All Chapters of Jadul Tapi Mantul : Chapter 111 - Chapter 120
225 Chapters
Karena Boneka Beruang
Bang Parlin nekad menyelam ke dasar sungai kecil tersebut. Dia memang sudah terbiasa di air. Akan tetapi tentu saja tidak ada, selain peralatan belum memadai. Air juga keruh. Tentu tak bisa melihat di dalam air."Kita tunggu saja mengambang," kata seorang aparat desa."Anakku masih hidup," aku berteriak kencang."Bu, kita harus bersiap menerima kemungkinan terburuk," katanya lagi.Setelah sekitar dua jam di sungai yang lagi naik, kami akhirnya pulang tak ada hasil. Hari pun sudah mulai sore. Perahu karet itu terus berjalan menuju pulang melewati sungai kecil di pinggir sawit warga. Kami berjalan pelan-pelan saja, sambil melihat kiri kanan, semua sudah seperti lautan saja. Banjir kali ini lebih parah dari banjir sepuluh tahun lalu."Bagaimana sapi, Pak, aman," tanya seorang pemuda."Heh, gak usah bicara sapi dulu, Anakku hilang," entah kenapa aku tersinggung."Maaf, Bu," jawab pemuda tersebut."Begini, Bu, menurut kronologi yang saya dengar, kemungkinannya ada tiga, satu, anak ibu be
Read more
Banjir
Seluruh desa banjir, rumah kami saja yang sudah ditinggikan masih masuk air juga halaman rumah sudah seperti kolam renang. Jalanan desa seperti sungai saja. Hujan belum ada tanda-tanda berhenti. Masih turun biarpun tinggal gerimis saja."Pak, aku lapar," kata Udin, dia duduk di atas meja bekas sekolah mengaji."Dek, ada makanan?" tanya Bang Parlin."Tidak ada, Bang, beras sudah basah karena dapur lebih rendah. Kompor juga basah."Waduh, bagaimana kita makan?" tanya Bang Parlin lagi."Iya, Bang, bagaimana juga seluruh warga desa makan, kalau banjir tidak surut sampai besok, bisa mati kelaparan ini warga." Kataku.Rakit batang pisang Udin justru jadi tranportasi di banjir ini. Perahu karet itu sudah kembali ke ibukota kecamatan, karena dibutuhkan di tempat lain."Dek, sebagai bentuk rasa syukur Kita Cantik selamat, kita memberi makan seluruh desa," begitu kata Bang Parlin.Bang Parlin mengumpulkan beberapa pemuda, batang pisang di sekitar desa ditebang. Dibuat rakit yang cukup besar. Ad
Read more
Butet Sang Pahlawan
PoV ButetPagi itu hujan gerimis melanda tempat tinggalku, malas sekali rasanya untuk pergi kuliah, akan tetapi tetap kupaksakan juga. Makin siang, hujan justru makin deras. Saat makan siang di kantin, Bang Ucok menelepon katanya prediksi BMKG wilayah kabupaten kami akan diguyur hujan lebat, waspada bencana banjir dan tanah longsor. Aku menjawab iya saja, Karena hujan sudah biasa di daerah kami.Akan tetapi Bang Ucok menelepon lagi, katanya Mamak tak bisa dihubungi, aku coba hubungi juga ke kampung, akan tetapi memang tidak bisa. Saat itu aku masih tenang, sinyal di desa memang sering hilang.Akan tetapi sore itu aku ditelepon Sersan Hasan."Tet, ada kabar di daerah pantai barat, ada bencana banjir, itu kan daerahmu?" kata Sersan tersebut."Innalilahi, benar, Bang, itu daerahku,""Laporannya, listrik mati di sana, sinyal tidak ada, hujan lebat mulai dari pagi," kata Sersan Hasan lagi."Aku harus pulang ini," kataku kemudian."Percuma, Tet, karena ada laporan jembatan penghubung ke de
Read more
Pasca Bencana
Benar saja, saat kami tiba di pesantren, semua penduduk desa berkumpul di tempat tersebut. Aku langsung melihat mamak dan ayah, mereka duduk di atas meja dan kebasahan, tak ada penerangan."Mamak," aku langsung memeluk Mamak, tapi mataku melihat sekeliling."Cantik, Mak?""Dia di atas," kata Mamak."Cantik gak apa-apa, Mak?'"Iya, gak apa-apa," jawab mamak lagi.Keadaan warga sudah sangat memperihatinkan. Warga berebutan naik ke perahu karet tersebut. Akan tetapi ayah melarang."Kita semua tidak akan muat dalam perahu ini, jadi hanya orang yang sakit' boleh dibawa, Kita tetap di sini, hujan sudah berhenti," kaya Ayah.Begitulah manusia memang, tiba-tiba banyak yang mengaku sakit, ingin pertama' dibawa keluar dari desa.Para tentara kewalahan mengatur warga, untung mereka bisa tegas. Hanya orang tua dan yang punya bayi yang dibawa duluan. Sedangkan Cantik saja tidak ikut. "Tak, Tatak, uang tak mo matan itan," gitu kata Cantik. Adikku ini memang masih cadel bicara, dia tak bisa bilang
Read more
Pasca Bencana 2
Sapiku memang yang dipotong hanya satu, akan tetapi sebenarnya aku merelakan dua sapi. Karena sesuai perjanjian, setengah untuk aku setengah lagi untuk yang pelihara. Karena aku ambil satu untuk dipotong, yang urus selama ini juga ambil satu. Kini sapiku tinggal tiga. Samson yang dipotong, tinggal Herkules dan dua sapi betina.Aku masih di desa, urusan kuliah kutinggal untuk sementara, Wulan juga terus ikut aku. Beberapa relawan masih di desa. Relawan dari remaja mesjid yang paling banyak membantu. Mesjid dan kantor desa mereka bersihkan.Mamak juga mulai melobi dinas sosial dari propinsi untuk mendapatkan bantuan buat warga, sebagai mantan wakil bupati mamak masih punya koneksi di pemerintahan.Empat hari pasca bencana, desa sudah bersih dari lumpur dan sudah kering dari banjir. Kendaraan roda dua banyak yang rusak karena terendam banjir. Bang Torkis datang, dia membawa bantuan satu truk bahan makanan dan pakaian. Om Firman juga datang, dia membawa telur bebek satu truk kecil. Pada
Read more
Perilaku Menyimpang
Bang Sandy datang, tidak seperti biasanya yang selalu gerak cepat, ini seminggu setelah banjir baru dia datang. Ternyata mereka juga kena dampak banjir. Tidak sempat menyelamatkan isi rumah karena mereka mengungsi. Umar juga datang , dia juga ternyata sangat sibuk mengatur lalu lintas yang macet parah karena banjir. Sementara ayah' dan mamak seperti masih kurang semangat, akan tetapi sepertinya mereka berusaha tampak biasa saja di depan orang. Kami punya anggota keluarga baru, yaitu Udin, dia sangat setia mengikuti ayah ke mama saja, ke kebun ikut, ke pesantren ikut, bahkan ke mesjid pun selalu ikut. Akan tetapi belakangan ini Udin sering pergi sendiri, karena kata ayah, capek diikuti Udin terus.Kata mamak dari luar Udin seperti orang kebanyakan, biasa saja, akan tetapi jika dia bicara baru ketahuan, dia memang keterbelakangan mental. Tidak parah memang. Tapi dia tidak tahu cari uang, tidak tahu bekerja, yang dia tahu ikuti orang saja. Entah keterbelakangan jenis apa ini. Dia h
Read more
Kelinci Percobaan
PoV Nia Ucok dan Bang Parlin pergi mencari Rahman, entah apa yang akan mereka lakukan pada lajang tua tersebut. Aku sebenarnya tidak heran, karena dari dulu sudah beredar gosip Rahman seperti itu. Aku jadi khawatir dengan Bang Parlin yang masih merasa bersalah. Takut emosinya tak stabil hingga melukai orang. Aku juga sebenarnya merasa bersalah sekali, aku masih ingat ucapanku tersebut, akan tetapi aku kemudian sadar, semuanya itu sudah takdir Allah. Kuambil HP, lalu menghubungi Bang Parlin."Bang, jangan hukum orang karena berpenyakit, kelainan menyimpang itu penyakit, bukan kejahatan," kataku kemudian."Iya, Dek, terima kasih sudah mengingatkan," jawab Bang Parlin."Kok berterima kasih, Bang?""Jadi Abang harus apa?" Entahlah, aku juga tidak tahu harus bilang apa, akan tetapi ucapan terima kasih itu seakan menyindirku yang jarang berterima kasih, atau memang aku yang masih sensitif."Bang, sudah di mana?" tanyaku kemudian."Ini, kami sudah bertemu Rahman," kata Bang Parlin."In
Read more
Bang Parlin Main Sulap
Aku dapat pekerjaan, ini seperti kembali' ke masa dulu, padahal sudah lama aku menikmati hidup tanpa memikirkan pekerjaan. Kali ini aku harus turun tangan, menteri sosial mau datang, Aku tentunya tak ingin sambutan untuknya kurang meriah.Kebetulan Butet dan Ucok masih di rumah, kami bekerja bersama, Bang Parlin mengurusi tenda dan panggung. Butet melatih anak-anak menyambut pejabat. Aku mengurus konsumsi. Saleh jadi andalan membuat kue. Sedangkan Ucok mengurus menghias desa.Dana penyambutan ternyata cukup banyak juga, cukup untuk segala keperluan, para pemuda dan pemudi desa dilibatkan. Sapi bantuan juga sudah mulai datang, penyerahan secara simbolis akan dilakukan oleh menteri sosial. Desa kami jadi ramai, sampai malam jam sepuluh sudah selesai semua. Saat pekerjaan sudah selesai datang serombongan pria berbaju loreng khas ormas. "Kami siap membantu keamanan, akan kami jaga panggung ini malam ini," kata seorang di antaranya. Bukan lagi Gulmat. Mungkin ini dari kota kabupaten."
Read more
Generasi Ungut-ungut
Kulihat Bu menteri sampai bertepuk tangan menyaksikan Bang Parlin menjinakkan sapi. Bupati ikut bertepuk tangan. Para hadirin pun bertepuk tangan semua.Acara lanjut lagi, pemberian tali asih kepada keluarga korban yang meninggal. Aku tak sanggup melihat seorang pria yang istri dan dua anaknya tewas. Dia menangis, setelah menerima amplop dari Bu Menteri, Pria itu justru menghambur memeluk Bang Parlin yang berdiri di belakang Bu Menteri."Bang, Parlinn," katanya sambil terisak-isak.Bu menteri sampai ikut meneteskan air mata, Bang Parlin menepuk-nepuk pundak pria tersebut."Andaikan aku menuruti kata-kata Bang Parlin, ya, Allah," kata pria itu sambil sesunggukan."Sudah, sudah, semuanya sudah takdir Allah, kamu tidak salah, kamu benar, berjuang menyelamatkan keluarga, tapi apa boleh buat, Allah berkehendak lain, percayalah, kita dinilai Allah dari niatnya, kamu sudah berniat menyelematkan keluarga," Kata Bang Parlin seraya menepuk-nepuk punggung pria tersebut.Pria itu lalu dituntun Ba
Read more
Kadaluarsa
Benar juga prediksi Bang Parlin, setelah banjir besar, ikan di sungai kembali normal. Kami makan siang di pinggir sungai. Ini acara tak terduga, semua karyawan kebun ikut. Bermula dari panen mulai pagi, siangnya sudah melangsir sawit. Saat mau makan siang, para supir truk dan kernetnya ternyata mau ikut makan, tentu saja lauknya kurang. Jadilah Bang Parlin dapat ide, makan di pinggir sungai kali ini. Setelah tidak ada kegiatan Bang Parlin memang sering merawat sungai itu. Ada bubuh dipasang Bang Parlin. Bubuh adalah perangkat ikan yang terbuat dari bambu. Dikasih umpan dan diletakkan di dasar sungai. Ini seperti pesta saja, ada sekitar dua puluh orang, memang rejekinya mereka, bubuh pun dapat banyak ikan. Cara masaknya sederhana saja, ikan dibersihkan lalu dipanggang di pinggir sungai. Bumbunya pun sederhana saja, hanya cabe, garam dan kecap. Akan tetapi terasa nikmat sekali. Para Bapak-bapak supir ambil petai china untuk lalapan."Buat restoran aja sini, Bu, menunya ikan sungai
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
23
DMCA.com Protection Status