LOVE A FRIEND

LOVE A FRIEND

Oleh:  Rinkania  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
25Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Livia Anggel adalah anak dari seorang pengusaha, mempunyai latar belakang yang selalu orang lain dambakan. Begitulah pikir masyarakat. Andai saja seperti itu benar! Namun, semuanya salah. Livia sama sekali tidak bahagia, akibat kejadian bertahun-tahun lalu Livia harus menjadi anak yang kesepian dan

Lihat lebih banyak
LOVE A FRIEND Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
25 Bab
-AWAL-
° >Kadang hal bahagia yang kita inginkan, bisa dengan cepat orang lain hancurkan!!!Beberapa tahun lalu tepat orang tua Livia mulai berpisah. Pemandangan yang membuat hati sang anak begitu hancur, melihat kebisingan yang dihasilkan oleh kedua orang tuanya."Izinin orang tua lo cerai! Atau lo kehilangan Ibu, buat selama lamanya."Ancaman yang datang dari benda tipis yang sering disebut handphone itu, selalu terbayang dibenaknya. Tepat beberapa kali wanita itu mengayunkan perkataan kasar terhadap anak perempuan yang masih berumur 7 tahun itu."Ma, Pa. J-jangan berantem," Pinta Livia yang gemetar menahan air matanya seakan berontak ingin keluar.Raka sebagai Kaka kandung Livia, sedari tadi memberikan dekapan erat pada Adiknya itu. Berusaha menenangkan Livia karena situasi ini, mengelus berulang punggung kecil milik Livia."Bukannya aku ga mikirin anak-anak mas
Baca selengkapnya
-GAJELAS!-
Rafael dibuat keheranan setiap melihat Livia. Bagaimana tidak, secara, Rafael adalah laki-laki yang terkenal di satu sekolah. Untuk tatapannya saja bahkan sangat tajam, bisa membuat kaum hawa Mleyot!. Tapi anehnya, Livia bersikap biasa saja saat berhadapan dengannya. 'Kebal sekali dia!' Pasti semua orang bekata demikian. Rafael saja keheranan melihat tingkah Livia. Dia memberanikan diri untuk mendekati Livia terlebih dahulu. Kebetulan untuk diwaktu itu, Rafael tidak sengaja melihat Livia yang tengah terduduk di kursi taman. Dia berjalan menghampiri Livia dengan percaya diri. Duduknya Rafael di sebelah Livia, membuat dia mulai bertatap sinis terhadapnya. "Ngapain lo duduk disini?" lontar Livia kesal. 'gimana bisa orang ini main duduk duduk aja," pikir Livia, tidak masuk akal sekali seseorang mencoba berinteraksi dengannya. Satu sekolah saja tahu, bahkan mungkin sudah kesal menghadapi dinginnya sikap Livia.
Baca selengkapnya
-HAH? DINNER!-
"Pa, aku pulang," ujarnya Kejadian di hari ini begitu sangat mengjengkelkan bagi Livia. Kekesalan yang meluap itu seakan membuat seluruh tubuhnya kepanasan. (HAH!?) Kini yang hanya dia lakukan, adalah mendesah memberikan helaan nafas berat, mengingat segala yang telah dia lalui. "Ayo! Para wartawan udah pada nunggu kamu," jawab Rama yang melihat Livia kembali. Belum juga sempat untuk merebahkan badannya di ranjang terempuk, dia sudah melihat beberapa orang menyiapkan baju ganti untuknya. Di lanjut dengan perintah yang Rama berikan. Livia yakin sesi potret kali ini akan lama, di tambah lagi para wartawan sudah berjajar rapi untuk mewawancarainya. "Gue cape ... " gumamnya mengikuti gerakan melangkah. Setelah berganti pakaian, dia dilanjutkan dengan harusnya merapihkan wajah. Ya, walaupun dia hanya duduk diam, tapi semua itu membuat hidup Livia menjadi sangat membos
Baca selengkapnya
@+62XXXX
"Jadi kan?" tanya Rafael kembali.Livia menyergit menanggapi semua pertanyaan Rafael."Jangan-jangan lo, lupa?" tanya kembali Rafael memastikan.Livia menggeleng,"Apa?" tanyanya kembali datar."Iya, kan, kamu beneran lupa," Rafael kini mengerang kesal, menampilkan raut wajah marahnya."Kan udah janji," sambungnya"Bentar ...," tahan Livia yang berusaha mulai mengingat, kapan dia menjanjikan sesuatu hal yang ekstrem. (HA!) Benar, dia menjanjikan semua itu saat berusaha mengusir Rafael kemarin malam.'Kenapa bisa gue ngomong gitu,' batin Livia merintih, karena ketakutannya pada malam itu, dia mulai berbicara omong kosong, dan semua itu Rafael anggap serius?.Livia menghela nafasnya prustasi,"Gue becanda, masa iya gue beneran!" tolak Livia datar.Rafael mengangkat satu alis kanannya, dia memegangi lengan Livia, menampilkan ra
Baca selengkapnya
-SEMUA PENGEN KAYA KAMU-
>>> Hari berikutnya berjalan seperti biasa, sudah satu bulan berlalu. Semenjak hari itu, hari di saat Livia mulai membuka dirinya terhadap Rafael. Livia mengurungkan niatnya setelah mendapati pesan entah dari siapa itu. Dia kembali bersikap dingin juga acuh terhadap Rafael. Namun, laki-laki itu tak sedikitpun menyerah, dia selalu mengikuti Livia kemanapun dia pergi, membuat ricuh kehidupannya. Kemanapun Livia pergi, dia terus bertemu atau mungkin melihat Rafael yang selalu dia pergoki sedang mengikutinya. Rasanya jengkel juga, namun apalah daya. Sikap Rafael yang degil itu, membuat dia susah untuk di hentikan. "Livia!" teriak Rafael memanggil Livia yang sedang duduk di antara angin sepoi di siang hari. Livia meoleh datar, melihat  Rafael yang sedang berlari mendekatinya. "Hem ... Apa?" tanya Livia setelah Rafael sampai. "Gausah judes, udah! Ga abis-abis
Baca selengkapnya
-NOW ARE YOU MINE-
Sebelum mendengar penjelasan Livia. Rama, benar-benar pergi meninggalkan Livia di ruang pribadinya itu. Niat awal Livia adalah hendak pergi menuju sekolah, namun perkataan Rama dapat menyayat hatinya kecewa, Livia bahkan menahan tangisnya di sepanjang jalan menuju sekolah.'Andai Papa ngertiin gue sedikit aja ...,' ' ... Gue udah cukup kesepian, semenjak Mama, sama Kaka pergi! Dan sekarang, di saat gue udah punya sumber kebahagiaan? Gue harus kembali jauh dengannya?'Matanya kini memerah, menggenang air mata yang dia tahan. Livia berusaha menekan kedua rahangnya, menahan semua rasa sakit yang dia lalui.'Udah cukup.' Livia seperti digiring dalam kesepian yang kekal, di paksa untuk berpisah dengan Rafael. Rafael yang melihat Livia, kini mulai tersenyum cerah, "Livia!" teriak Rafael dari kejauhan. Namun, entahlah Livia sama sekali tidak mengdengarnya, membuat Rafael mempercepat langkahnya."Heh! Sayang" ucapan
Baca selengkapnya
-NYASAR-
'Ektrem! Ekstrem!'  Rafael yang mendengar perkataan Livia mulau tersenyum lembut, memandangi tingkah laku yang Livia berikan untuknya.  *Getaran dalam gadgetnya bergetar, sebelum dirinya akan tertidur pulas pada ranjang yang ia miliki. Dia memutuskan untuk mengintip, apa yang datang pada gadgetnta. @FROG🐸Have a nice dream My Queen<3 Terlihat Rafael yang mengirimi pesan, di barengi dengan satu PAP yang Rafael lakukan. Dengan wajah yang datar, menatap camera, memberikan efek Damage di dalam fotonya. Livia saja hampir menjerit kesal."Aarrgghhhhh, kenapa kirim foto kaya gini!"  @Myqueen<3Oke, you too. Rafael berdeham girang, 'akhirnya Livia mulai luluh!' ...Pagi pun datang, Livia yang tampaknya sudah selesai mandi tiba-tiba dikejutkan. Barang-barangnya kini telah terkemas rapi, di dalam koper besar yang dia punya. Koper besar itu kini sedang digiring ke dalam mobil yang
Baca selengkapnya
-ASAL JANGAN PAKE HATI-
Siulan itu semakin tedengar begitu jelas. Jelas saja Livia tidak ingin memutar badannya, melihat siapa yang kini sedang berada di belakangnya. Langkah demi langkah lelaki itu ajukan, terdengar suara langkah kaki yang mulai mendekat, Livia terlihat gemetar, walaupun menghiraukan suara itu. "DOR!!!" kejut Rafael menyorotkan wajahnya dengan lampu senter. Lelaki itu sengaja sekali membuat wajahnya menjadi seram, akibat serangan lighting dari smartphone nya itu. Kaget, semua itu benar-benar membuat sport jantung. Ekpresi Livia yang ketakutan, di tambah dengan terkejut oleh kejahilan Rafael. "Astaghfirullah!" teriak Livia kaget. Wajahnya mulai memucat, entahlah. Kini kejahilan Rafael sudah tak bermoral, untung saja Jantung Livia tidak jatuh ke jalanan. "Kebiasaaan banget sih lo. Gimana kalo lo beradapan sama orang yang punya riwayat jantung? Udah lah, kelar." kesal Livia yang mulai sadar siapa dalang dari semua ini. Rafael hanya terbahak mel
Baca selengkapnya
-NAIK!-
"Nah bener Liv, anggep aja kita tuh temen lo. Karena mulai hari ini kita temenan yah. Gila aja sih, kalo ga temenan sama cewe cakep kaya gini," serobot Iqbal. Betul-betul yah, sikapnya yang pecicilan itu membuat suasana menjadi kacau. Hari ini saja, sudah sukses membuat schedule Rafael berantakan. Dan semua ekspentasinya benar-benar jauh dari reality. Iqbal tersenyum manis merayu Livia, membuat Livia membalas senyumanya. "Hah, tipe-tipe buaya nih!" kekeh Livia.Lagi-lagi Rafael dibuatnya kesal, dia menghalangi wajah Livia dengan buku kecil agar Iqbal tidak melihat Livia, juga Livia tidak membalas senyuman Iqbal itu. "Iya temenan boleh, tapi sikap lo itu, gausah di keluarin ya!" ujarnya dengan nada di tekan kembali. Livia memperhatikan Rafael, tersenyum tipis melihat tingkah Rafael hari ini. Terlihat begitu jelas Rafael tidak menyukai Livia yang memberikan senyuman itu pada Iqbal. "
Baca selengkapnya
-TERSEROBOT-
"Ngapain?" tanya Livia mengangkat satu alisnya. "Naik!" titah Rafael. Perintah itu membuat Livia terdiam sejenak, memandangi punggung Rafael yang samar-samar terlihat kekar. Rafael menoleh ke arah belakang, menatapi Livia yang melihat punggungnya, lalu menggeleng kesal. Tanpa mendengarkan penolakan apapun yang keluar dari mulut Livia, Rafael mulai menggendongnya memaksa. Sempat kaget, Livia melihat kelakuan Rafael kini, dia sampai memukul-mukul pelan bahu lebarnya berulang. Namun pukulan itu terhenti, ketika kepalanya mulai pusing dan terasa seperti nut-nut tan.  "Raf, Raf. Gue ga kuat ini, pusing banget," ujar Livia menghentikan langkah Rafael. Livia menidurkan kepalanya tepat pada bahu milik lelaki itu. Berbicara semakin membisik, karena rasa sakitnya yang mungkin membuat Livia tidak sanggup berbicara seperti biasa. "Pulang aja ya, gausah ke tempat makan. Nanti makan di rumah aja!" pinta Livia lirih. Livia mulai memejamkan matan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status