All Chapters of Luka Yang Dirindukan: Chapter 61 - Chapter 70
111 Chapters
Perasaan Jengah
Ara baru saja selesai mandi ketika tiba-tiba bel pintu berbunyi.Tanya besar memenuhi kepalanya. Siapa kira-kira yang bertamu di pagi hari?Gegas wanita itu memakai pakaian seadanya, tanpa melepas lilitan handuk di kepala. Ara turun memeriksa.“Selamat pagi, dengan Ibu Ara?” Lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang berdiri dengan sebuh kotak di tangan.Ara mengeryitkan dahi.“Ya, saya sendiri,” sahutnya bingung.Lelaki itu melebarkan senyum yang telah terpatri. Menunjukan smiling eyes yang tampak ramah.“Saya kurir yang bertugas mengantar paket Ibu. Ini, silahkan diterima. Dan mohon izin untuk mengambil foto Ibu sambil pegang paketnya sebagai bukti tanda terima ke kantor.”Oh ... pikir Ara. Wanita itu menerima kotak segi empat yang lumayan berat untuknya pagi itu. Sementara si kurir mengeluarkan ponselnya usai Ara mengangguk tak keberatan.Foto benar-benar diambil.“Terima kasih banyak, Bu. Kalau begitu saya permisi,” izinya.Ara tak banyak bicara. Hanya setuju saja saat it
Read more
Keinginan Vina
“Mas, aku mual,” ucap Ara mengadu.Rangga menoleh panik.“Mau muntah di sini?”Rangga tengok kanan dan kiri. Bertanya-tanya apakah Ara mau muntah di tengah keramaian begini?“Aku tahan aja, Mas. Malu,” jawab Ara terpaksa. Wanita itu lebih memilih menyandarkan kepala pada sandaran kursi mobil, mati-matian menahan dorongan di dada dan tenggorokan.Ini menyiksa Ara, tetapi mau bagaimana lagi? Tak mungkin dirinya muntah di pinggir jalan yang begitu ramai pejalan kaki.“Inilah kenapa aku benci macet,” kelur Ara ingin menangis.Rangga mengeluarkan sapu tangan di saku, kemudian memberikannya pada Ara.“Mau pakai plastik aja, Ra? Enggak dikeluarin enggak enak, kan?” Rangga khawatir. Ia segera mencari-cari di sekitaran jok siapa tahu ada plastik nganggur atau apa pun yang bisa dipakai untuk menampung muntahan Ara.“Udah, enggak usah Mas. Sekarang mendingan, kok.” Ara memejamkan mata, berharap rasa mualnya hilang semua.Sayangnya melakukan itu adalah kesia-siaan belaka. Ara tak bisa mengusir ra
Read more
Rangga Kesal
Nekad. Hanya kata itu yang mendorong Vina untuk membuntuti Ara. Wanita itu bersumpah kalau melakukan ini telah membuat jantungnya berdentum keras.‘Aduh, kok, rasanya udah kayak penjahat, sih,’ batinnya. Namun ia tetap melanjutkan langkah, masuk ke dalam toilet umum wanita.Saat masuk ke dalam toilet umum, Vina tak melihat Ara di manapun. Matanya memindai teliti ke setiap sudut toilet yang kini terasa sepi.“Pasti ada di salah satu bilik toilet ini,” gumamnya sepelan mungkin. Pandangannya kini mengarah ke dua bilik toilet yang tertutup rapat. Ia yakin ada Ara di antara bilik itu.Ingin hati langsung memanggil Ara, tetapi otaknya langsung mencegah. Itu adalah hal terkonyol yang akan berakhir mengganggu ketenangan orang lain yang juga masih berada di dalam toilet. Akhirnya Vina menahan diri.Tak lama bilik toilet pojok terbuka. Dan orang itu bukanlah Ara. Vina cepat-cepat menghadap cermin, pura-pura mencuci tangan di wastafel.‘Aku tak boleh terlihat kentara, nanti dicurigai orang.’ Ia
Read more
Menyesal Telah Egois
Sudah seharian ini Rangga tak menghubungi. Bahkan dia tak datang di pagi hari. Biasanya selalu datang dengan membawa menu sarapan.Lihatlah, karena kebiasaan itu, Ara kelaparan. Menunggu Rangga membawakan menu makanan lezat seharian membuat dia kesal dan berpikir apakah laki-laki itu lupa atau bagaimana?“Sebaiknya aku pergi ke dapur dulu buat bikin makanan. Bisa pingsan kalau nungguin mas Rangga yang enggak datang-datang. Heran, deh.”Ara bangun dari pembaringannya. Saat itu ia merebahkan diri di sofa sambil menonton serial televisi kesukaannya. Kapan lagi bisa bersantai seperti itu? Biasanya setiap hari Ara selalu disibukan dengan pekerjaan yang tak ada habisnya. Namun, sejak hamil ia sering ada di rumah, urusan kerjaan Mirna yang kerjakan.Dibukanya kulkas, kosong. Hanya mendapati dinginnya hawa yang menguar keluar. Wajah Ara seketika kecewa.‘Ah, ya ampun. Lupa belum beli stok kebutuhan dapur,’ ucapnya dalam hati.Seketika kedua kakinya serasa lemas. Ara terduduk di lantai. Akan t
Read more
Pelukan Hangat
Vina bertemu dengan seorang eksekutif perusahaan komunikasi di sebuah kafe. Orang itu bernama Yosep. Dialah orang yang ingin membeli tanah milik mendiang kakek Vina.Gadis itu mendesah lesu. Berdebar tak karuan setelah menunggu di sana. Ini adalah kali pertama ia melakukan ini. Ibunya berpesan jika bisa tawarkan harga paling tinggi, dan dapatkan uangnya.“Gimana kalau aku enggak bisa? Gimana kalau gagal dan malah bikin kacau?”Ketakutan itu menyerang ganas pada pikiran Vina. Membuat tubuhnya banjir keringat.Orang penting itu datang. Berdua dengan asistennya.Vina semakin canggung di tempat.“Halo, Vina. Lama tak berjumpa dengan kakakmu. Kalau boleh tahu, bagaimana kondisinya sekarang?” Yosep tak canggung bertanya.Sebenarnya Vina risih ditanya soal kakaknya ini. Namun, demi lancarnya bisnis jual beli tanah itu, ia terpaksa harus menjawabnya.“Alhamdulillah, lebih baik,” bohongnya. Vina tak mungkin mengatakan kalau kondisi Fery memprihatinkan.“Syukurlah. Saya harap Fery segera pulih
Read more
Keajaiban Itu Ada
“Deal!”Vina dan Yosep berjabat tangan usai menyepakati perjual-belian tanah luas itu.Akhirnya, setelah berdiskusi mengenai banyak hal, ini dan itu, semua berakhir lancar. Vina mendapatkan harga bagus, bahkan melebihi dari yang ibunya harapkan.“Terima kasih, Pak, atas waktunya.”“Heem. Saya juga berterima kasih. Semoga uangnya bermanfaat. Kalau begitu kami pergi lebih dulu.” Laki-laki itu akhirnya pergi dari hadapan Vina.Sepeninggal Yosep, senyumnya seketika pudar. Vina menghela napas berat, menatap pada bungkus coklat berisi gepokan uang di dalamnya.“Semua selesai, Mas. Semua habis. Kita tidak punya apa-apa lagi di sini. Maafkan aku, ini juga demi kebaikan kamu. Kami ingin kamu sembuh,” sesal Vina memejam mata.Gadis itu akhirnya kembali ke London dengan membawa hasil. Meski hatinya sedih sebab baru saja melepas aset berharga itu, Vina tetap berusaha tegar. Seperti katanya, semua demi Fery.“Aku akan datang, tapi maaf ... sepertinya soal mbak Ara aku enggak akan mengatakan apa pu
Read more
Perdebatan Hebat
Hening sesaat setelah Ara mengatakan keberaniannya tentang keinginannya pergi ke London.“Untuk apa, Ra?” lirih Rangga bertanya.Ia bertanya bukan karena tak tahu mau apa dan ke mana tujuannya, tetapi dengan bodoh ia berharap Ara menjawab hanya ingin pergi liburan.Berharap jika Ara hanya sedang bosan atau memang ngidam ingin ke luar negeri. Yah, itu semua pikiran bodohnya yang ia sendiri tahu hanya mustahil.“Aku mau ... cari mas Fery. Maafkan aku, Mas. Aku hanya ....”“Aku akan ke sana sekarang. Tunggu, jangan pernah berniat pergi keluar malam-malam. Paham?”Rangga tak menggubris ucapan Ara yang baginya terdengar konyol. Ia cepat-cepat bergegas menuju rumah Ara. Dari banyaknya hal yang ia cemaskan, hanya satu yang tak bisa pergi dari pikiran, yaitu Rangga takut jika tiba-tiba Ara nekad pergi di tengah malam begini.“Mana hujan sudah mulai turun,” gumamnya seraya menyalakan mesin mobil.Rangga menyetir setengah gila. Bahkan lebih gila lagi daripada saat menyusul Ara di rumah bidan wa
Read more
Akan Pergi Ke London
“Hm?” Ara tercenung. Matanya menatap wajah Rangga yang basah keringat lamat-lamat.Apa? Pergi bersama? Hati Ara bertanya. Kenapa dia sekeras kepala ini, sih?“Mas, aku merasakan ketulusanmu, sungguh. Tapi, kamu tidak perlu melakukan itu sampai sejauh ini. Karena pada akhirnya aku cuma akan menyakiti hati kamu, Mas.” Ara sudah letih menghadapi kebaikan Rangga. Tak pernah berhenti menyakiti diri sendiri.Laki-laki itu menatap dalam dengan bola mata yang masih memerah, bekas menangis. Bahkan rasa hangatnya masih terasa di sekitar mata. Sejenak ia hanya diam memperdalam pandangannya. Lalu, beberapa detik selanjutnya ia menghela napas berat. Mengembuskan pelan.“Aku tahu kamu pasti sudah bosan menghadapiku. Tapi, Ra ... aku akan tetap pada pendirianku. Sebelum kamu bisa mendapatkan kebahagiaanmu, aku akan tetap mengikuti kamu ke manapun. Karena janjiku adalah untuk menjaga kamu, melihat kamu bahagia. Jadi, jangan larang aku, paham?”Ara tercenung di tempat. Ia mengesah jengah.‘Mengapa? Me
Read more
Menuju London
‘Aku tak mengerti mengapa mencintai itu bisa sesakit ini. Kupikir cinta akan selalu semanis persis namanya, nyatanya lebih pahit dari apa pun.’Ara membatin kala matanya terbuka perlahan. Mata rapat dipenuhi kotoran kecil. Ia baru bangun, dan Rangga tak ada di sisinya.Posisi Ara kini terbaring di atas ranjang, berselimut hangat. Dia menepuk jidat mengesah.“Dia pasti yang pindahin ke sini,” gumamnya buru-buru bangkit dari ranjang.Ara langsung menuju ambang pintu kamar. Membukanya, lalu memanggil Rangga setengah gila. Demi apa pun, Ara sangat takut kalau laki-laki itu ingkar janji dan malah pulang atau pergi entah ke mana.“Mas Rangaaa!”KLONTRANG! PRAAK!Suara barang jatuh yang menyahut penggilannya pertama kali. Ada suara pecah juga. Kemungkinan itu adalah benda beling kaca.“Apa, Ra?!” Lalu menyusul suara Rangga.Saat itu juga rasa lega menguasai hati Ara. Wanita itu sungguh bersyukur jika Rangga tak mengingkari janjinya.Ara gegas menuruni anak tangga. Tergesa. Ia menuju ke ruang
Read more
Keinginan Yang Tak Didengar
Tumben. London diguyur hujan deras. Padahal, biasanya tidak. Bahkan udara masuk membawa bau tanah kering yang menusuk hidung.Namun, hal itu tak membuat semangat Fery untuk pulih hilang. Ia bahkan terus melatih otot ibu jarinya yang sudah lumayan bertenaga.Jangan tanya sebahagia apa dia, sudah pasti hatinya melambung tinggi. Sejak ia bisa menggerakan ibu jarinya walau terkadang nyeri karena terlalu sering menggerakannya, Fery tak pernah lagi menangis.“Mas, aku senang kamu sudah ada perkembangan baik begini,” ucap Vina terharu. Gadis yang baru saja kembali dari Jakarta itu sangat bahagia dengan kemajuan pada kakaknya.Fery masih saja menggerakan ibu jarinya, tak peduli meski sekarang ada Vina. Namun, tak lama ia berhenti karena merasa pegal.“Jangan terlalu dipaksakan, Mas. Pelan-pelan saja,” saran Vina seraya menggemggam tangan Fery.Fery mengarahkan pandangan matanya kepada sang adik. Ia baru ingat kalau gadis itu habis dari Indonesia untuk menjual aset terakhir yang mereka punya.
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status