All Chapters of Saat Istri Memilih Pergi: Chapter 61 - Chapter 70
128 Chapters
Sensasi luar biasa
Arum memakai piyama bahan kaos yang adem, dan berada di depan meja rias yang terlihat baru dengan ukiran kayu jati yang terlihat modern juga ada sisi klasiknya. Arum tersenyum suaminya menyiapkan semua ini untuknya. Ia tahu jika ini adalah kesukaan Arum. Sepasang iris kehitaman itu menyipit melihat kado dari sahabatnya Lestari, Arum mengulas senyum dan mendekati kado yang berada si sofa kamarnya. Terlukis senyuman geli di kedua sudut bibirnya. Menatap kado adalah sebuah shampo juga lingerie merah, membuat Arum tak percaya pikiran Lestari ini. Sesaat ponsel di atas nakas bergetar. Arum berjalan mengambil ponselnya. [Gimana suka, kadonya harus di pake ya malam ini.]Apaan sih ini Tari norak banget, batin Arum. [Awas kalau ga di pakek.][Malu, Tari gila lo ya.][Eh, kali ini pernikahan terakhir ya, jangan biarkan suami lo. Direbut lagi sama Zhia. Ya]Kening Arum berkerut seketika. Detik berikut menghela napas lega.[Iya kah][Ya, makanya pake.]Arum tak mengerti ucapan sahabatnya ini,
Read more
Damar Syok
Mobil meninggalkan rumah indah milik Elang, menuju mall di pusat perbelanjaan terbesar dikota ini, Arum menatap keluar cendela lalu kembali menatap jalanan. sesaat ia menatap suaminya yang fokus menyetir. "Cantik kamu pagi ini. Sayang" Ucapan itu membuat Arum lagi-lagi terkejut dan tentu menjadikan pipi Arum bersemu merah. Karena jujur Arum merasakan hangatnya."Pagi-pagi aku sudah sarapan pujian, Mas. Sejak kapan sih suka merayu gini jadinya.""Biar nambah semangatnya untuk melewati hari-hari kita selanjutnya. Sayang." Terlihat senyum terukir di bibir Elang yang masih fokus menyetir. Angin pagi mengiringi perjalanan mereka di dalam mobil. Arum melihat beberapa ekor burung hinggap di pepohonan. Mungkin saja sedang mencari makan.'Aku tak tahu kenapa bisa sebahagia ini. Batin Elang'"Rum, terima kasih sudah mengisi hari-hari ku saat ini."Arum mengangguk. "Iya.""Jangan merasa sendiri. Ada aku di samping kamu selamanya.""Iya, Mas. Rum percaya." Arum memegang lengan suaminya lalu me
Read more
Rindu Naura
Zhia menatap dinding putih dalam kamar selama lebih dari satu minggu, ada sesak yang sulit ia ungkapkan. Rindu pada Naura tiap detiknya seperti luka, perih dan menyakitkan. Anak gadisnya itu sudah lama tersakiti olehnya, saat Naura mulai menerimanya Ibunya memisahkannya lagi dengan ank kandungnya. "Mbak, Zhia, sarapannya dihabiskan, ya, Mbak," ucap sang perawat. Hanya Zhia jawab dengan anggukan."Setelah ini mbak minum obat, ya! Ibu harus semangat biar nanti kalau, Mas Levin ke sini, Mbak sudah lebih baik. Akhir-akhir ini, Levin jarang menjenguk karena ia sibuk mengurus perusahaannya. "Saya, permisi, Mbak! "Baiklah, sus."Zhia hanya bisa diam, tak mengikuti keputusan sang Mama. Rasa rindunya pada Naura tak terbendung lagi, bagaimanapun ia adalah putrinya ia yang mengandung. Perlahan Zhia membuka infus dari tangannya. Dan berusaha melepaskannya, ia sudah tak tahan beberapa hari di rumah sakit. Zhia bangkit dan mengganti bajunya, dan mengambil tasnya, mungkin Levin yang membawaka
Read more
Sikap manja Arum
"Astaga, Zhia." Levin menangkap tubuh Zhia yang mau jatuh dari tempat duduknya. "Zhia ... ku mohon bangunlah." Levin begitu panik. Degan cepat ia menggendong tibuh Zhia, setengah berlari Levin membawa tubuh adiknya menuju ke arah mobil. Dan benar tubuh dingin Zhia sudah berada di mobil Levin. Dengan kecepatan cepat ia membelah jalan raya menuju rumah sakit. Kali ini ia memilih rumah sakit terdekat agar adiknya cepat ditangani. Cemas Levin sangat cemas melihat kondisi adiknya yang drop. Namun, apa yang harus di perbuat Levin, menculik Naura bukankah itu sifat yang keji. Ia mengusap rambutnya dengan kasar, tak berani mengambil langkah tanpa persetujuan Zhia. Satu jam kemudian Zhia membuka mata. Cahaya terang membuat silau pandangannya. Refleks ia melindungi netra dengan sebelah telapak tangannya. Di mana ini? Ini terang sekali namun aroma obat dapat Zhia rasakan jika ini di rumah sakit. Perlahan-lahan Zhia merenggangkan jari tangan yang menutup mata. Lalu ia membuka sinarnya sudah
Read more
Mencintaimu
"Boleh."Elang langsung menggendong tubuh mungil Arum dan membawanya ke kamar atas, membuat Arum kasihan karena nafas suaminya yang sedikit tersengal. "Sudah turunkan, aku hanya bercanda tadi, Mas."Elang menggeleng. "Kau pikir, aku tak kuat, tenanglah dan lihatlah aku akan meminta jatahku, malam ini"Arum tersenyum dan menginggat kenangan akan cintanya pada sang kakak kala itu. Lelaki yang terpaut lima tahun darinya. Sosok yang begitu teduh dan lembut. Mampu meredam setiap emosi dari jiwa mudanya Arum yang membangkang bersama Damar kala itu, sekaligus memberikan perhatian yang begitu lebih terhadap dirinya. Elang menidurkan Arum di atas ranjang, dan menatap netra Arum yang begitu indah. Dada Arum bertalu-talu ria mendapati suaminya tak berkedip menatapnya. "Aku mencintaimu." Mata Arum membulat, bulu kuduknya pun sudah berdiri karena bisikan Elang di telinganya. Arum hendak melepaskan tangan Elang namun lagi-lagi ia kalah cepat.Karena suaminya lebih dulu menenggelamkan wajahnya di
Read more
Menjaga keterbukaan
Esok paginya"Rum ... aku kok jadi ingin makan yang segar-segar ya. Padahal ini masih pagi." Terdengar suara Elang lirih.Arum yang sedang membersihkan meja selesai mencuci piring di wastafel, menghentikan aktivitasnya dan segera menghampiri sumainya yang begitu manja."Ingin makan apa, Mas?" tanya Arum lembut, sambil membetulkan dasi suaminya yang terlihat belum rapi. "Jeruk, apa apel gitu lah, masih ada kan di kulkas, Rum?" tanya Elang, sambil menatap mata Arum dalam. Arum tersenyum mengenggam tangan Elang lalu menciumnya. "Masih, Mas, sebentar ya aku kupasin. Tapi yakin ga papa pagi-pagi makan buah, sayang?""Ya ga papa, orang sudah sarapan ini," jawab Elang santai. Tangan Arum mengupas apel lalu mencucinya, selesai mengiris di taruh di wadah, selesai ia mengupas jeruk. Tak butuh waktu lama Elang memakannya hingga lahap dan tak tersisa. Mata Elang menatap istrinya penuh dengan cinta. Rasa dalam hati Elang mungkin lebih berat dari rindu. Ya ia sangat mencintai istrinya. "Pa, a
Read more
Mencintaimu
"Sayang, kami pulang dulu ya?" Pamit sang mama. "Kenapa enggak menginap di sini saja, Ma," jawab Arum. "Jangan mau, Ma, nanti ganggu lagi mereka kan lagi honymoon." Angga lagi-lagi menggoda adiknya. Muka Arum berubah menjadi merah. "Ih, apa sih, Mas Angga. Ma lihatlah tuh, Mas Angga nyebelin.""Sudah-sudah lagian benar kata Angga kan, Rum!" sahut Pak Dibyo. Sesaat pipi Arum berubah jadi merah sudah seperti kepiting rebus. "Papa, kok jadi sama sih, godain, Rum.""Kenapa benar kan?""Tau ah." Elang hanya tersenyum melihat keluarga kecil itu saling menjaga juga menggoda Arum. "Elang, Papa tunggu ya! adik buat Naura."Elang tersenyum ramah. "Siap, pa."Mereka semua tertawa mendengar ucapan pak Dibyo. Membuat Arum begitu malu oleh ucapan sang papa yang terus menggodanya. "Pa, sudahlah, kasian, Rum tuh, mukanya merah."Semua tersenyum melihat ke arah Arum. Dan mereka pamit untuk pulang, Arum beruntung karena sedikit capek, seharian bercanda dengan keluarganya membuatnya senang, kare
Read more
Positif
Embusan napas teratur Elang menerpa kulit leher Arum. Tangan pria itu melingkar erat di pinggang sang istri, sama seperti semalam. Arum sedikit beringsut, kenapa tiba-tiba suaminya bisa memeluknya? Bukankah ada Naura sebagai pembatas diantara dirinya juga suaminya itu. Arum berusaha mencoba melepas belitan tangan Elang. Tapi bukannya mengendur, pelukan itu justru terasa semakin mengencang di perutnya."Biarkan gini, sayang," bisik Elang dengan suara sedikit serak. Ia ingin menjauh, tapi tangan suaminya tepat di atas perut Arum membuatnya merasa begitu nyaman. Keduanya saling diam diselimuti keheningan. Hanya terdengar suara detak jarum jam yang menempel di dinding, juga detak yang dirasakan Arumi syahilla dari balik punggungnya. Di luar sana, langit masih begitu gelap dan hanya terdengar embusan angin dan mengganti kelam yang sempat menyelimuti malam."Mas...." Arum kembali mencoba melepaskan belitan tangan Elang.Namun, Elang diam tetap tidak bergeming, tak sedikit pun merubah posi
Read more
Hati gundah Levin
Beberapa bulan kemudian, Zhia mengaduk jus jeruk di depannya untuk yang ke sekian kali. Menekan rasa yang entah sudah seperti apa. Harusnya ia ingat, kafe ini tempat pertama kalinya ia bertemu dengan Elang. karena sejak itu Zhia terpesona dan jatuh cinta kepada Elang pada pandangan pertama. Jadinya saat ini Zhia lah yang menderita dan merana? Apa kabarnya Elang juga putrinya, Naura? Menyebalkan, hidup Zhia benar-benar hancur mencintai lelaki yang ia sakiti. "Zhi? Mas cariin ternyata di sini?" tanyanya. Entah sejak kapan datangnya Levin, bahkan Zhia tak menyadarinya. "Eh, iya, Mas," jawab Zhia tergagap."Sendirian, saja?" Lagi-lagi ia bertanya.Zhia menatap netra kakaknya yang curiga. "Kenapa emangnya? Zhia baik-baik saja, Mas?" Zhia mencoba bergurau.Levin terkekeh. Lalu mengacak rambut adiknya. "Selamat ya sekarang sudah terkenal kamu."Zhia tersenyum ramah. "Ya semuanya berkat, Mas, kan! Terima kasih buat senuanya, Mas.""Sama-sama."Zhia menatap kakaknya. Sesaat netra mereka ber
Read more
Ngidam
Levin ingin marah, tapi kemudian merasa tak pantas untuk melakukannya. Karena ia sadar, sejak awal ia sendirilah yang terlalu berani untuk melibatkan diri dalam kehidupan Arum dan ingin menikahi wanita yang sangat baik itu. Wanita yang sudah jelas-jelas tak pernah mencintainya apalagi sudah bersedia dengan tulus menerimanya dan menjadi calon istrinya. Namun, Levin menghancurkan hati Arumi dengan membohonginya. Jadi, ia hanya bisa menyimpan sendiri kemarahannya, tanpa punya kuasa untuk meluapkan kekesalannya. Ia sangat prustasi karena wajah Arum selalu seperti bayangan yang tiap hari melekat diingatannya. Dan tak bisa hilang. Terkadang, Levin menertawakan dirinya sendiri atas segala kenaifannya. Sering kali cinta yang ia punya membuat logikanya tidak dapat mencerna, hingga ia hanya mengedepankan rasa yang kadang justru menjebaknya dalam kubangan kebohongan yang tak berkesudahan. Lelaki itu masih dalam pembatas pagar wajahnya menatap jauh ke arah pantai. Ia memandang ombak-ombak kecil
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status