Semua Bab Janji Setia : Bab 51 - Bab 60
157 Bab
Tiga Orang Murid 2
“Ehm, ya sudahlah kalau lupa, jauh lebih baik. Intinya, mereka datang ke sini untuk berlatih bela diri apa namanya itu, wing wing?”“Wing chun.” Nuwa membenarkan ucapan Maira. “Nah itu dia, susah sekali namanya.” “Mereka bertiga?” Nuwa memastikan. “Besok akan datang lebih banyak lagi.” “Eh, jangan dulu. Aku bukanlah seorang guru sebenarnya. Yang guru besar suamiku. Jadi bisa dikatakan aku masih kaku mengajar orang.” “Jadi?” “Tiga ini saja dulu. Anggap saja mereka kelinci percobaanku.” Mata besar Nuwa memandang pemuda di depannya satu demi satu. Wajah khas Arab campuran Balrus, umur masih kecil sudah mulai tumbuh kumis. Besar sedikit brewoknya sudah dipelihara. “Berhentilah mengurus kuda. Untuk yang satu ini kau akan digaji pemerintah. Suamiku sedang mengurus pemberhentian kerjamu.” “Oh, tidak, nanti Kai tidak akan bersamaku.”“Sudah ditebus sekalian.” Maira meyakinkan. “Oh, enak juga hidupku di sini walau kekeringan.” “Kekeringan apa?” “Di sini tidak ada hujan. Padahal bias
Baca selengkapnya
Ramadhan Pertama 1
“Ha ha ha, tertangkap kau juga akhirnya.” Tak susah bagi Nuwa menangkap Rizki sebab langkah anak itu tersendat karena sesak napas. Dengan membawa sebatang pedang dari kayu wanita Suku Mui itu melihat ketiga anak yang terlihat pasrah di depannya. “Besok, aku tak mau melihat ada kumis di wajah kalian, masih kecil sudah seperti orang tua saja. Bahkan suamiku tak punya kumis satu helai pun.” Nuwa tersenyum sendirian. Dirinya merasa senang bisa bersikap semena-mena pada anak-anak tak berdosa di depannya. Sengaja dia mengangkat pedang kayu dan tiga serangkai itu ketakutan. Sifat anak-anak Nuwa muncul lagi di tempat yang aman. Kalau di Xin Hua setiap hari hidupnya penuh dengan petualangan menyelamatkan diri. “Sebelum dimulai, Rizki, aku akan mencoba mengobati penyakitmu dulu. Ditusuk jarum tidak akan sakit,” ucap Nuwa, dan wajah Rizki langsung pucat. “Silakan duduk di kursi bundar yang aku sediakan,” tunjuk sang guru. Anak Sultan hanya diam saja. “Bawa saudara kalian, kalau tidak …” Terak
Baca selengkapnya
Ramadhan Pertama 2
Akhrinya Rizki terbatuk cukup kuat. Darah merah kental agak kehitaman ia muntahkan dengan rasa sakit luar biasa teramat sangat. Nuwa mencabut jarum-jarum itu dan memberikan air minum pada anak Sultan. “Pahitnya.” Rizki menolak air itu. “Telan atau kau mati!” ancam Nuwa, dan terpaksa dihabiskan juga. “Air apa ini?” Rizki menelannya dengan terpaksa. “Air comberan,” jawab Nuwa bohong, anak itu serasa ingin memutahkan isi perutnya. “Kak, ada baiknya mungkin dibawa periksa ke rumah sakit sekali lagi untuk memastikan. Kalau masih ada sisa racunnya yang tertinggal, dia tidak bisa ikut latihan, aku takut dia tidak akan kuat.” Pesan Nuwa pada Maira. Mereka semua pulang ketika hari sudah siang. Hari kesembilan, semuanya datang tanpa kekurangan satu pun. Rizki mengejar ketertinggalan selama tujuh hari lamanya. Terkadang drone terbang di atas langit ketika mereka semua latihan bersama. Fahmi merekam kegiatan anak-anak itu sebagai bukti keseriusan Nuwa dalam melatih anak didiknya. Enam bula
Baca selengkapnya
Balada Syawal 1
“Assalammualaikum, Umi,” ucap Bhani pada Nuwa di depan rumah Gu. “Wa’alaikumussalam, sejak kapan aku kawin sama abimu, ha? Panggil seperti biasa saja,” jawab Nuwa.Maira tertawa mendengar Nuwa bicara terlalu blak-blakan. Atas undangan—sedikit memaksa sebenarnya, Nuwa baru mau datang. Kalau tidak wanita yang kini sudah berusia 21 tahun itu akan memilih di dalam rumah saja atau berkuda jarak jauh. Hari ini adalah hari pertama syawal di Negeri Syam pertama kali untuk Nuwa. Berhubung karena dia tidak memiliki saudara dan sangat terasing di tempat itu, tak tega Maira melihatnya sendirian saja. “Sudahlah, dia hanya anak kecil, ayo, masuk, ibuku sudah menunggumu.” Maira menarik tangan Nuwa. Wanita Suku Mui itu terkejut ketika ada yang menabrak bahunya. Orang itu tak lain adalah Dayyan. Musuh bebuyutannya dari dulu. “Kau, kau masih hidup ternyata. Aku pikir kau sudah lama mati.” Sebelah tangan Nuwa naik ingin menghantam Dayyan. Namun, lagi-lagi tangan itu ditangkap oleh Maira. Hari perta
Baca selengkapnya
Balada Syawal 2
“Masalahnya apa?” tanya Maira juga penasaran. “Aku tak terlalu paham bahasa Arab. Jadi aku kalau belanja yang perlu-perlu saja. Macam-macam sekali bahasa Arab di pasar, aku jadi bingung.” “Ya tinggal ambil kurma, bayar, pergi, itu saja, gampang.” Naima ikut menyarankan. Nuwa seperti kecanduan kurma di rumah Gu. “Masalahnya, aku hampir berkelahi dengan pedagang kurmanya. Sejak saat itu aku jadi malas.” “Sebabnya?” Maira penasaran. “Dia bicara denganku, suaranya besar sekali. Sampai hampir melompat aku dipanggil olehnya. Ya, ukhti, ukhti, ukhtiii, itu saja yang aku ingat, selebihnya bahasa Arab yang tidak aku mengerti. Badannya besar, kumisnya tebal seperti tuan tanah di film India, cambangnya lagi, burung bisa bersarang di sana. Dia sodorkan kurma agak maksa denganku. Aku sudah bilang, tidak, la, la, la, akhi, la. Aku ingin pergi, dia sodorkan lagi, naik emosiku. Berantem kita, ngajak ribut kau dari tadi, sudah aku gulung lengan gamisku.” Nuwa menarik napas sebentar. “Terus?” Ko
Baca selengkapnya
Trauma Mendalam 1
Dayyan baru pulang dari mengajar, tak butuh waktu lama ia pun menjemput Bhani dari latihan di rumah Nuwa. Dari yang lelaki itu lihat, progress putra pertamanya semakin lama semakin membaik. Walau di bulan-bulan awal latihan, Bhani lebih sering menangis karena kelelahan, tangan dan kakinya memerah dan lain sebagainya. Harus Dayyan akui, cara Nuwa melatih sangat keras untuk anak kecil. Dayyan teringat dengan pesan Feme dulu bahwa Bhani harus jadi anak lelaki yang tangguh. Maka yang bisa ia lakukan hanyalah menasehati agar putranya bersabar. Agar tak salah mengambil keputusan seperti dirinya dulu dan mengakibatkan penyesalan berkepanjangan, sekalipun sudah menerima hukuman setimpal. Rasanya tidak adil, dia yang bersalah, tapi Feme yang meregang nyawa. “Ayah, ini ada bingkisan dari guru, dia katanya membuat banyak.” Bhani mengeluarkan kue pao dari dalam wadah kertas putih. Bentuk yang bulat besar dengan warna putih sangat menarik serta aroma yang sangat wangi. Jarang bahkan mungkin tid
Baca selengkapnya
Trauma Mendalam 2
"Ben lu,” umpat Nuwa dalam bahasanya. Dayyan mencoba maklum. “Kalau ingin ikut kelas, silakan duduk dan kita mulai belajar seperti biasa. Hari ini aku maafkan keterlembatanmu.” Lelaki itu mempersilakan Nuwa duduk. “Hei, siapa kau berani mengaturku, ha?” Nuwa berkacak pinggang. Ia diperhatikan oleh sembilan belas murid di sana. “Ehm, tenanglah dulu.” “Ni tule (kau si botak). Ni zai zheli zhuo shenme (apa yang kau lakukan di sini).” Nuwa terbawa emosi. Suaranya memang terdengar manja tapi kalau sedang marah bisa menggelegar seperti komandan pasukan perang, iya pasukan wortel berkaki dan tangan. “Aku tak paham yang kau katakan, aku di sini mengajar, silakan duduk, ada pun dendam lama jangan dibawa ke dalam kelas.” “Wo bu xihuan kan dao ni (aku tak suka melihatmu).” Tangan Nuwa sudah terkepal, ingin rasanya dia mengajak Dayyan duel lagi seperti dulu. Tak sadar perempuan itu telah menjadi pusat perhatian wanita di dalam kelas. “Ada apa ini?” Dua orang petugas di bawah sampai ke atas
Baca selengkapnya
Dialog Ngeselin 1
Dayyan—anak pertama Ali yang menjadi tentara sejak usia muda, tetapi berakhir ketika salah menjatuhkan vonis hukuman terhadap Nuwa. Hingga akhirnya ia harus merasakan akibatnya. Memang secara teori ia sudah tidak lagi bekerja di bidang militer. Namun, kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa ia kerap membantu bawahan juga melalui jalur tidak resmi tapi tidak juga ilegal. Selain masih membantu, disiplin lelaki itu juga masih sangat membekas, dan terbawa ke tempatnya mengajar.Ayah Bhani tak suka ada yang terlambat, bahkan semua siswi sudah harus berada di kelas sebelum dia datang. Hari ketujuh kelas belajar dengan banyak sekali drama. Nuwa sering membuatnya jengkel. Dan berakhir wanita itu dihukum berdiri di depan kelas. Sayangnya, mau disuruh berdiri satu jam atau dua jam sekali pun Nuwa kuat saja. Jangankan dua kaki, satu kaki juga ia sanggup. Dayyan termasuk syeikh killer di kelas. Semua demi agar siswi bisa lancar berbahasa Arab enam bulan kemudian. Atau jika nilai tidak memuaska
Baca selengkapnya
Dialog Ngeselin 2
“Iya, suamiku memang orang baik, dia gemar bersedekah, dan santun pada orang tuaku, anak-anak pun kagum padanya.” Nuwa membaca sesuai dialog. Dayyan tersenyum, sudah mulai lancar Nuwa membaca sejak rajin dihukum. “Sedekah apanya, kami orang miskin pun dulu.” Kenyataan yang ada diungkit lagi. “Alhamdulillah, Ukhti, apa boleh aku bertemu dengan suamimu sekalian,” ucap siswi asal India itu, mata besar Nuwa semakin melebar. “Untuk apa, ha? Suamiku sudah dikubur, kau masuklah sana dalam kuburannya sekalian. Dari tadi kau tanya-tanya tentang dia.” Nuwa maju dan siswi asal India itu ketakutan. Priiiiit. Dayyan membunyikan pluit. Sakit kepalanya melihat perangai istimewa Nuwa seperti anak tak bisa diatur. “Dialognya baca dengan benar, Nuwa!” Kesal Dayyan. Nuwa menarik napas panjang, serasa habis olahraga menuruni pegunungan yang sangat tinggi. “Iya, Ukhti, tunggu sebentar lagi dia akan pulang dari masjid, atau kau mau makan pagi bersamaku dulu.” Jemari tangan Nuwa terkepal erat, mana
Baca selengkapnya
Cerita Nuwa 1
“Wooaah, mimpi apa aku barusan, menyebalkan sekali, bisa-bisanya aku dikejar naga.” Nuwa bangun dari tidur dengan napas tersengal-sengal. Sebelum tidur tadi dia mencoba membaca buku yang betul-betul bertuliskan bahasa full arab tanpa translate sama sekali, tanpa petunjuk tanpa harakat. Tugas dari Syeikh Dayyan, untuk besok diceritakan kembali. Namun, imajinasi Nuwa malah melayang bebas. Buku tak terbaca, ia pun mengkhayal menjadi dewi yang memimpin perang sambil terbang ke sana sini, melawan naga. Tak menang, dia yang hampir ditelan oleh naga. Wanita itu tak bisa tidur lagi. Matanya kemudian memandang kalender di depan mata. Teringat Nuwa perpisahannya dengan Kai sudah satu tahun jika menggunakan kalender masehi. Satu tahun sudah pula ia kehilangan bayi dalam kandungannya. Namun, sampai sekarang ia belum berminat sama sekali untuk membentuk sebuah keluarga baru. Padahal banyak pinangan datang dan pergi. “Satu tahun lalu, Kai. Kau dulu pernah bilang bahwa tujuh tahun waktu yang dibu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status