Semua Bab Istri Muda Untuk Suamiku: Bab 51 - Bab 60
89 Bab
Bab 51
“Itu yang sedang Abang dipelajari. Tolong ingatkan Abang jika Abang melakukan kesalahan. Kepadamu itu sangat mudah. Tapi pada Bella itu yang akan sulit. Abang sangat membutuhkan bantuanmu. Demi kebahagiaan kita bersama. Berjanjilah, Dik,” pinta Burhan penuh harap. “Belajarlah untuk mencintainya. Dan itu akan mudah nantinya. Tenang saja, Aku akan selalu bersama dan mendukung Abang,” jawab Nana meyakinkan. Burhan melingkarkan lengannya pada tubuh langsing istrinya. Membekap erat dalam pelukannya. Sungguh hari ini hatinya sangat bahagia. Bahagia yang luar biasa, orang lain tidak akan mampu mengukur sebesar apa bahagianya. Didapur Bella dan Bi Siti sibuk mempersiapkan hidangan malam makan. &ldquo
Baca selengkapnya
Bab 52
“Gini aja, kalian atur saja jadwal. Agar suami kalian ini jelas kamar yang dituju,” saran Burhan. “Sebelum Abang katakan. Aku telah memikirkan hal itu,” timpal Nana. “So,” ujar Burhan lagi. “Malam ini hingga tiga malam Abang sama Bella. Tiga malam berikutnya sama Aku. Sisa satu malam Abang bebas. Di Teras juga boleh,” terang Nana. “Wanita aneh apa kau setuju.” Burhan melihat Bella. “Aku no komen. Ikut yang terbaik saja,” jawab Bella tulus. Dia tidak menolaknya karena sadar siapa dirinya. Dan sebagai istri sudah seharusnya dia m
Baca selengkapnya
Bab 53
Hamka masih duduk diteras. Waktu telah menunjukan lewat tengah malam.Sedang Heru usai makan tadi segera menenggelamkan diri di tempat tidur. Dia sangat lelah meski hanya petugas keamanan tapi cukup membuatnya capek.Pria dua puluh lima tahun itu mendesah berat. Mengingat malangnya kisah cintanya. Layu sebelum sempat berkembang.Wanita yang membuatnya nekat meninggalkan pondok. Jauh dari orang tuanya terutama sang umi. Telah dipersuntingnya laki-laki lain.Hamka memutuskan tetap tinggal untuk memastikan gadisnya itu bahagia atau tidak. Jika tidak, dia akan merebutnya kembali. Cinta yang besar telah mengalahkan akal sehatnya.___TingTingPupil Hamka ingin melompat dari tempatnya. Melihat siapa yang memesan taksi.Dering gawainya barusan adalah pemberitahuan dari aplikasi taksi onlinenya.Harinya penumpangnya layam ramai. Baru sempat menjenguk Bella dari kejauhan saat matahari telah condong kebarat.Dari posisi saat ini wajar saja memilih dirinya. Hamka mengusap kedua tangannya yang d
Baca selengkapnya
Bab 54
“Kamu ingin Aku mencari tahu siapa supir itu. Supaya nanti kamu bisa menghajarnya,” tawar Nana saat tiba di dapur.“Gak gitu juga, Kak.” Bella mendelik.“Biar adik Aku ini puas dan tidak menggerutu lagi. Aku yakin yang kalian bicarakan itu pasti si supir misterius.”“Iya, tanpa jeda dari tadi nyerocos.”“Haha, Bella, Bella. Selama kita kenal baru kali ini. Aku lihat kamu jengkel, ternyata seorang Bella bisa juga marah.”“Kakak,”“Pesona si supir taksi mengalahkan pesona suami kita. Dosa tau memikirkan pria lain.”“Kakak, Aku bukan mikirin dia. Tapi jengkel saja. Pingin numpuk tu orang pakai batu.”“Jangan nanti kalau mati. Gak ada lagi yang bisa buat seorang Bella marah-marah.”Nana terpingkal-pingkal, rasanya lucu melihat tingkah madunya sore ini.“Atau kamu kesal tidak bisa pulang sama Bang Burhan. Si supir hanya kambing hitam saja,” goda Nana lagi.“Sudah, dia lagi kesal kamu jahilin terus. Kasian Nduk,” Bi Siti menengahi keduanya.Bella menghentak-hentakan kakinya. Menjauhi Nana a
Baca selengkapnya
Bab 55
Bella menyerah benda kecil itu pada Nana, disertai gelengan. Masih sama dengan lima pagi sebelumnya, hanya muncul satu garis.“Sabar, Dik. Mungkin belum sekarang.” Burhan mengusap bahu Nana.“Maaf,” lirih Bella menekuk wajah. Dia tau dua orang di hadapannya sedang kecewa.“Ini bukan salahmu, berhenti meminta maaf.” tangan Burhan yang satunya mengusap bahu Bella.“Aku tidak masalah, tapi bagaimana dengan Mama.”“Semoga saja mama lupa.”“Aku tidak mau Bella pergi dari sini. Pokoknya Bella harus Abang buat hamil TITIK.”“Pasrahkan saja pada Tuhan, dik.”“Ah, lagian permintaan Mama. Berat sekali. Emangnya ayam sekali kawin langsung bertelur.”Nana terlihat bingung, takut mertuanya menagih janji. Kasian Bella harus terusir dari rumah ini.“Coba ingat-ingat terakhir datang bulan tanggal berapa,” tanya Nana.“Aku lupa Kak, Kakak sama Abang tahu. Aku datang bukannya gak teratur,” sesal Bella.Nana menghela napas berat. Memikirkan nasib rumah tangganya nanti. Dia tahu betul sifat ibu dari suam
Baca selengkapnya
Bab 56
Dia bukan pelakor dan tidak akan serendah itu. Jika diminta baik-baik dengan senang hati dia akan pergi meninggalkan kehidupannya saat ini.Nana mengedarkan pandangan mencari sosok Amel. Kemana gadis itu, dari datang tadi tidak tampak.Firasat Nana sangat kuat, tanpa pamit dia berjalan menuju kamar Bella. Dan, benar saja adik iparnya itu sedang sibuk membereskan barang-barang Bella.“Lancang sekali, Kamu,” teriak Nana membuat semua orang menuju mereka. “Siapa yang mengizinkan, kamu menyentuh barang-barang itu.”“A-anu, itu,” jawab Amel tidak jelas, dia bingung harus mengatakan apa. Ini memang kemauannya sendiri. Dia sudah tau hasilnya seperti apa. Dia hanya membuat mempercepat proses wanita itu menyingkirkan dari sini.“Mama yang suruh,” sela Marwa melihat raut ketakutan diwajah anak bungsunya itu.“Kembalikan semua ini pada tempatnya,” hardik Nana.“Sini,” timpal Sopie menyambar tas usang milik Bella yang tergeletak di lantai dan melemparkan keluar rumah.“Ka-kalian sangat kelewatan.
Baca selengkapnya
Bab 57
“Tidak usah, Bi. Simpan saja uang ini. Jangan khawatir ada Tuhan yang menjaga aku.” tangis gadis itu meluap. “Aku boleh peluk Bibi. Untuk terakhir kalinya.”“Sini nak, jangan katakan ini terakhir kali. Minta pada Tuhan jika kamu akan kembali kesini lagi.” Bi Siti merangkul tubuh mungil Bella dengan penuh kasih. Kasih seorang ibu pada anaknya.“Aku minta maaf sering merepotkan dan mengganggu Bibi,” ucap Bella pelan.“Tidak, kamu tidak punya salah. Justru Bibi yang akan merindukan hal itu. Setelah ini pasti Bibi akan kesepian. Berjanjilah jika suatu hari nanti temui Bibi. Bibi menyayangi kalian semua,” sahut Bi Siti dengan nada suara bergetar.“Aku juga sayang Bibi. Untukku Bibi itu pengganti mendiang umi.”“Ambil ini, simpan. Gunakan itu untuk membayar kontrakan. Menjelang dapat pekerjaan. Jaga dirimu baik-baik. Jangan telat makan, jaga kesehatan.” Bi Siti berbalik, tidak menoleh sedikitpun.Dia begitu sedih, menyaksikan penderitaan gadis itu tetapi, tidak mampu berbuat banyak.“Semog
Baca selengkapnya
Bab 58
Hamka masih duduk diteras. Waktu telah menunjukan lewat tengah malam.Sedang Heru usai makan tadi segera menenggelamkan diri di tempat tidur. Dia sangat lelah meski hanya petugas keamanan tapi cukup membuatnya capek.Pria dua puluh lima tahun itu mendesah berat. Mengingat malangnya kisah cintanya. Layu sebelum sempat berkembang.Wanita yang membuatnya nekat meninggalkan pondok. Jauh dari orang tuanya terutama sang umi. Telah dipersuntingnya laki-laki lain.Hamka memutuskan tetap tinggal untuk memastikan gadisnya itu bahagia atau tidak. Jika tidak, dia akan merebutnya kembali. Cinta yang besar telah mengalahkan akal sehatnya.___TingTingPupil Hamka ingin melompat dari tempatnya. Melihat siapa yang memesan taksi.Dering gawainya barusan adalah pemberitahuan dari aplikasi taksi onlinenya.Harinya penumpangnya layam ramai. Baru sempat menjenguk Bella dari kejauhan saat matahari telah condong kebarat.Dari posisi saat ini wajar saja memilih dirinya. Hamka mengusap kedua tangannya yang d
Baca selengkapnya
Bab 59
“Kamu ingin Aku mencari tahu siapa supir itu. Supaya nanti kamu bisa menghajarnya,” tawar Nana saat tiba di dapur.“Gak gitu juga, Kak.” Bella mendelik.“Biar adik Aku ini puas dan tidak menggerutu lagi. Aku yakin yang kalian bicarakan itu pasti si supir misterius.”“Iya, tanpa jeda dari tadi nyerocos.”“Haha, Bella, Bella. Selama kita kenal baru kali ini. Aku lihat kamu jengkel, ternyata seorang Bella bisa juga marah.”“Kakak,”“Pesona si supir taksi mengalahkan pesona suami kita. Dosa tau memikirkan pria lain.”“Kakak, Aku bukan mikirin dia. Tapi jengkel saja. Pingin numpuk tu orang pakai batu.”“Jangan nanti kalau mati. Gak ada lagi yang bisa buat seorang Bella marah-marah.”Nana terpingkal-pingkal, rasanya lucu melihat tingkah madunya sore ini.“Atau kamu kesal tidak bisa pulang sama Bang Burhan. Si supir hanya kambing hitam saja,” goda Nana lagi.“Sudah, dia lagi kesal kamu jahilin terus. Kasian Nduk,” Bi Siti menengahi keduanya.Bella menghentak-hentakan kakinya. Menjauhi Nana a
Baca selengkapnya
Bab 60
Bella menyerah benda kecil itu pada Nana, disertai gelengan. Masih sama dengan lima pagi sebelumnya, hanya muncul satu garis.“Sabar, Dik. Mungkin belum sekarang.” Burhan mengusap bahu Nana.“Maaf,” lirih Bella menekuk wajah. Dia tau dua orang di hadapannya sedang kecewa.“Ini bukan salahmu, berhenti meminta maaf.” tangan Burhan yang satunya mengusap bahu Bella.“Aku tidak masalah, tapi bagaimana dengan Mama.”“Semoga saja mama lupa.”“Aku tidak mau Bella pergi dari sini. Pokoknya Bella harus Abang buat hamil TITIK.”“Pasrahkan saja pada Tuhan, dik.”“Ah, lagian permintaan Mama. Berat sekali. Emangnya ayam sekali kawin langsung bertelur.”Nana terlihat bingung, takut mertuanya menagih janji. Kasian Bella harus terusir dari rumah ini.“Coba ingat-ingat terakhir datang bulan tanggal berapa,” tanya Nana.“Aku lupa Kak, Kakak sama Abang tahu. Aku datang bukannya gak teratur,” sesal Bella.Nana menghela napas berat. Memikirkan nasib rumah tangganya nanti. Dia tahu betul sifat ibu dari suam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status