All Chapters of Pulang Ka Bako: Chapter 41 - Chapter 50
122 Chapters
Ketakutan Dinda
Dinda menyusut ujung matanya yang mendadak basah. Setiap kali melepas Fahri seperti ini, hatinya merasa takut. Takut jika suatu hari Fahri tak lagi kembali. Takut jika nantinya Fahri kembali mengejar masa lalunya seperti drama-drama yang ia tonton selama ini. Semakin Dinda berusaha untuk mencegah dirinya tak jatuh cinta sebelum Fahri mencintainya, semakin dalam perasaan Dinda pada lelaki yang telah mengambil semua yang berharga dari dirinya itu. "Nda! Ngapain bengong di situ?" Dinda terkesiap saat menyadari sebuah sedan hitam metalik yang ia kenal pemiliknya itu berhenti di hadapannya. "Eh, Uda Gibran." Dinda balas menyapa dengan senyum lebarnya. "Nda lagi ngitung mobil yang lewat, kali aja nanti ditanya pas interview," imbuh Dinda sekenanya. Gibran terbahak mendengar jawaban Dinda. Perempuan itu tak berubah, masih saja suka melontarkan jawaban yang tak masuk akal. "Ya sudah, jangan lama-lama ngitungnya, ntar lagi udah mau dimulai," pungkas Gibran sembari melirik jam di pergelang
Read more
Gengsi
Hal ditakutkan Fahri akhirnya terjadi juga saat Dinda pagi ini berkata, "Uda Nda lulus tesnya." Dengan mata merebak Dinda reflek memeluk dan bebenamkan wajahnya di dada Fahri. Hatinya terlalu bahagia, hingga lupa rasa canggung yang terkadang masih saja ada di antara mereka. Sesaat sebelum Dinda membenamkan wajahnya, Fahri melihat mata istrinya itu basah, tetapi Fahri dapat melihat binar bahagia di mata itu. Tadinya ia ingin melontarkan kalimat tajam seperti biasa, mengutarakan rasa berat yang ia rasakan untuk melepas Dinda bekerja di luar rumah. Namun, kali ini mulutnya sedikit berbaik hati. Dengan mengatakan, "Selamat, Nda." Tak hanya itu, tangan Fahri bergerak begitu saja mengusap punggung Dinda dan melabuhkan kecup di puncak kepala yang masih membenam nyaman di dadanya. Seperti ada hangat yang ia rasa saat tangan mungil Dinda melingkar di sekililing tubuhnya. Aroma shampo yang melekat di helaian rambut Dinda memenuhi rongga hidungnya, menghadirkan rasa tenang yang terasa asing. F
Read more
Permintaan Dinda
"Nda bingung deh sama Uda," tukas Dinda setelah hening panjang yang mencekam di sepanjang perjalanan mereka menuju Bandung sore itu. "Sebenarnya, Uda sayang nggak sih, sama umi?"Fahri yang tengah fokus ke jalanan, menoleh sekilas pada Dinda, kemudian kembali menatap jalan raya bebas hambatan yang mulai memadat. Pemandangan akhir minggu yang sudah lumrah menuju luar kota, terutama menuju kota Bandung. "Ya sayang, lah. Makanya uda mau nikah sama Nda walaupun kepaksa."Dinda manyun. Walaupun ia sudah terbiasa dengan kalimat itu, tetapi hatinya masih saja memerih setiap kali Fahri mengungkit masalah perjodohan mereka. "Kalau Uda sayang, kenapa mukanya selalu kesal begitu setiap kali umi suruh pulang ke Bandung.""Nda masih belum paham juga alasan uda malas pulang ke Bandung?""Iya paham.""Terus kenapa nanya terus, sih!""Ya ... maksud Nda, kalau umi nanya lagi masalah anak, bilang aja, sih, kita masih usaha. Nggak usah dipikirin.""Kita? Kayaknya uda aja deh yang usaha sendiri—""Ih! Te
Read more
Kencan Yuk
Dinda tengah membantu Bu Mus mencuci piring bekas pakai pada saat acara makan malam tadi ketika Fahri memanggil. "Ayo kita jalan," ajak Fahri begitu Dinda mendekat sembari mengeringkan tangannya pada baju. Kening Fahri berkerut melihat ke arah Dinda."Nda jorok banget sih! Memangnya nggak ada kain lap? Malah ngeringin tangan ke baju gitu?" "Kurang afdol kalau nggak dikeringin pakai baju," sahut Dinda sekenanya. Fahri mencebik, memilih tak mempermasalahkan lebih lanjut, karena pada akhirnya Dinda pasti mempunyai banyak jawaban untuk membalas perkataannya, yang ujung-ujungnya akan membuat dirinya naik darah. "Jalan, yuk!" Fahri mengulang kembali mengajak istrinya itu. "Kemana?""Ke Dago.""Ih, nggak mau Dago kan jauh, Nda capek jalan kaki.""Siapa yang ngajakin jalan kaki Markonah! Ya naik mobil!" sungut Fahri merasa gemas. "Ih, Uda. Mulai lagi deh ingat si Markonah—""Nda, jangan mulai lagi, deh. Buruan sana ganti baju, uda mau ngajak Nda malam mingguan," potong Fahri cepat."Wah!
Read more
Bertemu Mantan
Jam di pergelangannya sudah menunjukkan pukul 11.10 begitu mobil Fahri berhenti di parkiran sebuah kafe yang terletak di dataran tinggi kota Bandung. Kafe yang sering dijadikan base camp oleh para sahabat Fahri setiap kali mereka bertemu. Angin yang bertiup, menambah rasa dingin udara malam. Dinda memeluk tubuh dengan kedua tangannya untuk mengusir dingin yang menyapa."Pakai ini." Tiba-tiba saja udara dingin berubah hangat, tatkala jaket jeans yang dikenakan Fahri telah berpindah ke pundak Dinda. "Tapi Uda ntar kedinginan.""Udah biasa."Dinda hendak mengatakan sesuatu, tetapi langsung dipotong Fahri. "Nggak usah kege-eran, kalau kamu sakit, aku yang repot." Lalu Fahri meninggalkannya begitu saja, melangkah ke dalam bangunan kafe tanpa repot-repot menggandeng tangan istrinya. Dinda memanyunkan bibir. "Siapa yang ge-er."Begitu pintu kafe terbuka dan kedua suami istri itu melangkah masuk. Mereka disambut riuh sapaan para sahabat Fahri."Woi! Datang juga si kampret!" teriak Gustaf me
Read more
Bertengkar
"Uda, nggak usah ngebut, Teh Priska nggak ngejar kita, kok." Kalimat Dinda yang terdengar mengejek itu dibalas tatapan tajam oleh Fahri. "Nda nggak mau mati hanya karena Uda sakit hati sama mantan," lanjut Dinda, terdengar tak berperasaan. Akan tetapi dalam hati Dinda merasa sakit, dari sorot mata Fahri tadi ia dapat mengartikan seberapa dalam cinta suaminya itu terhadap sang mantan. Fahri hanya terluka, tetapi ia tak pernah membenci Priska. Istri mana yang tak akan terluka mengetahui fakta itu. "Nda bisa diam nggak, sih!" ketus Fahri yang mulai terganggu dengan kalimat-kalimat tak berempati yang diucapkan Dinda. "Gimana Nda bisa diam. Uda bawa mobil ngebut gini, Nda takut," sahut Dinda sembari mengeratkan pegangannya ke handel pintu. Khawatir jika pintu tiba-tiba terbuka dan ia terpelanting ke luar. "Kalau masih berisik aja, Nda turun, deh!" Seiring dengan kalimatnya itu, Fahri menepikan dan menghentikan kendaraannya. Menatap kesal ke arah Dinda yang menatapnya nanar.Dinda tak m
Read more
Ramadhan Pertama
Ramadan tahun ini merupakan pengalaman pertama Dinda menjadi seorang istri. Biasanya ketika kuliah dulu, dia tak perlu sibuk mengurus hidangan untuk sahur, cukup membeli di warung yang tak jauh dari kos-kosannya atau memasak mie instan bersama teman satu kos. Tahun ini berbeda, mulai pukul dua pagi, Dinda sudah mulai terjaga. Kasak-kusuk di dapur untuk menyiapkan hidangan sahur untuk suaminya. "Fahri menyukai makanan berkuah untuk sahur," pesan mertuanya saat mereka di Bandung tempo hari. Berbekal resep andalan ibu mertua, Dinda memasak sup ayam yang menurut ibu mertuanya disukai oleh Fahri. Jam menunjukkan pukul 03.30 ketika Dinda selesai masak, membenahi dapur, dan menata meja. Satu mangkuk sup ayam beserta perkedel kentang, dan segelas air putih hangat telah tersaji di meja. Dinda mengulas senyum, segera setelah mengganti baju yang basah oleh keringat, ia beralih ke kamar untuk membangunkan Fahri. "Uda, sahur." Fahri bergeming. "Uda, sebentar lagi imsak." Dinda mulai menggunca
Read more
Persiapan Berbuka
Begitu Fahri berangkat kerja, Dinda kembali pada rutinitas hariannya berbenah rumah. Biasanya, setelah rumah sudah dalam keadaan rapi, Dinda mengistirahatkan diri dengan bersantai sejenak bersama Goofy di ruang tengah, menonton drama seri kesukaannya. Namun, kali ini berbeda. Dinda menelpon ibu mertuanya, menanyakan menu berbuka kesukaan suaminya. Dinda memang tak pernah kapok. Meski tadi pagi tak ada kalimat pujian atau ucapan terima kasih dari Fahri, setidaknya melihat suaminya makan dengan lahap, membuat Dinda merasa senang. "Ari nggak pernah makan nasi kalau berbuka, Nda. Dia sukanya gorengan dengan sambal kacang," ujar Emi memberi tahu. "Apa nggak panas itu, Umi? Berbuka puasa sama gorengan terus?""Biasanya umi sediakan buah sama rebusan akar alang untuk diminun Ari sebelum tidur.""Akar alang nyari di mana, Umi?" Dinda mengerutkan kening. Dinda tak akan kebingungan jika saat ini ia berada di kampung, karena bisa mencari dengan mudah akar alang yang dimaksud ibu mertuanya. "B
Read more
Bibit Bucin
Fahri begitu suntuk mendengarkan presentasi laporan penjualan bulanan dari staf marketing. Hari pertama puasa diisi dengan meeting bulanan, membuat Fahri merasa begitu tersiksa menahan kantuk. Sebuah pesan masuk ke ponsel, membuat kantuk Fahri sedikit mereda. Terlebih lagi pesan itu dari Dinda. Gegas ia membuka dan membaca pesan dari istrinya itu. Begitu pesan ia baca, Fahri terpaksa mengulum bibir menahan geli. Seperti biasa, istrinya itu selalu saja mengirimkan pesan absurd. "Lagunya—" Fahri tak lagi dapat menahan tawa geli setelah membaca ulang pesan dari Dinda. "Iya, Pak?" Staf marketing yang tengah memaparkan laporannya menjeda saat mendengar gumaman dan tawa pelan Fahri. Fahri yang terlalu asyik memikirkan kalimat balasan untuk pesan Dinda, masih senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya. Tak menghiraukan tatapan mata peserta meeting yang telah beralih ke arahnya. "Maaf, Pak." Fia—Manager penjualan di kantor Fahri— menggeser pelan tabletnya, menyenggol lengan Fahri. "Ya
Read more
Dinda Galau
"Jatuh di mana?" Dinda menggumam dengan jantung berdebar. Meraba-raba bahu dan tubuh bagian belakangnya, berharap tali tas kecil itu hanya jatuh dari bahunya. Namun, nihil. Tak ada tas yang biasa menggantung di bahunya itu. Wajah Dinda makin pias, tatkala melihat salah seorang petugas datang mendekat. "Aduh, mati deh Nda!" Dinda meringis menahan tangis. "Selamat siang, Dik! Kami sedang melakukan pemeriksaan surat-surat kendaraan—"Belum selesai petugas berseragam itu menyelesaikan kalimatnya, Dinda menyerahkan kunci motor. "Ambil aja deh, Pak, motor saya."Petugas berseragam dengan nama Joko tercetak di dadanya itu menatap Dinda heran. "Tas berisi dompet dan hp saya hilang. Kalau Bapak minta surat-surat kendaraan, saya nggak bisa kasih liat. Kalau mikir saya bohong, ambil saja motor saya, nggak apa-apa. Saya capek kalau harus berdebat lagi," cerocos Dinda antara kesal, bingung, dan takut. Alih-alih mengambil kunci motor Dinda, petugas tersebut tertawa. "Ya sudah kalau memang domp
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status