All Chapters of Istri Muda Untuk Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
89 Chapters
Bab 31
Nana yang mengetahui bahwa sang suami sudah pulang. Sengaja menunggu dikamar, banyak hal yang harus diselesaikan.Burhan membuka pintu kamar melihat wanita yang sangat dicintainya itu berdiri menatap pantulan wajahnya di cermin.“Abang kangen, Dik,” bisik Burhan tangannya melingkar di pinggang ramping sang istri.Nana memejamkan mata membuang getaran halus yang mengharapkan lebih dari ini.“Apa yang Abang lakukan selama Aku tidak ada?” Nana melepaskan dekapannya dan berbalik menatapnya penuh selidik.Burhan tidak menyiakan kesempatan, mengabaikan pertanyaan Nana. Mengecup bibir ranum dihadapannya yang dua minggu tidak dilakukan.“Lepas." Nana mendorong tubuhnya hingga terjatuh ke kasur. Karna tidak menjaga keseimbangan tubuh Nana ikutan terjatuh menimpanya.“Sok, marah. Tapi dia yang mulai duluan,” goda Burhan tersenyum nakal.“Abang jangan lakukan jalan curang untuk mengelabuiku. Ingat, kita tidak boleh tidur sekamar selama istri mudamu belum hamil." Nana buru-buru berdiri. Pipinya m
Read more
Bab 32
“Trus dimana? Ya udah dikamar Kakak aja,” timpal Burhan. “Ya dikamar istri mudamu. Enak sambil istirahat bisa celup-celup,” cicit Sopie tersenyum. “Iii, ogah.” Burhan tergidik. “Loh kenapa. Bukannya barusan kamu ditolak Nana. Tuntaskan saja dengan yang lebih legit,” saran Sopie. Membuat mama dan adiknya tertawa ngakak. “Bodo amat. Jika kalian ingin kalian aja sama dia. Aku gak mau.” Burhan tetap melangkah menuju kamar yang ditempati Amel. “Mari kita hitung satu, dua dan-“ kata Amel yang terhenti. “Amel !!!” teriak B
Read more
Bab 33
“Jawab Bang, jangan diam saja,” lanjut Nana. “Iya, dan itu semua salahmu, Dik,” jawab Burhan pasrah. “Ternyata seperti itu wajah asli suami yang selalu aku banggakan,” tuduh Nana sengit. “Dan ini wajah asli istriku yang berhati mulia. Memaksa suami menikah tapi dia yang kabur,” timbal Burhan yang tak mau kalah. “Jadi Abang menyalahkan Aku?” hardik Nana. “Semua ini berawal darimu, Dik. Andai tidak ada pernikahannya itu. Kamu tidak kabur. Dan Aku juga tidak akan seperti itu. Mengerti? Atau perlu diulangi,” terang Burhan. 
Read more
Bab 34
“Keluar,” pekik Nana sesaat sepeninggalan Bella. “Dik-“ belum selesai Burhan berucap tubuhnya telah didorong keluar dan pintu dibanting sangat kuat. Menimbul suara yang keras, memancing semua penghuni rumah mengerumuninya. Sorot mata penuh tanya dan selidik seakan mengulitinya hidup-hidup. Menyadari yang menjadi sasaran lagi tidak bersahabat. Satu persatu meninggalkan tempat itu tanpa ada yang mengeluarkan suara. Menyisakan wanita paruh baya yang telah mengabdikan hidupnya untuk keluarga ini. Berjalan mendekat dan berkata “Sabarlah, turunkan ego dan jangan cepat terpancing emosi.” “Aku, Aku ntahlah Bi. Sulit untuk dijelaskan,” ucap Burhan melabuhkan tubuhnya pada anak
Read more
Bab 35
“Kenapa saya yang dilimpahkan, saya tidak tahu apa-apa. Suami istri kok aneh,” timpal Bella. “Suamimu juga tu,” tunjuk Nana. “Berdosa jika mengabaikannya. Ambil tuh.” “Hehe, Kakak aja dech. Aku mau kekamar,” elak Bella. “Kamu saja. Aku masih ingin istirahat,” ujar Nana melirik sang suami yang bingung karena perdebatan mereka. “Diam, emangnya Aku ini bola, main opor sana sini. Tetap ditempat kalian. Astaga, mengapa nasibku menyedihkan sekali,” gerutu Burhan. “ Aku sedang tidak ingin bersama siapapun.” “Alhamdulillah,” jawab mereka serentak membuat bola mata pria y
Read more
Bab 36
Hari baru telah terlahir menyisakan genangan air di sela rerumputan. Menandakan semalam langit memuntahkan kandungannya sangat dahsyat. Dua wanita beda generasi tengah sibuk berjibaku ditempat membuat pengisi lambung untuk mengawali hari. Mereka bangun kesiangan, sholat subuh hampir terlewat. Sesekali terdengar gelak tawa dari obrolan ringan pengusir jenuh yang menggelitik di pendengaran. “Selamat pagi,” sapa Nana yang baru turun dari lantai atas. Aroma parfum menguar seiring kedatangannya. Rambut hitam legam miliknya dibiarkan terurai menandakan baru dikeramas. “Hmm, Bi ternyata hujan bukan hanya diluar loh. Tapi di lantai atas juga,” sindir Bella memasang kembali penutup wajahnya yang sengaja dibuka. 
Read more
Bab 37
“Mau sampai kapan kamu akan mengawasi rumah itu, Ka,” tanya Heru menyadarkan keponakannya itu dari lamunan.Setelah peristiwa Heru meminta Hamka menemani wanita bercadar tempo hari. Hamka lebih banyak melamun dan bicara hanya seperlunya. Membuat dia sedikit menyesal meminta mempertemukan dengan gadis itu.“Sampai aku memastikan bahwa gadis itu adalah yang aku cari selama ini. Jika benar dia, maka aku akan segera melamarnya,” jawab Hamka pelan.“Aku tidak ingin kehilangannya lagi,” sambungnya setelah beberapa saat.Heru tak dapat berkomentar banyak, kedatangan Hamka memang untuk mencari keberadaan gadis yang telah membawa lari hatinya.Setiap hari pria yang tidak pernah melepas penutup kepala itu terus mengawasi kediaman gadis yang dia duga sang pujaan hatinya. Alasan yang dia berikan pada pria yang ada di rumah besar itu hanyalah akalannya saja untuk mengetahui alamat tepat gadis itu.“Apa tidak sebaiknya kita datangi saja dan tanyakan langsung,” saran Heru. “Untung satpam disana Pak
Read more
Bab 38
Tidak lama orang yang dia tunggu muncul dari balik gerbang. Terlihat dia sedikit bingung saat melihat mobil yang parkir.Dengan raut muka yang sulit dijelaskan gadis itu masuk kedalam mobil. Mobil itu segera melaju agak kencang menuju jalan arah kediamannya.Pengintaian sore ini cukup sampai disini. Hatinya lega tahu gadis penuh misteri itu pulang bersama orang yang menampung selama ini.Dalam mobil Bella masih terlihat kesal. Karna sebelum naik tadi Burhan mengatakan bahwa mulai hari ini dan seterusnya mereka akan pulang dan pergi bersama.Apa ini pertanda bahwa laki-laki aneh itu telah menerimanya. Dia tiba-tiba tergidik membayangkan akan melewati malam pertama mereka.“Itu muka kenapa dilipat-lipat,” tanya Burhan yang tidak sengaja melihat penumpang gelisah dari kaca spion tengah.“Gak ada, Aku hanya lelah. Hari ini ada dia anak yang diadopsi jadi banyak berkas yang harus diurus,” jawab Bella acuh.“Alhamdulillah, semoga mereka dapat orang tua yang baik,” ujar Burhan.“Bang, apa in
Read more
Bab 39
Dia mematut dirinya di depan cermin. Tubuh yang nyaris sempurna tanpa celah. Cantik, kulit putih bak porselen, meski terbilang kurus untuk bagian aset terpentingnya masih padat berisi.Hanya satu kurangnya, tidak memiliki rahim. Dia meraba perut langsingnya. Apakah akan ada keajaiban suatu hari nanti akan tumbuh benih di dalam sana. Benih dari buah cintanya dengan sang suami. Merasakan fase hamil dari trimester pertama, kedua dan ketiga. Serta merasakan sakit dan detik-detik kelahiran sang buah hati.Menangis bahagia saat tangis malaikat kecil memenuhi pendengaran. Begitu bayi mungil itu menghirup oksigen secara langsung.Bulir bening kembali mengalir dari mata indahnya. Seharusnya dia bisa lebih bersabar mencari kebenaran tentang rahimnya.Penyesalan selalu datang di bagian akhir. Jika di awal bukan penyesalan tapi pendaftaran.“Na, makan malam yuk.” Bi Siti membuka pintu.“Tolong bawakan kesini saja, Bi,” pintanya.“Baiklah.” Bi Siti tidak jadi melangkah masuk. Dia berbalik kembali
Read more
Bab 40
“Jangan gunakan lagi penutup kepalamu saat dalam rumah,” ucap Burhan tiba-tiba setelah dia menyelesaikan sholat. “Hah, kalau ada laki-laki lain yang masuk bagaimana?” tanya bella yang terkejut. “Mulai hari ini Aku akan melarang satpam masuk dalam rumah. Makan siang mereka biar Bi Siti yang antar kepos saja. Mang Ujang pun tidak boleh masuk tanpa izin darimu,” papar Burhan. “Baiklah, terima kasih,” sahut Bella mengulas senyum. “Eit, jangan GR. Ini hanya bagian dari rencana. Agar Nana mengira kita telah melakukannya saat melihat rambutmu basah,” lanjut Burhan. “Tau, tapi Aku bahagia karena Aban
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status