Semua Bab MENDADAK DINIKAHI BIG BOSS: Bab 71 - Bab 80
250 Bab
Siapa yang Cemburu
"Aku hanya akan makan setelah mendengarmu mengatakan secara langsung isi pesan yang kau kirim padaku. Silahkan katakan secara langsung, Dek." Pipi Aeera seketika memerah padam, bersemu secara jelas sebab tak bisa mengendalikan perasaan gugup yang sedang melanda. Kepalanya tertunduk sedikit sebab tak berani bertatapan dengan mata elang sang suami. "Ja--jangan makan jika begitu," ucap Aeera buru-buru, melepas diri dari pelukan Alarich lalu berjalan cepat untuk keluar dari kamar. Alarich mengejar, hampir saja berhasil menangkap Aeera yang telah keluar dari kamar. Namun …-"Ya, Ampun!!" Ruqayah spontan meletakkan tangan di atas dada, terkejut karena Aeera tiba-tiba keluar dari kamarnya–posisi setengah berlari, kemudian disusul oleh Alarich yang sepertinya sedang mengejar. "Kalian ini!" tegurnya. "Kalian sedang apa, Humm?" lanjut Ruqayah mengomeli. Sebenarnya dalam hati dia merasa geli. Langkah! Ini fenomena langka, di mana cucunya yang dingin kedapatan lari-lari seperti seekor kucing
Baca selengkapnya
Marah Tetapi Tidak Marah
Alarich mengatupkan rahang, menatap marah pada Aeera yang masih tersenyum begitu manis pada pria di sana. "Tungg …-" Bug'Ucapan Alarich berhenti, sedikitnya terkejut sebab Bian tiba-tiba turun dari mobil. Tanpa mengatakan apa-apa pada Nadien, dia menyusul untuk turun dari mobil. Sedangkan Nadien, dia bersedekap kesal, berdecak marah sebab Alarich sama sekali tak menggubrisnya. ""Bagus, Shila." Baik Shila maupun Rangga dan Aeera, sama-sama menoleh ke arah Bian. Aeera membolakan mata ketika maniknya tak sengaja bersitatap dengan mata tajam suaminya. Melihat guratan kemarahan di wajah Alarich, Aeera meneguk saliva secara kasar. Sepertinya dia dalam masalah. Tetapi … apa kesalahan Aeera? Karena pesan yang dia kirim pada Alarich? "Eih. Kok kamu di sini?" Shila mengerutkan kening lalu mengerjab beberapa kali. "Harusnya aku yang bertanya." Bian melirik tajam ke arah Rangga. "Aku ke sini untuk menemui Aeera. Mau minjam novelnya," jelas Shila. "Dia siapa?" "Oh, ini Rangga. Pothograp
Baca selengkapnya
Terbalik
"Mas Alarich, izin aku makan yah," ucap Aeera, berbicara pada nasi. Mengejutkannya, ada suara deheman yang menjawab. "Humm." Suara deheman terdengar merdu dan serak dari arah belakang Aeera, membuat Aeera tergelonjak kaget dan spontan menoleh panik ke belakang. "Yeah, silahkan," tambah Alarich, menaikkan sebelah alis dengan smirk yang menyungging jelas ke arah Aeera. Mata Aeera membulat sempurna, bibirnya menipis–mengunci rapat. Semburan merah otomatis menghias pipi Aeera, sedangkan dari dalam jantungnya telah berdebar kencang. "Silahkan makan aku, Darling." 'Darling.' beo Aeera, semakin canggung serta gugup. Pria ini sering memanggil darling jika Alarich ingin, sedang dan intinya berkaitan dengan keintiman. Aeera tetap duduk di posisinya, mendongak sepenuhnya untuk menatap Alarich yang berdiri. Alarich melepas jas dan rompi, kemudian berjalan mendekati Aeera dengan tangan yang sibuk melepas dari. "Katakan, kau ingin memakanku sekarang atau … satu detik yang akan datang," ucap Al
Baca selengkapnya
Alarich dan Nadien Berduaan?
"Jangan membaca terlalu dekat dengan wajah, dan … pastikan jika buku yang kau baca tidak terbalik," lanjutnya. Alarich mengacak pucuk kepalanya Aeera kemudian segera beranjak sana. Namun, ketika di ambang pintu, Alarich berhenti melangkah. "Ingin ikut denganku?" "Iya." Dengan semangat, Aeera bangkit dari sopa, melangkah cepat untuk menghampiri Alarich yang menunggunya di ambang pintu. Diajak keluar oleh Alarich?! Tentu saja Aeera senang. Sekian menambah moment, Aeera bisa berduaan dengan Alarich. Yah, dalam kamar juga berduaan. Namun, ada kesan tersendiri ketika mereka berdua keluar jalan-jalan. Alarich meraih tangan Aeera, menggenggamnya dengan cukup kuat. Namun, masih terasa hangat dan nyaman bagi Aeera. Alarich berjalan santai, di mana devil smirk tiba-tiba muncul di bibirnya. Ceklek'"Kita sampai," jawab Alarich–mendapat pelototan tak percaya dari Aeera. "Ini kan ruangan Mas Alarich," ucapnya dengan nada tinggi–protes dan bingung secara bersamaan. "Humm." Alarich menutup
Baca selengkapnya
Penyakit Langka Alarich
"Kak, aku ingin bicara sesuatu padamu. Boleh kita bicara sebentar?" tanya Nadien, setelah dia sampai di depan gedung apartemennya. "Bicara di sini. Silahkan," jawab Alarich. Nadien menoleh ke arah Aeera, menatap istri dari Kakak sepupunya tersebut dengan raut muka kusam. Nadien ingin membicarakan hal penting, dan tentunya tanpa ada Aeera. Namun, sepertinya Alarich tidak akan mau meninggalkan Aeera sendirian di mobil. 'Kamu merebut Kak Karl, Aeera. Lihat saja, aku akan membalasnya dengan cara yang sangat menyakitkan. Aku bukan hanya membuatmu kehilangan Kak Karl, tetapi kehilangan bayi dalam perutmu!' dendam Nadien dalam hati, tersenyum ke arah Alarich lalu menggelengkan kepala. "Tidak jadi, Kak. Aku … bicarakan besok saja," ucap Nadien, segera beranjak dari sana–masuk ke gedung apartemen. Alarich memilih tak acuh, menyalakan mesin mobil kemudian segera melaju dari tempat tersebut.Setelah tiba di tempat tujuannya, Alarich memarkirkan mobil. Dia tak langsung keluar, tiba-tiba menole
Baca selengkapnya
Pingsan itu Indah
"Dan naasnya, hanya aku satu-satunya penderita sindrom itu, Darling."Deg deg degJantung Aeera berdebar kencang, melototkan mata karena terkejut oleh ucapan Alarich. Sindrom karena terlalu mencintainya? Hah, sungguh?! Alarich mencintainya?"Ma--Mas bilang apa?" gugup Aeera, memandang tak santai pada Alarich. Pria tersebut masih di atas tubuhnya, setengah menindih Aeera. "Aku bilang, aku mencintaimu. Kenapa?" ucap Alarich, mendadak senyumnya buyar–berganti dengan raut muka dingin serta tatapan tajam. Sejujurnya dia khawatir dengan kata penolakan yang akan keluar dari bibir Aeera. Penolakan adalah hal yang Alarich benci, terutama jika itu Aeera. Selama ini Alarich memilih diam, memiliki perempuan ini lewat paksaan, juga karena kekhawatiran Alarich pada penolakan. Ditolak orang yang tak dia sukai saja, Alarich benci dan marah. Apalagi ditolak oleh Aeera, Alarich bisa gila. "A--aku rasa aku masih bermimpi," gumam Aeera pelan, memejamkan mata untuk tidur kembali. Aeera yakin jika ini h
Baca selengkapnya
Tolong Bawa Aku Pergi
Alarich memperhatikan Aeera secara intens, menatap wajah gelisah serta malu-malu sang istri. Saat ini mereka berdua sedang sarapan, di mana setelah ini Alarich akan berangkat bekerja. "Cih." Alarich berdecis pelan lalu terkekeh merdu–masih setia memperhatikan semburan merah di pipi istrinya. Menggemaskan! Tadi malam, perempuan ini sungguh pingsan setelah mengatakan cinta pada Alarich. Jujur saja, Alarich tak menyangka jika Aeera akan pingsan. Dia kira Aeera hanya bercanda ketika mengatakan bisa pingsan jika mengutarakan perasaannya, tetapi perempuan itu benar-benar pingsan. Alarich? Dia khawatir namun merasa lucu secara bersamaan. Sembari berusaha menyadarkan Aeera, Alarich tertawa geli. Ini konyol! Alarich selama ini menunda-nunda untuk jujur pada Aeera sebab takut ditolak. Sedangkan istrinya-- tremor parah bahkan berakhir pingsan setelah mengutarakan perasaan pada Alarich. Bukankah itu indah? Tentu! Perempuan yang sedang mengunyah secara lambat ini ternyata sangat mencintainya.
Baca selengkapnya
Pengakuan Gila
"Di mana istriku?" tanya Alarich dengan nada khawatir. Dari seorang maid, Alarich mendapat laporan buruk mengenai istrinya, oleh sebab itu dia buru-buru pulang dari kantor. Alarich seharusnya memang pulang ketika siang, sebab dia telah berjanji untuk menemani Aeera ke dokter. Namun, tujuan Alarich pulang bukanlah mengajak Aeera cek up, melainkan karena rasa khawatir pada kondisi Aeera. "Nyonya ada di dalam, Tuan. Nyonya masih menangis," jawab maid yang membawa Aeera pergi dari rumah Tuannya. Sepanjang perjalanan menuju tempat ini, wanita tegar dan selalu ceria yang selama ini ia kenal, terus saja menangis. Dia sangat mengkhawatirkan kondisi nyonya-nya. Bayangkan saja, wanita hamil yang tak diusik ketenangannya saja bisa tertekan oleh pikirannya sendiri. Apalagi nyonyanya yang dimaki-maki oleh mertuanya, bahkan sampai tega menyumpahi anak dalam perut nyonya-nya meninggal. Dan karena sumpah itu, Nyonyanya sampai di kaki ibu dari Tuannya tersebu
Baca selengkapnya
Kemarahan
Namun, setelah di depan Alarich, dia dibuat terkejut. Plak' Tamparan kuat langsung melayang ke pipi Nadien, membuat perempuan itu terhempas kasar ke lantai. Nadien kehilangan keseimbangan pada tubuhnya, tamparan Alarich sangat kasar dan kuat. "Ahck," ringis Nadien sakit. Pipinya terasa sangat sakit, sepertinya tulang rahang pada wajahnya patah karena tamparan kuat Alarich. "KARL!""KARL SAYANG."Audriana dan Ruqayah berteriak bersamaan, Audriana langsung menghampiri Nadien sedangkan Ruqayah memilih menghampiri Alarich. "Karl, apa yang kamu lakukan, Hah?!" ucap Audriana, melayangkan tatapan tak percaya pada putranya. Sebelum Alarich menjawab, ayahnya dan Bian tiba di sana–mengambil tempat tak jauh dari Alarich, mewanti-wanti jika Alarich kehilangan akal sehatnya. Gavin belum tahu dengan pasti apa masalah yang terjadi, Bian hanya mengatakan jika Aeera sedang tidak baik-baik saja. "Masih bertanya?" Alarich menaikkan sebelah alisnya, menatap remeh pada mamanya. Entah dia akan diseb
Baca selengkapnya
Apa Menyesal?
Namun, sakit hati Audriana tersebut lebih-lebih sakit, sangat sesak dan menikam saat …-Tes' Bulir kristal bening jatuh dari mata elang Alarich. Itu membuat Audriana terhenyak, tertohok serta sesak secara bersamaan. Putranya me--menangis?Meski bulir kristal jatuh dari pelupuk, tampang wajah Alarich masih berbalut dingin. Rahangnya masih mengatup kencang dan amarah masih terasa pekat menguar dari dirinya. "Anakku belum lahir tetapi sudah menerima kebencian dari neneknya sendiri. Kenapa?" datar Alarich, menatap nyalang ke arah mamanya. "Ti--tidak, Nak. Pasti kamu hanya salah paham. Mama tidak mungkin membenci cucunya sendiri, Karl. Mama menyayangi Aeera dan calon cucunya," ucap Gavin, masih memeluk serta menahan tubuh putranya. "Paa, Ara sampai menangis dan memohon di kakinya supaya dia menarik sumpah itu. Dia--" Alarich mengadu, menjeda sejenak sembari menatap ibunya dengan penuh kekecewaan, "dia mengatakan semoga anakku mati dalam perut Ara," lanjut Alarich, kembali menjatuhkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
25
DMCA.com Protection Status