All Chapters of Aku (Bukan) Istri Pilihan: Chapter 21 - Chapter 30
78 Chapters
21. Ara Bertemu Teman Teman Untuk Balas Dendam
****“Kamu ngadu apa pada Mas Bara?” Tetiba Bella melontarkan pertanyaan yang menuduh itu.“Aku gak bilang apa-apa. Kenapa memang?” Aku balik bertanya.“Pasti kamu jelek-jelekin aku, kan? Makanya Mas Bara keliatan ketus gitu ke aku?”“Aku tidak ada bilang apa-apa, maaf!”“Eh, maaf, kamu kekasihnya Mas Bara, ya?” Ara menyela.“Kenapa emang?” jawab Bella ketus.“Aku liat dan dengar sendiri, kalau Indri udah jelek-jelekin kamu pada Mas Bara.” Ara berdusta.“Beneran?” tanya Bella tampak mulai terhasut.“Iya, heran deh! Perempuan ini murahan banget! Udah jelas jelas Mas Haga menceraikan dia, masih juga bertahan di rumah besar kelurga itu, eh, rupanya ada maunya. Dia mau mencari perhatian Mas Bara. pantes diajak rujuk Mas Haga dia tak mau.” Ara makin memanasi.“Eh, Indri! Dengar ya, jujur, aku gak suka kamu masih bertahan di rumah Mas Bara. Secara, ya kamu itu sudah janda! Jandanya Mas Haga, iya, kan?” tukas Bela.Aku bergeming, enggan meladeni ucapan mereka berdua. Tak mau stress, a
Read more
22. Bukan aku yang Membangunkan Mas Haga
====“In, Bara ke mana ya? Papa tadi nelpon, katanya Bara gak ke kantor?” Mama menghampiriku di dalam kamar.“Oh. Anu, Ma. Anu ….” Aku tergagap.“Anu apa? Nomornya juga gak aktif saat dihubungi?”“Iya.”“In, kamu tahu sesuatu? Tadi dia bareng kamu, kan, perginya, Nak?”“Iya, Ma. Sebenarnya Indri mau cerita ke Mama, tapi duluan Mama yang datang ke kamar Indri, ya, sudah sekarang aja, Indri ngomongnya, ya, Ma?”“Ada apa, sih, sepertinya serius banget?”“Iya, serius banget. Makanya Indri takut ngomongnya. Takut Mama kaget.”“Ada apa? Ceritalah, In! Tentang Bara, ya?”“Bukan tentang Mas Bara, Ma, tetapi tentang Mas Haga.”“Tentang Haga? Gak usah cerita kalau tentang dia! Mama lagi nyari Bara! Bukan nyari Haga! Kamu tahu dia di mana saat ini?”“Ya, ini ada hubungannya dengan Mas Bara, Ma.”Wanita itu terdiam sesaat. Wajahnya sedikit menegang.“Bara baik-baik saja, kan, In?” tanyanya mulai gelisah.“Mas Bara baik-baik saja, Ma. Justru Mas Haga yang kurang baik.”“Tentu saja Haga tidak bai
Read more
23. Mantan Mertuaku
*****“Anu, Pa. mengenai Haga.” Mama melanjutkan dengan nada sedikit ragu.Aku dan Mas Bara saling tatap. Lalu bersama-sama menoleh ke arah Mama dan Papa bergantian.“Tidak usah terlalu Mama pikirkan! Biarkan saja, kita tunggu saja bagaimana perkembangannya!” Papa menjawab datar.“I – iya, sih, Pa. Maksdu Mama, Haga … Haga, anu.”“Ma, jangan terlalu Mama pikirkan si Haga. Dia sudah dewasa.”“Iya, Pa. Tetapi saat ini, Haga tengah sakit.”Papa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. Benda pipih itu diletakkan perlahan di atas meja, di depannya.“Mama sudah tahu, kalau Haga sakit?” tanya Papa terkejut.“Lho, Papa juga sudah tahu kalau Haga sakit?” Mama tak kalah terkejut. Pun aku dan Mas Bara.“Indri juga sudah tahu tentang Haga?” Papa menoleh ke arahku.Aku megangguk.“Maaf, Pa, sengaja ini kami rahasiakan dari Papa. Kami khawatir Papa kaget, lalu terkena serangan.” Mama terlihat menyesal.“Justru Papa yang sengaja menyembunyikan informasi ini dari kalian, khawatir kalian kaget,
Read more
24. Menantu Baru
****“Aku panggilkan dokter! Tidak usah khawatir, Haga sudah melewati masa kritisnya!” ucap Mas Bara lalu bergegas ke luar ruangan.“Haga, ini Mama, Nak!” Mama memanggil nama anaknya.“Mas Haga, syukurlah kamu sudah sadar, ini Ara, Mas!” Ara spontan melepas jemari suaminya yang masih manaut jemariku.Aku melangkah menjauh, kembali ke posisiku semula. Seorang Dokter dan dua orang perawat buru-buru masuk, meminta semuanya menepi. Dokter memeriksa dengan seksama. Terlihat wajahnya terang, mengulas senyum pada Ara.“Selamat, Pak Haga sudah melewati masa kritisnya, Bu Ara! Suami Ibu akan baik-baik saja!” ucap sang Dokter tersneyum pada Ara.“Terima kasih, Dokter,” jawab Ara sambil tersenyum. Aku melihat senyum penuh kepalsuan di wajahnya. Entahlah, aku melihat kelicikan di senyum itu.“Selamat Pak Haga! Buka saja matanya, Pak! Pelan-pelan, ya! Jangan dipaksa! Bapak baik-baik saja, bukan?” ucap Dokter itu menyapa Mas Haga.Mas Haga perlahan membuka kelopak matanya.“Mama …,” l
Read more
25. Jangan Pernah Bandingkan Dirimu Dengan Indri, Ara!
*****“Pa, kok gak dimakan rotinya?” Mama kebingungan.“Hilang seleranya mungkin, Ma. Sama seperti aku. Aku juga tetiba eneg. Oh, iya, Indri. Kamu hari ini ke butik, kan? Kata Bela kalian ada janji hari ini, meneruskan pembicaraan kerja sama waktu itu.” Mas Bara menatapku.“Ya, Kak Jo sudah memberitahuku,” jawabku datar.“Kamu berangkat sendiri? Atau aku antar?” tanya Mas Barra lagi.Mas Haga tetiba melotot kepada Mas Bara. Tatapan tidak senang itu terlihat nyata. Mas Bara sepertinya sadar makna tatapan adiknya.“Oh, aku buru-buru, In. Kamu nyetir sendiri aja, ya! Ini pakai mobil yang ini!” Mas Bara menyodorkan kunci mobil. Kunci bekas mobil Mas Haga. Ragu, aku meraihnya.“Lho, terus aku yang mau bawa mobil Mas Haga, gimana, Mas?” Ara protes.“Kalau memang kamu mau keluar rumah juga, silahkan pesan taksi, ok! Atau naik angkot juga bisa. Banyak kok, angkot lewat di depan sana!” Mas Bara bangkit.“Bara berangkat, Ma!” pamitnya pada Ibunya. Lalu berjalan pergi.“Hati-hati!” Mama
Read more
26. Mual Setiap Melihat Papa Kandung Janinku
****“A—apa? Mama bilang apa barusan?” Ara terperangah. Wanita itu seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Baik, Ara! Mama akan ulangi, dengarkan baik-baik! Kamu perlu tahu, bahwa Indri mungkin memang bukan istri pilihan bagi Haga. Haga tidak mencintai Indri. Dia lebih memilih kamu! Tetapi, Indri adalah menantu pilihan bagi kami. Indri adalah menantu kebanggaan kami. Oleh karena itu, kami sengaja memberikan dia mahar yang istimewa dari kami. Rumah ini dengan seluruh fasilitas yang ada di dalam sini.”“Oh, jadi rumah ini beserta isinya adalah mahar untuk Indri? Pantes dia bertahan di sini. Meskipun sudah ditalak Mas Haga. Dasar perempuan matre!” Ara menatapku sinis.“Boleh saja Haga mentalak dia, Indri bukan lagi istrinya, tetapi satu yang perlu kau tahu. Indri tak akan pernah menjadi mantan menantu bagi kami. Dia tetap menantu kami. Selamanya! Andaipun kelak Indri menikah dnegan laki-laki lain, maka hubungan kami tak akan pernah berubah. Siapapun suaminya, mak
Read more
27. Ancaman Bella
****“Kamu gak apa-apa, In?” Mama menghampiriku, memijit tengkukku dengan lembut.“Udah, Ma!” ucapku seraya membersihkan mulut dan wajahku.“Jadi kamu ke butik kalau lemas begini?” tanay Mama lagi.“Jadi, Ma. Udah janji sama Bella. Saya ke kamar dulu, nanti langsung berangkat, ya, Ma!” izinku sambil berjalan menuju kamarku.Sempat kulihat tatapan Mas Haga. Sorot matanya begitu sendu, saat bersetatap denganku. Mungkin dia merasakan sesuatu, yang jelas janin di dalam perutku ini, adalah benihnya. Kuyakin ada ikatan batin di antara mereka. Namun, aku berusaha mengurainya. Tak akan pernah ada tempat bagi laki-laki itu, di sini, di hati ini, meski hanya di sudut terluarnya.***“Indri! Kamu udah datang?” Kak Jo berdiri menyabutku, saat aku memasuki ruang kantor di butik itu. Aku mengangguk, lalu melemparkan senyum seramah mungkin pada Bella yang juga sudah menunggu.“Kamu telat!” protesnya ketus.“Maaf, Bel. Ada masalah dikit tadi di rumah,” ucapku dengan nada menyesal.“Masalah apa?
Read more
28. Perhatian (Aneh) Mas Bara
====“In, kenapa kamu gegabah banget, sih?” Kak Jo terduduk lemas di sofa, di seberang mejaku.Aku hanya membisu. Ada denyut hebat yang menyerang di kepalaku. Bella telah berhasil membuatku badmood.“Kita harus bilang apa pada pelanggan, In? Kita sempat berjanji akan memasarkan produk rancangan Mbak Bella di butik kita. Beberapa bahkan udah take order. Gimana, dong?” keluh Kak Jo memijit pelipisnya. Rupanya dia juga tetiba menderita sakit kepala, seperti halnya aku.“Maaf, Kak Jo. Sebetulnya kalian terlalu gegabah. Kalian berani promosikan produk rancangan Bella, bahkan berani terima orderan, sementara kita belum ada kata sepakat dengan yang bersangkutan,” ucapku mengungkap kecewaku.“Maaf, In. Sebetulnya kami enggak akan berani promo dan terima orderan, kalau belum ada kata sepakat dari Mbak Bella.”“Maksudnya?” Aku tersentak.“Iya, sebelumnya Mbak Bella sudah ok, In. Bahkan udah janji akan memasukkan produk rancangannya untuk tahap pertama.”“Lho? Kapan itu?”“Sehari setelah
Read more
29. Kedatangan Pria Masa Lalu
****Ini luar biasa. Mas Bara tidak membela kekasihnya, justru meminta maaf padaku. Mas Bara memang dewasa banget. Begitu pinter menyikapi segala sesuatunya. Beruntung sekali Bella mempunyai kekasih seperti Mas Bara. Bertolak belakang dengan watak adiknya Mas Haga. Andai saja yang dijodohin ke aku dulu adalah Mas Bara, bukan Mas Haga?Ups!Kenapa aku jadi ngelantur begini?“In! Kamu baik-baik saja?”“Eh, aku enggak apa-apa, Mas. Sudah, ya! Mas Bara pasti sibuk di kantor! Matiin aja telponnya!”“Bentar … bentar! Aku memnag sibuk, tapi, setelah Bella nelpon tadi, aku langsung nelpon Mama, nanayin gimana kondisi kamu tadi pagi sebelum berangkat. Au kepikiran aja. Gak bisa bayangin, kamu yang sedang mabuk begitu, Bella malah buat masalah, Aku khawatir kamu tambah pening.”“Oh, jadi sebetulnya kamu yang nelpon Mama, bukan Mam yang nelpon kamu?” Aku terkesiap. Mas Baar ketahuan berbohong.“Eh, iya, In. Maaf.”“Ya, enggak apa-apa, sih, Mas.”“Hem, aku juga heran, In. Entah kenapa, aku serin
Read more
30. Janji Mas Bayu
==== “Kak Jo, ke ruangan aku bentar, deh!” panggilku pada Kak Johana melalui telepon.“Siap, aku datang, In, segera,” jawabnya langsung mengakhiri panggilan.“Jangan kenalin dengan teman kamu, dong, In! Kenapa, sih, bukan kamu aja yang urus!” protes Mas Bayu menekuk wajahnya yang terlihat begitu bersih. Ya, itulah ciri khas cowok satu ini. Wajah putih bersih, kalah wajah perempuan. Mungkin karena air wudhu tak pernah kering di wajahnya.Salah satu kelemahannya yang paling dominan adalah takut berinteraksi dengan perempuan. Itu sebab dia langsung mengajak aku menikah dulunya, meski kami tak ada hubungan. Baginya perkenalan lebih lanjut itu setelah menikah saja. Menghindari dosa akibat zina hati dan zina pikiran, begitu alasannya.“Nama manager kamu Johana?” tanyanya menyelidik.“Ya, Kak Jo, lengkapnya Johana, kenapa, Mas?”“Gak apa-apa, sih. Biasa aja.”“Gak usah grogi, Mas! Tenang, Mas! Kak Jo gak gigit orang, kok! Makanannya masih nasi, sama kayak kita.”“Bukan masalah itu, In.
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status