All Chapters of Istri Muda Untuk Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
89 Chapters
Bab 21
“Kali ini kau lolos, tunggu selesai sarapan Mama ingin bicara denganmu,” ancam Marwa melangkah mengikuti anak keduanya itu.“Tenangkan hatimu, Nak. Bersikaplah biasa saja, mereka akan kesini. Bersiaplah,” ujar Bi Siti pada Bella.Gadis itu berusaha menetralkan gejolak dalam hatinya. Menanti reaksi Marwa yang melihat keberadaannya.“Mari nyonya." Bi Siti menarik kursi yang paling ujung tempat yang biasa ditempati Burhan. Mempersilahkannya duduk.“Oh, ada kamu, siapa namamu, Nduk,” tanya Marwa ramah meski dia tidak terlalu menyukai gadis yang ditolong menantunya itu tapi dia tidak bisa untuk bersikap kasar.“Bella Nyonya,” jawab Bella santun.“Oh, iya saya lupa. Duduklah kita makan bersama. Buka saja cadarmu itu. Supaya tidak mengganggu acara makannya,” pinta Marwa yang mulai penasaran akan wujud di balik selembar kain hitam itu.“Maaf nyonya, sekiranya mengganggu. Biar saya makan di belakang saja,” tolak Bella tidak bersedia membuka cadarnya.“Hmm, silahkan,” usir Marwa yang kecewa ata
Read more
Bab 22
Gadis itu berjalan biasa saja. Agar tidak menimbulkan kecurigaan wanita yang telah menjadi mertuanya. Terlihat mulai gelisah tidak sabar menunggu kehadiran putranya. Menjelaskan semua yang mengganjal pikirannya.Marwa hanya melirik sekilas saat gadis bercadar itu melewatinya. Sengaja dia berpura fokus membaca majalah. Sama sekali tidak berniat untuk menyapanya.Gadis itu berhasil melewati gerbang depan dengan alasan ingin membeli pembalut yang memang kebetulan kehabisan pada satpam jaga.Dengan mempercepat langkah dia menuju pos penjaga kompleks. Tangannya menggenggam foto Nana, cukup untuk modal mencari Nana.“Assalamualaikum. Pak,” Bella mengucap salam pada satpam jaga.“Wa’alaikumsalam, Neng,” jawab satpam.“Saya boleh minta tolong gak, Pak? Saya ingin mencoba mencari Nana istrinya Burhan yang hilang. Saya tidak tahu daerah sini. Apa bapak ada kenalan supir taksi yang bisa menemani saya mencarinya seharian ini,” jelas Bella kepada dua satpam yang berada dalam pos sembari menunjuk
Read more
Bab 23
“Sepertinya dia sedang keluar. Dari tadi belum ada dia kembali,” ungkap Marwa.“Keluar? Kenapa dia tidak meminta izin kepadaku,” rutuk Burhan.“Emangnya kamu suaminya harus izin segala. Ngapain kamu pedulikan dia. Yang perlu kamu pikirkan itu Nana,” tekan Marwa.“Bukan gitu juga Ma, tapi aku tuan rumah disini. Dia Cuma numpang. Tidak bisa seenaknya keluar masuk, emangnya ini rumah bapak moyangnya,” ujar Burhan.“Mama tidak pernah mengajar kalian untuk mencampuri urusan orang lain. Selama dia nyaman dan tidak menyusahkanmu biar saja dia keluar. Siapa tahu dia bertemu jodohnya. Atau kamu ingin menjadikan dia istri muda? Awas saja kalau itu benar terjadi mama yang akan memangkas pusakamu itu,” ancam Marwa.Sedang burhan meneguk ludah yang seketika terasa pahit. Habislah dia jika wanita yang mengancamnya barusan tahu bahwa dia telah menikahi gadis itu.“Lanjutkan aktivitasmu hari ini. Kita bicarakan lagi setelah kedua saudaramu tiba. Mama sangat lelah,” pinta Marwa.Permintaan sang mama m
Read more
Bab 24
“Heh, bocah ilmu dari mana bisa melakukan itu semua,” seru Sopie menatap tajam adik laki-lakinya itu.Namun yang ditanya hanya menundukkan wajah tidak berani menatap salah satu dari tiga wanita yang paling berharga untuknya“Abang, Bangbur. Jawab Bang, apa benar kak Nana pergi dari rumah ini. Kenapa Bang? Apa Abang telah menyakiti hatinya,” cecar Amel tidak terima atas kepergian ipar kesayangannya itu.“Jawablah Nak, kami tidak akan menghukummu. Kita cari solusi bersama,” bujuk Marwa agar Burhan mau buka mulut.“Sejak kapan Nana pergi, mengapa tidak memberi tahu kami,” tanya Sopie geram.Burhan masih bungkam. Bukan dia tak ingin berkata jujur. Ingin sekali dia membagi kesedihan pada tiga wanita yang dihadapannya. Telah menjadikan dia seorang terdakwa.Hanya dia tidak tahu harus mulai dari mana untuk menjelaskannya. Semuanya saling berkaitan yang berujung akan tetap dia yang salah.“Bocah, jawab kenapa? Kita cari solusi bersama,” seru Sopie.“Entah rahasia besar apa yang dia sembunyik
Read more
Bab 25
“Pelakor, pasti kamukan yang menyebabkan Nana pergi,” cicit Sopie pada gadis yang sibuk membereskan meja makan.Dari pagi semua pekerjaan rumah dialihkan pada Bella. Bi Siti tidak bisa berbuat banyak setiap pekerjaan diawasi.Gadis itu mengusap keringat yang mengalir di dahinya. Pura-pura tidak mendengar dengan terus melakukan pekerjaannya.“Ditanya itu, harus dijawab,” lanjut Sopie memancing amarahnya.“Kamu dengarkan?” Amel menepuk pundak Bella.“Dengar, tapi maaf nama saya Bella bukan pelakor,” jawab Bella santun.“Saya tahu kamu Bella, tapi kamu itu pelakor. Karena kamu Nana pergi paham,” seru Sopie menarik cadar yang selama ini tidak pernah lepas dari wajah ayu gadis itu.“Amazing, luar biasa cantik, mulus dan ah entahlah.” puji Amel melihat wajah Bella untuk pertama kalinya.“Beginikan enak, dalam rumah kok topengan. Dan ini juga.” Sopie ingin menarik Khimar sedang kain penutup wajah gadis itu telah berlabuh ditempat sampah.“Anda sudah melewati batas, saya diam bukan karena ta
Read more
Bab 26
“Setiap waktu aku selalu berdiri disini. Hingga Aku benar-benar lelah dan mengantuk. Berharap kak Nana muncul dari balik saja,” beber Bella menunjuk ke arah gerbang.“Maafkan saudaraku yang telah menyakitimu,” pinta Burhan menangkupkan kedua tangannya di dada sebagai wujud kesungguhan meminta maaf.“Tidak apa-apa, ini bukan salah mereka. Aku juga terbiasa disalahkan selama ini,” sindir Bella pada laki-laki yang ikutan berdiri menghadap jendela.“Kau, ah. Selalu saja mencari masalah denganku,” geram Burhan.“Aku tidak mengatakan itu Abang, tapi jika Abang merasa baguslah,” sahut Bella berjalan menuju ranjang. Kakinya terasa sakit, mungkin tadi sedikit keseleo, namun dia tidak menyadarinya.“Jelaskan padaku apa hubungan kamu dengan bocah laki-laki yang mengantarmu sore kemarin,” celetuk Burhan.“Kan dia sudah katakan, bahwa dia supir taksi. Lagian itu bukan urusan Abang jika memang kami ada hubungannya,” timpal Bella sengaja mencari perkara agar laki-laki itu segera pergi dari kamarnya.
Read more
Bab 27
“Kamu sudah kembali, Na,” tanya Sopie yang baru keluar kamar. Rambutnya acak-acakan sepertinya baru bangun tidur.“Hei, ada apa dengan kalian semua. Kemarin kalian menjadikan aku seperti terpidana mati. Tapi, dia kalian tutup mata. Seakan tidak terjadi apa-apa,” racau Burhan yang merasa aneh akan sikap keluarganya.“Tolong bawa kakakmu ke kamar temani dia,” perintah Marwa pada Bella.Dia mengangguk dan membawa Nana menuju kamarnya.“Untuk saat ini jangan ada yang membahas hal yang membuat Nana tidak nyaman. Atau kalian semua ingin dia pergi lagi,” ancam Marwa berlalu meninggalkan ketiga anaknya yang belum mengerti maksudnya.“Apa mereka sudah mengetahui tentang pernikahanmu,” tanya Nana mendaratkan bokongnya di kasur.“Tahu kak, Bang Burhan yang mengatakannya. Sebelum Kakak datang tadi,” jawab Bella.“Apa Kak Sopie menyakitimu?” selidik Nana setelah tanda di wajah Bella sesaat penutupnya dilepas. “Berkatalah sejujurnya Bel, aku sangat paham wataknya. Dia tidak segan melakukan apapun
Read more
Bab 28
Serendah itukan dirinya demi uang rela menyewa rahim. Dia masih dapat mentolerir jika disebut pelakor tapi ini lebih menyakitkan.“Mama, dia juga tidak menginginkan hal ini bahkan dia sempat meminta membatalkannya. Dia gadis baik, tidak serendah itu,” sela Nana menggenggam erat tangan gadis yang telah menjadi madunya.“Jadi apa alasan kamu menerimanya. Kamu bisa saja menolak. Atau kabur sekalian. Jangan jadi duri dalam daging,” cerocos Marwa sengaja menyudutkan menantu barunya itu lebih tepatnya menantu yang tidak diinginkan.Jauh dalam hatinya, dia juga ingin cucu dari anak laki-laki semata wayangnya. Tetapi, bukan seperti ini jalannya. Toh, selama ini Nana belum pernah periksa, hanya mendengarkan dari ibu tirinya.“Saya hanya tidak ingin mengecewakan kak Nana,” jawab Bella singkat.“Baiklah, Mama punya satu syarat untuk kalian bertiga.” Marwa menatap Nana, Bella dan Burhan bergantian.“Syarat?” sanggah Burhan yang sedari tadi tidak berniat untuk mendengar pembicaraan. Lebih memilih
Read more
Bab 29
“Apa Aku pelakor, Kak,” ungkap Bella mencari pembenaran dalam manik wanita yang telah mengubah nasibnya.Mengambil tas usang miliknya. Tekadnya sudah bulat. Tetap bertahan akan membuat semua orang membencinya.“Aku mohon Bel, jangan. Jangan tinggalkan Aku. Apa kau lupa pada janjimu? Untuk tetap bertahan apapun yang terjadi," Nana memohon dan merebut tas di tangannya.“Maaf kak, aku tidak bisa. Tolong biarkan aku pergi.” Bella memalingkan wajah.“Demi aku, yang telah menjadi saudaramu. Jangan pergi. Aku tidak punya saudara selain kamu. Jika kamu pergi pada siapa lagi Aku akan berbagi. Dari kecil aku hidup sendiri. Orang tuaku telah berpulang. Hanya Bi Siti yang setia menemaniku. Memiliki harta berlimpah bukan berarti Aku tidak kesepian. Apa kau ingin aku mengulang masa itu kembali,” terang Nana.“Aku tidak mau menjadi perusak rumah tangga Kakak. Seperti yang dikatakan Kak Sopie. Aku pelakor. Pelakor, Kak,” imbuh Bella terisak.“Tidak, tidak. Kamu tidak pelakor. Aku yang memintanya. Hub
Read more
Bab 30
Refleks dia membalas menimbulkan kegaduhan. Memancing Burhan dan Amel ikutan yang semakin ribut. Tidak akan berhenti jika marwa tidak menghentikan dengan jurus andalan. Memukul mereka satu persatu dengan tangkai sapu.Lalu mereka lari kocar-kacir menghindari serangannya sang mama.“Ini minumlah nak,” Bi Siti memberi segelas jus jeruk membuyarkan lamunannya.“Oh, terima kasih. Bi.” Nana meneguknya hingga setengah gelas. “Apa Bella dan Bang Burhan sudah tidur sekamar?”“Kayaknya tidak pernah. Orang Burhan selalu marah dan menyalahkan Bella. Setiap bertemu pasti adu mulut.”“Jadi, mereka belum-““Hihi, itu Bibi tidak tahu.”“Ah, Bibi mah gitu.”“Tapi, belakangan Burhan selalu pulang larut. Yang terakhir itu dia pulang pagi. Malamnya ribut ama Bella. Paginya nyonya datang. Dia mabuk sama merokok.”“Kok bisa, Bi?”“Frustasi, karna kamu pergi.”“Sehancur itu.”“Ho’oh, Bibi sama Bella terpaksa minta tolong nak Ferdi. Hampir tiap hari kami meneleponnya. Urusan perkebunan pun Bella serahkan pa
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status