All Chapters of CEO Brondong itu Kekasihku: Chapter 11 - Chapter 20
122 Chapters
Bab 11. Berimbas
Namun, isi kepalaku ini masih saja dipenuhi dengan nama Alexander Dominic. Seperti orang gila, di setiap apa yang aku kerjakan, ingatan itu hadir. Menjengkelkan, lucu, dan berakhir dengan mendatangkan senyuman. Gilanya lagi, ini berimbas pada cerita yang aku tulis. Alur langsung banting setir. Seharusnya si mantan suami menikahi pelakor dan mendapatkan azab, ini justru bersimpuh dan mengajukan rujuk. Jalan cerita yang aku rancang berakhir dengan kebencian, sekarang malah diliputi bunga-bunga cinta. Pasangan yang mendapatkan badai itu, mendapatkan kesempatan kedua dan mengalami jatuh cinta pada orang yang sama. “So sweet banget, Tor. Lanjut! Aku bacanya senyum-senyum.” “Bener banget ini, seperti kisahku. Cobaan justru mempererat hubungan kami, dan tambah cinta dan mesra.” “Aku menangis, Mbak Otor. Seandainya mantan suamiku seperti itu.” Komentar senada memenuhi di bab-bab yang menunjukkan keromantisan mereka. Aku tersenyum, ternyata mendulang pembaca tidak harus membangkitkan ke
Read more
Bab 12. Logika dan Perasaan
Ingin tertawa, melihat bibirnya yang mengerucut menggemaskan.Namun, aku tidak bisa berkutik, terlebih saat tangan Mbak Leni mengalung erat di lenganku. ‘Sorry!’ ucapku tanpa bersuara. Melafalkan kata berharap dia mengerti yang aku maksud.Sedangkan seniorku ini, asyik menceritakan ada lapak baru di kantin. Katanya menjual gado-gado uleg dan karedok. Katanya pemiliknya asli dari Sunda yang memastikan rasa benar-benar khas. “Kita ke sana, Yak! Makan sayur segar bagus untuk kita untuk melawan usia. Tahu kan,wanita Sunda terkenal berkulit halus, cantik, dan awet muda,” ucapnya sambil menunjuk tempat yang akan kami tuju. “Terus setelah makan, kita berubah lebih muda sepuluh tahun?” “Harapannya, sih. Seperti aku ini,” jawabnya sambil mengedipkan mata. Aku tertawa. “Berarti makanan ini bahaya untuk anak-anak.” “Iya. Apalagi kalau masih dibawah umur sepuluh tahun, bisa dia berubah jadi zigot setelah makan ini,” ucapnya berakhir kami tertawa bersama. Bukan Alexander Dominic namanya, k
Read more
Bab 13. Bukti
Mungkin menjadi seorang CEO, modal utamanya adalah keras kepala. Kata penolakan tidak menyurutkan keinginan. Karena itu, mungkin menjadikan Alexander berhasil dalam menjalankan perusahaan. Terlebih, bidang yang dijalani tidak seperti pada umumnya. Berbanding terbalik denganku, yang maju mundur antara iya atau tidak. Pertarungan antara hati dan isi kepada menjadikan aku di persimpangan. Upaya dia untuk lebih dekat denganku membuatku bahagia, tetapi sesaat kemudian menjadikan aku seperti pemimpi di siang bolong. Angka sembilan tahun bukan hal remeh. Bayangkan saja, ketika aku sudah kelas tiga SD, dia baru lahir. Ketika aku sudah mengenal kata cinta monyet, dia masih sibuk berlatih membersihkan ingus. “Aku memang sudah di usia ambang, tetapi bukan berarti aku menerima siapapun yang datang. Kalaupun aku harus menikah, sepertinya kamu bukan pilihan,” ucapku saat dia menelpon tadi malam “Apa alasannya? Masih sibuk menghitung usia?” “Tentu saja iya. Wanita menikah itu untuk mencari ima
Read more
Bab 14. Tak Sengaja
Aku pernah membaca quote di media sosial. Katanya, perlu manajemen pikiran untuk menjaga kewarasan. Memang benar, kalau semua dipikir bersamaan, kepala ini akan meledak. Rencana kedatangan ibu, alur cerita yang aku tulis yang tersendat, juga tawaran Alex yang menjadikan kaki ini maju mundur. Lebih baik, aku memasukkan semua itu ke dalam almari dan menutup rapat-rapat. Tentu saja supaya aku bisa menikmati hidup, terutama saat makan seperti sekarang. Warung pojok yang terletak di ujung gang kos-kosanku dulu menjadi tujuanku. Tempatnya hanya selangkah dari pintu gerbang kampus di sisi samping. Sekalian menikmati suasana segar dari anak-anak kampus yang berburu makanan murah dan enak, plus mampu membuat perut kenyang. “Tumben baru kelihatan, Mbak Raya. Sibuk?” “Iya, Bu. Kerjaan numpuk, padahal sudah kangen makanan di sini,” jawabku ke pemilik warung yang sudah mengenalku sebagai pelanggan tahunan. “Lauknya biasanya?” Aku menunjukkan jempol, karena mulutku sudah penuh dengan kerupuk
Read more
Bab 15. Mencari Tahu
Sejenak aku terdiam. Bohong kalau jantungku baik-baik saja. Dia berdegub kencang, beriringan dengan hari yang berdesir indah. Mataku membalas manik hazel yang bersorot sendu. Senyumku mengembang dan berujung pada tawa tergelak. “Gombal boleh. Tapi jangan ngibul ketinggian. seruku sambil melayangkan telapak tangan ke lengannya. Dia berkelit, dan aku mengejarnya sampai dia mengaduh. Mataku mengedarkan pandangan, tepi jalan paving ini dipenuhi semak-semak tinggi “Mana ada lamaran di jalanan sepi seperti ini. Tidak romantis amat! Dasar gombal!” Langkah aku segerakan mendahuluinya. Sekilas, tangan ini menepuk dada, memastikan jantung dan hatiku di posisi aman. Huft! “Pak Alexander. Ternyata ada di sini. Saya mencari dimana-mana ingin memberi tahu kalau makan siangnya sudah siap.” Suara yang aku kenal, dan menjadikan alasanku untuk mempercepat langkah. “Mbak Raya!” Mau tidak mau aku berhenti. Pelan aku menoleh dan kedua orang itu melambaikan tangan, menyuruhku mendekat. Alex dan
Read more
Bab 16. Mengumpulkan Keberanian
Rasa tidak tahu diri ini semakin bertambah. Aku seperti wanita tua yang tidak peduli dengan kerutan yang mulai berbayang di sudut mata. Apalagi dorongan dari orang sekitarku yang semakin menguapkan rasa tidak percaya diri. “Cie …. Yang lagi pendekatan dan mulai jatuh cinta.” “Siapa?” tanyaku ke Mbak Leni. Aku berjongkok membelakangi, pura-pura merapikan file yang sudah aku tata tadi. “Kamu, lah.” Gerakan tanganku terhenti. Tidak mungkin kalau Mbak Leni tahu, aku sedang dekat dengan Alex. Selama ini aku berusaha bersembunyi dari teman-teman di perpustakaan ini. Tubuhku mundur dengan sendirinya, saat tiba-tiba dia ikut berjongkok sambil menelengkan wajah. “Siapa laki-laki itu? Bukan Jaka, kan?” Aku tertawa dan menggeleng. Dalam hati bersyukur ternyata Mbak Leni tidak tahu yang sebenarnya. Ini kesempatan aku berkonsultasi dengan senior yang berpengalaman dalam percintaan beda usia ini. “Kelihatan, ya, Mbak?” Aku berdiri. Tidak butuh lagi menyembunyikan diri dengan pura-pura. Dia
Read more
Bab 17.  Lupa Usia
“Kamu sadis, ya. Terus yang tidak dipakai diapakan?” “Dibuang, Pak,” jawabku sambil mengambil lebah pejantan yang berukuran kerdil. Tanpa menolehpun, aku tahu ini aroma yang biasanya menguar dari tubuhnya. Wewangian aroma kayu yang menenangkan. Lembut, tidak menusuk penciuman, tapi justru langsung melesat mengobrak-abrik hati. Eh! “Hati-hati, Mbak Raya” serunya setelah mensejajariku. “Tidak apa-apa. Ini aman,” ucapku menoleh sekilas ke arahnya. Kemudian kembali meneruskan aktifitasku. Tadi, saat mendapati dia turun dari mobil, aku langsung berlari ke belakang. Memberi pesan ke Ria supaya tidak memberi tahu kalau aku di sini. Bukannya tidak suka, tetapi aku belum siap menata hati, dan menguatkan jantung yang sering tidak bisa diatur. “Aman bagaimana? Nanti kamu disengat seperti kemarin, bisa bahaya. Atau ingin aku gendong lagi, kah?” “Ck!” Aku melototkan mata ketika dia menyenggolkan siku ke lenganku. Aku menoleh ke sekitar. Pekerjanya Ria sudah menyingkir sambil senyum dikul
Read more
Bab 18. Menjemput
‘Akhirnya aku bisa bebas!’ ucapku dalam hati. Aku memangku tas dan bersandar ke kursi. Sekarang aku di bis umum yang menuju arah stasiun. Tentu saja setelah berdebat dan berujung melarikan diri saat ada bis yang melintas. “Kalau begitu aku antar,” ucap Alex setelah aku menjawab kenapa ibu menelpon. “Tidak usah. Kebetulan stasiun tidak jauh dari sini. Saya naik angkutan umum saja,” ucapku sambil berkemas. Botol madu aku masukkan ke dalam tas. Ini lebih praktis dari pada membawa banyak tentengan. “Mana bisa aku membiarkan kamu dan ibumu berdesak-desakan di bis.” Aku tersenyum, ada rasa senang mendapat perhatian lebih darinya. Biasanya, cowok akan menggerutu kalau ada orang tua kita yang menyoal. Mengganggu, katanya. “Terima kasih. Nanti setelah bersama ibu, aku memesan taxi onlen.” Kata aku mulai menggantikan kata saya setelah kami sepakat memanggil nama saja. Ini terasa lebih ringan, dan mengikis kecanggungan. “Pokoknya tidak.” Aku tertawa. Kemudian mengedarkan ke sekitar. Mob
Read more
Bab 19. Alasan
Sikap Ibu seperti orang yang doanya terkabul. Sesampai di rumah, tidak dibiarkan Alex langsung pulang. Tanpa canggung, ibuku menyeret lelaki yang selalu menebarkan senyuman untuk duduk di kursi tamu. “Bu. Alex itu kerjaannya banyak,” ucapku berusaha memisahkan mereka. “Ini sudah sore, Raya. Kantor mana yang memperkerjakan karyawan sampai petang gini. Bisa dilaporkan dinas tenaga kerja. Ayok, Nak Alex. Ibu punya banyak oleh-oleh.” Aku seperti anak tiri, oleh-oleh yang seharusnya untukku seorang, sekarang justru dibeber di depan CEO Brondong ini. “Bukannya ini untuk Raya, Bu?” “Raya sudah sering mendapatkan ini. Dia sudah bosan. Kalau Nak Alex kan baru sekarang. Ayo pilihyang mana? Ibu tinggal bikin minum, ya. Ibu bawa minuman ramuan untuk pegel linu.” ‘Dasar penjilat,’ runtukku dalam hati. Lelaki bocah ini, meraih tangan ibu sambil berucap ala pencari muka. “Duduk saja. Ibu pasti pegal perjalanan jauh. Saya tidak haus, kok. Lain kali kalau akan berkunjung ke sini, telpon saya u
Read more
Bab 20. Cinta Pertama
Canggung. Itu yang menguar di mobil besar ini. Dalam perjalanan sampai tiba di rumah pun, kami diam tak berbincang. Rasa serba salah karena kejadian tadi benar-benar menciptakan jarak. Sampai di hunianku, kawasan mulai sepi. Memang tempat aku menjadikan pilihan karena lingkungannya tidak terlalu padat dan nyaman.Lampu depan sudah menyisakan keremangan, pertanda ibu sudah merajut mimpi di kamar. Tangan ini yang sedari awal meremat sabuk pengaman, mulai mengendur. Kami sudah sampai, dan aku bisa mengistirahatkan jantungku yang berjingkrak tak karuan.“Raya.”“Hmm ...?”Dia tidak kunjung berucap, justru melepas sabuk pengaman dan mengarahkan badan ke arahku.“Kamu pasti bertanya-tanya, kenapa dari pertama kita bertemu aku berupaya dekat denganmu?”Hatiku bersorak. Akhirnya, rasa penasaranku sebentar lagi terbayar.“Iya. Aku sangat penasaran. Kamu bukan laki-laki yang tidak laku atau susah memilih wanita. Tanpa kamu berusahapun, wanita cantik, pintar, mempunyai kelebihan akan berkerub
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status