All Chapters of Sebatas Pengantin Pengganti: Chapter 91 - Chapter 100
339 Chapters
91). Aludra dan Damar
***"Ish."Arka yang sejak tadi mempelajari laporan justru mendesis ketika bayangan Aludra makan siang bersama Damar tiba-tiba saja melintas di pikirannya. Meskipun tak berdua, tetap saja Arka merasa gelisah, tak tahu kenapa."Kenapa, Pak? Apa laporan saya ada yang salah?" Maya yang duduk di depan Arka—menunggu laporannya diperiksa terlihat takut setelah tak sengaja mendengar Arka mendesis."Enggak," jawab Arka. "Kamu tunggu dulu sebentar, ini saya enggak konsen periksa laporannya.""Oh ya, silakan, Pak," kata Maya. Tak mau banyak bicara, dia yang duduk di depan Arka akhirnya memilih diam, sementara Arka mulai membuka kembali berkas bermap kuning yang dia bawa."Oke, udah bagus," kata Arka setelah dia akhirnya selesai membaca juga merevisi laporan tersebut. Meskipun, terkenal baik juga ramah, Arka adalah orang yang perfeksionis. Semua pekerjaan harus bagus termasuk laporan. "Cuman buat aja yang baru. Maksud saya salin laporannya, karena tadi ada kalimat yang saya garis bawahi. Ganti a
Read more
92). Aludra Cinta Arka
***"Kok mau-maunya digituin Alula sih, Ra? Gak capek berkorban terus buat dia?"Bukannya tersinggung atau tak suka dengan ucapan Damar, Aludra hanya tersenyum karena dia rasa Damar sudah cukup tahu dengan jawabab apa yang akan dia lontarkan.Pasalnya, ini bukan sekali Aludra berkorban untuk Alula karena satu alasan yang sama. Balas budi."Malah senyum," celetuk Damar. "Aku nanya lho ini, Ra. Jawab dong.""Panggil aku Alula, baru aku jawab pertanyaan kamu," perintah Aludra sambil melirik Aileen yang masih fokus dengan ponselnya.Terlalu sering Damar memanggilnya dengan sebutan 'Ra', Aludra takut Aileen akan merasa curiga, karena meskipun fokus pada benda pipih di tangannya, Aludra yakin gadis itu sesekali mendengar ucapan dia dan Damar."Ra apaan sih, orang kamu Alud-"Ucapan Damar berhenti paksa ketika dengan sigap, Aludra membekap mulutnya sambil beranjak dari kursi yang dia duduki. "Alula, Damar," kata Aludra menegaskan. "Kamu enggak panggil aku Alula, aku pulang. Makan siang kita
Read more
93). Laporan Pak Maman
***"Jam dua belas."Menghentikan kegiatan kerjanya, Arka melirik arloji yang dia pakai. Sudah pukul dua belas, itu tandanya waktu jam makan siang sudah selesai. Menutup laptop lalu membereskan beberapa berkas penting di meja, Arka tak langsung beranjak. Dia memilih untuk mengambil ponsel di laci lalu bersandar pada kursi kerjanya.Mengecek pesan, Arka mengerutkan kening ketika tak ada satu pun pesan yang dikirimkan Aludra padanya."Lulu udah selesai belum ya makan siangnya," gumam Arka.Penasaran, dia akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan pada Aludra untuk bertanya selesai atau belum makan siang dia dan Damar, atau mungkin Aludra bahkan sudah pulang.[Arka : Lu, makan siangnya udah selesai? Udah pulang? Kenapa enggak telepon atau chat?]Tak terlalu panjang, Arka langsung mengirim pesan tersebut pada Aludra dan tentu saja dia menunggu balasan dari sang istri. Namun, hingga lima menit berlalu balasan tersebut tak kunjung datang—membuat Arka akhirnya beranjak lalu memasukkan ponseln
Read more
94). Dendam
***"Sampai."Menempuh perjalanan hampir dua puluh menit, mercedes benz yang ditumpangi Aludra, Aileen, juga dua orang pria tak dikenal itu akhirnya berhenti di sebuah tempat yang sepi.Bukan rumah kosong atau semacamnya, kedua pria berpakaian hitam itu membawa Aludra juga Aileen ke sebuagmh hutan yang cukup sepi. Namun, tentu saja sampai detik ini Aludra tak bisa tahu di mana dia berada karena sejak tadi pria yang menahannya itu sudah menutup kepalanya dengan kain berwarna hitam.Tak hanya kepala yang ditutup, kedua tangan Aludra pun juga diikat ke belakang layaknya sandera. Seolah kurang—agar Aludra tak berteriak, bibirnya ditutup paksa dengan lakban hitam.Aileen? Selalu tenang ketika tidur, gadis cantik itu sama sekali terganggu dengan apa yang terjadi pada tantenya karena sejak tadi dia tetap tidur."Bawa turun aja langsung apa gimana?" Pria berbaju hitam dengan rambut plontos itu kini bertanya pada temannya yang mengemudi."Kabarin dulu Ibu bos," jawab temannya itu.Ibu bos? Hat
Read more
95). Hari Kematian Aludra
***"Aludra, enggak ada sesuatu terjadi sama dia kan, ya?"Hampir lima menit sampai di depan kantor cabang tempatnya bekerja, Damar tak langsung turun dari mobil ketika dia tiba-tiba saja teringat lagi Aludra—setelah di tengah perjalanan tadi Arka menelepon dan menanyakan keberadaan Aludra padanya.Padahal, tadi dengan sangat jelas Damar melihat Aludra naik ke mobilnya."Duh kenapa jadi enggak enak gini ya," kata Damar. Bersandar pada jok mobil, dia menghubungi nomor Aludra. Namun, hingga bunyi sambungan kesekian, Aludra tak kunjung menjawab panggilan darinya. "Kan, bikin makin over thinking aja nih anak."Terdiam untuk beberapa detik, Damar akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi Arka.Menunggu cukup lama, kali ini telepon darinya dijawab oleh Arka."Halo, Ar. Gimana? Alula ada, kan?" tanya Damar."Halo, Dam. Aku lagi di jalan dan enggak bisa ngomong banyak, sorry," kata Arka dari seberang sana."Itu Alula gimana, Ar? Ada kan, dia?" tanya Damar semakin tak bisa tenang."Aku mati
Read more
96). Pahlawan
***"Di sini lokas-"Arka menghentikan ucapannya ketika pandangan yang semula tertuju pada ponsel beralih ke arah mobil mercedes benz yang terparkir tak jauh dari mobilnya berhenti sekarang."Alula."Arka beringsut lalu melepas safetybeltnya dan bergegas turun. Mengedarkan pandangan, dia berjalan menuju mobil tersebut dan tentunya Arka cukup terkejut melihat Aileen berbaring sendirian di jok belakang."Ya ampun, Ai."Membuka pintu mobil yang ternyata tak dikunci, Arka mencondongkan badan lalu meletakkan dua jarinya di depan hidung sang keponakan.Hembusan napas lega terdengar ketika Arka masih bisa merasakan embusan napas Aileen yang masih teratur. Sepertinya Aileen tidur, begitulah pikiran Arka sekarang.Tak mau mengganggu sang keponakan, dengan sangat hati-hati Arka meraih tubuh mungil Aileen lalu mengangkatnya. Namun, persis ketika dia hampir saja berdiri dan keluar, pandangan Arka tertuju pada tas selempang yang tergeletak di bawah jok."Tasnya Lulu," kata Arka sambil meraih tas i
Read more
97). Kritis
***"Mas Arka kamu bertahan ya, Mas. Kamu pasti kuat."Duduk di jok belakang sambil menopang kepala Arka yang kini terbaring tak sadarkan diri, Aludra tak henti merapalkan doa juga memberi kekuatan untuk Arka agar terus bertahan untuknya.Dibantu Damar yang suka rela menggendong Arka ke mobil, kini mereka dalam perjalanan menuju rumah sakit—sementara Aksa mengantar Aileen pulang ke rumah agar gadis mungil tersebut bisa aman di sana."Arka pasti bertahan buat kamu," kata Damar di sela-sela kegiatan mengemudinya.Meskipun menyetir dengan kecepatan yang tinggi, sesekali Damar mencuri pandang di kaca spion untuk melihat Aludra dan selama perjalanan, hanya raut wajah khawatir yang nampak di wajah gadis itu.Aludra sepertinya memang benar-benar sudah jatuh cinta pada Arka, begitupun sebaliknya. Demi Aludra, Arka rela mengorbankan nyawanya. Dia rela menahan sakit ketika peluru yang ditembakkan Rania menembus bahkan merobek permukaan kulitnya dan sekarang? Peluru tersebut masih bersarah di tu
Read more
98). Takut Kehilangan
***"Ra, minum dulu."Aludra yang sejak tadi duduk sambil menundukkan kepalanya seketika mendongak ketika Damar menyodorkan sebotol air mineral.Dua jam sudah berlalu semenjak dokter berkata akan memulai operas, pintu ruangan di depan Aludra itu tak kunjung terbuka—membuat rasa gelisah semakin menjalar di seluruh tubuh Aludra.Menunggu bersama Damar, raut khawatir tak kunjung menghilang dari wajah Aludra. Tentu saja. Mana bisa dia tenang ketika di dalam sana Arka harus berjuang hidup setelah menyelamatkan dirinya."Dam, Mas Arka pasti baik-baik aja, kan?"Aludra mendongak. Alih-alih mengambil minuman yang diberikan Damar, dia justru melayangkan pertanyaan tersebut pada sahabatnya itu."Pasti, Ra. Arka pasti baik-baik aja," kata Damar. "Pelurunya sekarang lagi dikeluarin dan nanti setelah operasi selesai, dia pasti langsung bangun."Aludra mendesah sementara kedua tangannya yang bahkan masih dipenuhi bercak darah mengusap kasar wajahnya yang sembab karena menangis sejak tadi.Namun, s
Read more
99). Pemakaman
***Pagi ini, di bawah langit Bandung yang mendung. Seorang perempuan terlihat menangis di dekat gundukkan tanah merah bertabur bunga yang masih baru bahkan basah.Menutupi kepalanya dengan selendang hitam juga kacamata berwarna senada, perempuan tersebut tak kuasa menahan air matanya untuk tak jatuh melihat orang yang paling berarti dalam hidupnya pergi menghadap Tuhan untuk selama-lamanya.Sejak sepuluh menit yang lalu bahkan tangannya tak berhenti mengusap nisan bertuliskan nama orang yang paling dia sayang. Tak percaya. Begitulah yang dirasakannya sekarang.Waktu berlalu begitu cepat. Padahal, baru kemarin rasanya dia menelepon orang yang kini berbaring di bawah gundukkan tanah tersebut.Hancur? Tentu saja. Perempuan itu bahkan merasa jika hidup terlalu kejam untuknya. Setelah kedua orang tua juga kakak laki-lakinya, sekarang dia harus kehilangan kakak perempuannya yang meninggal karena sebuah kecelakaan tragis kemarin siang.Raina. Perempuan itu tentu saja Raina. Terbang langsung
Read more
100). Kondisi Arka
***"Enggak usah lari-lari, jalannya biasa aja. Kata Arka kamu ceroboh."Aludra yang baru saja melepas safetybelt lantas menoleh ketika peringatan tersebut diucapkan Aksa sesaat sebelum dirinya turun dari mobil.Pemakaman tak jauh dari rumah sakit, Aludra dan Aksa hanya perlu menempuh perjalanan lima belas menit saja sebelum akhirnya sampai di rumah sakit.Antusias. Aludra melangkah turun dari mobil lalu membiarkan Aksa memarkirkan mobilnya ke basemant sendiri.Melangkahkan kaki dengan sangat cepat, Aludra bergegas menuju lift. Mendengar Arka sadar tentunya angin segar bagi Aludra yang sempat merasa frustasi ketika semalaman penuh suaminya itu tak kunjung bangun."Mas Arka," gumam Aludra ketika pintu lift terbuka di lantai dua. Menarik napas pelan, dia akhirnya melangkahkan kaki menyusuri koridor menuju ruangan rawat Arka yang sedikit berada di ujung.Masih dengan senyumannya, Aludra menarik handle lalu membuka pintu dengan sangat hati-hati. Namun, senyuman yang sejak tadi terukir itu
Read more
PREV
1
...
89101112
...
34
DMCA.com Protection Status