang tuanya untuk menikahi Ambar
Read more
Doa dari orang yang tersakiti
Kamila menatap pepohonan yang tertiup angin, suara angin berembus menyibak jilbab yang ia pakai. Kamila memandang anak-anak kecil yang berlarian ke tepi jalan. Berlarian bebas lepas kemana pun mereka akan pergi karena sejatinya anak kecil selalu bahagia, Kamila tersenyum karena itu awal dari kisah kecilnya yang manis. Karena mereka pun akan mempunyai kisahnya esok, kisah yang mungkin saja akan selalu penuh dengan cinta. Atau mungkin juga tentang luka. Mata Kamila dan Reyga nanar menatap anak kecil itu kemudian kembali melanjutkan makan siangnya. "Perasaanmu lebih baik sekarang, Lia?"Kamila mengganguk. "Alhamdulillah, iya.""Tenanglah Lia semuanya akan baik-baik saja."Kamila sekilas menatap wajah sahabatnya Reyga lalu tersenyum. "Iya tenang saja. Aku sudah iklas ko, Rey."Lembayung senja menampakkan ronanyaindah dan syahdu berirama dalam nyanyian jiwa, Kamila tersenyum seraya menikmati siang itu. Membuat Kamila sedikit gelisah dalam diam. "Belajar untuk bangkit dan menyadari bahw
Read more
putusan pengadilan
Kamila menoleh saat mendengar suara pintu kamar terbuka. Karin, sang adik, melangkah masuk dengan wajah sedih. Kamila menyerjit setelah menyadari bahwa sang adik telah duduk di sampingnya membuat Kamila sedikit bangkit dan duduk bersender ke arah ranjang. Sepertinya akan ada sesuatu yang akan di sampaikan padanya, entah itu apa. Kamila tersenyum dan menatap adiknya lekat. "Karin, ada apa?""Ibu, tadi sudah memanggil namaku, Mbak Mila."Kamila menatap Karin sekilas, kemudian mengalihkan pandangan. "Iya, ini semakin bagus kan, Karin. Sejak kita lakukan terapi keadaan ibu semakin membaik, fisiknya sehat hanya mentalnya saja yang terganggu.""Semoga Ibu sembuh, Mbak. Karin begitu rindu pelukan Ibu."Terkadang ada satu waktu saat tiba-tiba saja seseorang merasa hampa. Mungkin akan ada sesuatu yang entah tak mereka sadari itu. Bagi orang itu adalah sebuah firasat, namun bagi Kamila begitu yakin bahwa sang Ibu akan sembuh seperti dulu lagi. Penyakit yang diderita hanyalah sebuah sakit hat
Read more
penyesalan Erlan
Reyga tersenyum tipis, binar bola mata Kamila terlihat agak sendu. Dengan perasaan tak menentu, di pandangi wanita yang usianya satu tahun lebih muda darinya, duduk tepat di sampingnya di dalam mobil yang ia kendarai. "Kamu, lega bisa lepas dari suamimu itu."Kamila tertawa lepas hampir air matanya jatuh berderai. "Alhamdulillah, Rey!""Mau makan siang dulu," sahut Reyga dengan nada tercekat. Kamila menghela nafas dalam diam. "Kita makan di rumahku saja, Rey.""Oh begitu, Elang dan Arum ikut?""Sepertinya ikut."Perasaan keduanya memenuhi ruang dinding kalbu. Sesaat angan keduanya larut dalam keheningan di terik matahari yang makin memanas, seakan turut larut dalam jiwa panas yang menyelimuti hati Reyga. Ia terlalu naif untuk memahami cinta kala itu. Nyatanya perasaan itu nyata hingga detik ini. Kenangan hanyalah tinggal masa lalu, terlalu indah untuk dilupakan, biarlah yang pernah ada, Reyga simpan dalam-dalam. "Rey...." panggil Kamila pelan."Hmm.""Aku tak tahu harus bicara apa
Read more
Dilema Reyga
"Mau pesan apa, Reyga?""Kopi hitam saja, Elang," jawab Reyga sambil meletakkan tas nya di datas meja. Elang memesan dua cangkir kopi hitam, dan kembali duduk di depan sahabatnya. Reyga tersenyum menatap Elang meski mereka bekerja satu rumah sakit namun ia jarang sekali bertemu. Sesaat pramusaji datang membawakan dua cangkir kopi. "Bagaimana, Lia?" tanya Elang sambil mengambil kopi panas meniup pelan lalu menyesapnya. "Alhamdulillah, kalau dilihat dati luar sih dia baik-baik saja, namun entah jika hatinya.""Syukurlah.""Sebenarnya kenapa Lia sampai bisa menikah dengan Erlan, Elang."Elang tersenyum kecut. "Entahlah aku juga kurang paham, saat itu setelah ia putus dari Dimas tak lama aku dengar ia menikah dengan Erlan."Terlihat kekecewaan dari wajah tampan Reyga. "Ya, aku yang salah pergi tanpa pamit.""Kau kecewa saat Kamila bersama Dimas? Kau menyukai Kamila?"Diam. Reyga meraih gelas dan menyesap kopinya. Terkadang, Reyga menertawakan dirinya sendiri atas semua kesalahannya.
Read more
Menahan Perasaan
"Mama akan menjodohkanku dengan seseorang, Kamila."DegSesak kembali merelungi jiwa Kamila, tangannya sedikit gemetar. "Aku harus bagaimana, Kamila? Sedangkan aku tak mau hidupku diatur oleh mama, lagi."Hening ... hanya tetdengar embusan angin di pagi itu. Wanita itu menarik napas panjang. Tangannya makin kuat meremas ujung jilbabnya, seolah ingin membuka mulutnya. Namun ia terlihat begitu ragu lalu menatap Reyga dengan tatapan sayu. Dengan tatapan yang entah, seolah tak enak atau mungkin saja segan. "Lalu...." Satu kalimat keluar dari bibir Kamila. "Ayolah, Kamila jangan bercanda." Desis Reyga. Kamila tersenyum simpul dan menggeleng pelan. Seolah ia tahu apa yang Reyga pikirkan, bahwa wanita itu sedang ingin mempermainkan Reyga saja. "Emm, dijodohkan Rey. Sama mama kamu?" tanya Kamila ragu. "Iya."Reyga sempat terdiam saat melihat wajah Kamila yang terlihat begitu murung. Pria itu menatap matanya yang indah dan meneduhkan. Mata yang mungkin saja bisa menjadi penyemangat Rey
Read more
Menguras emosi
Erlan memejamkan kedua netranya, setiap kali deru angin berembus membelai dirinya dalam keheningan malam. Hanya malam yang bisa menjadi temannya kali ini, bahkan rasanya telah mati sejak putusan pengadilan itu. Tak ada ketenangan lain selain membiarkan jiwa terlelap. Hingga, ia terlelap dalam buaian malam."Mas ... bangun." Teriak Ambar menarik lengan Erlan dengan kasar, membuat Erlan Terkejut karena ia baru saja tertidur. Kepala Erlan begitu sakit dan berat, ia memijit pelipisnya yang masih terasa berat. Gila atau gimana wanita itu, hingga membuat Erlan tak bisa berpikir ia menikahi wanita yang tidak punya sopan santun sama sekali. "Ini perbuatan kamu kan, Mas?" tanya Ambarwati sambil menunjukkan gambar Erlan sedang bersama seorang wanita. Seketika itu juga Ambarwati mencengkeraman kuat lengan Erlan, hingga wajah Erlan meringis kesakitan, istrinya sungguh membuat Erlan tak mengerti apa ucapannya. "Apa kau gila, Ambar. Astaga kayak ga ada kerjaan saja sih ngurusi itu," jawab Erla
Read more
Kecelakaan
"Duda?" tanya Kamila terkejut. "Iya, Mbak," jawab Karin takut. Kamila menghela nafas berat. Dan duduk mendekati adiknya. "Kenapa dia menjadi duda, Karin?" tanya Kamila penasaran. Karin takut akan masa lalu kekasihnya tak diterima oleh Kamila, tangannya gemetar memegangi ujung jilbabnya. Entah apapun masa lalunya sekarang kekasihnya menjadi pria yang menjelma menjadi lelaki yang begitu perhatian dan juga penyayang. "Setiap orang punya masa lalu kan, Mbak, dia lelaki yang menjaga hatiku selama ini?"Kamila diam. "Mbak?""Aku tanya kenapa dia menjadi duda Karin? Itu saja?"Dada Karin bergetar hebat, bagiamana bisa ia jujur sedangkan kekasihnya dulu menikah hanya untuk balas dendam. Namun, berbohong sedikit demi kebaikan mungkin tak apa-apa bukan."Karin.""Eh, iya Mbak, dia menikah karena di suruh mamanya balas dendam.""Apa ... apa Mbak ga salah dengar?""Tidak, Mbak.""Astaqfurullah Karin, pertemukan Mbak dengan kekasihmu itu."Kamila tak percaya, namun setidaknya lelaki itu jujur
Read more
Dua Purnama
Suara bising dari mesin cuci memecah keheningan pagi ini. Walau cuaca sedikit mendung, tak menyusutkan tekat Kamila untuk tetap menggiling baju-baju kotor itu. Hatinya sudah lega, saat ini ia hanya fokus mengurus anak-anaknya juga Ibunya. Karena Reyga sudah tak peduli lagi dengannya bahkan beberapa bulan ini ia menghilang. Berat rasa dalam diam hati yang kian mendera. Entah bagaimana nasib Kamila selanjutnya, dalam hati resah Kamila berusaha untuk tegar. Selesai ia berjalan dan menjemur baju, lalu menemani Alifa mandi. Hatinya sedikit cemas namun ia berusaha untuk tetap tersenyum. Selesai perlahan sekali berjalan menuju dapur. Dan menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. "Non, mau masak apa?""Apa saja, Mbok. Biar aku yang bikin sarapannya.""Baik, Non."Semua sudah berada di meja makan, sedang sarapan. Kamila ikut duduk bersama mereka, lalu mengambil selembar roti dan mengolesnya dengan selai."Ma, Alifa mau dibuatin bekal makan siang!" pinta Alifa. "Oh mau bekal, tumben sayang?""
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status